Bogota, Purna Warta – Presiden Kolombia Gustavo Petro menyerukan diakhirinya genosida Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung, dengan menjuluki Perdana Menteri rezim tersebut Benjamin Netanyahu sebagai “penjahat perang.”
Baca juga: Perlawanan Masyarakat Adat: Hari Columbus Amerika dan Genosida di Gaza
Petro menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada hari Selasa (24/9), saat ia mengkritik Netanyahu karena terus membombardir Gaza. “Dalam ketimpangan ini kita menemukan logika kehancuran massal yang dipicu oleh krisis iklim dan logika bom yang dijatuhkan oleh penjahat perang seperti Netanyahu di Gaza,” kata Petro.
“Ketika Gaza mati, seluruh umat manusia akan mati. Hari ini kita memiliki 20.000 anak yang meninggal,” tambahnya.
Petro mengecam tatanan dunia saat ini yang memungkinkan Israel membom Gaza dan Lebanon serta menjatuhkan sanksi sepihak kepada negara lain.
“Oligarki global yang kuat memungkinkan bom dijatuhkan di Gaza, Lebanon, dan Sudan, atau memungkinkan blokade ekonomi terhadap negara-negara pemberontak yang tidak sesuai dengan wilayahnya, seperti Kuba dan Venezuela,” katanya.
Ia mengatakan, kekuatan suatu bangsa di dunia “tidak lagi dijalankan oleh kekuatan politik dan ekonomi, tetapi dengan menghancurkan kemanusiaan”.
“Mereka di antara kita yang memiliki kekuatan untuk mempertahankan hidup berbicara tanpa diperhatikan. Itulah sebabnya mereka tidak mendengarkan kita ketika kita memilih untuk menghentikan genosida di Gaza. Presiden yang dapat menghancurkan kemanusiaan tidak mendengarkan kita,” katanya.
Pada hari Minggu, Petro menolak tuduhan anti-Semit atas sikapnya yang pro-Palestina, dengan mengatakan anti-Semitisme terwujud dalam pembunuhan anak-anak Gaza dan bukan dalam berbicara menentang genosida Israel yang sedang berlangsung.
Ia membuat pernyataan tersebut setelah utusan khusus AS untuk Memantau dan Memerangi Anti-Semitisme Deborah Lipstadt mengklaim bahwa kritik Petro terhadap serangan Israel di Gaza “berbahaya” karena “menormalkan” anti-Semitisme.
Baca juga: [VIDEO] – Markas Mossad di Pinggiran Tel Aviv Jadi Target Rudal Balistik Ghadr-1 Hizbullah
Israel melancarkan perangnya di Gaza pada 7 Oktober tahun lalu setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melakukan Operasi Badai Al-Aqsa terhadap entitas pendudukan sebagai balasan atas peningkatan kekejaman terhadap rakyat Palestina.
Sejak dimulainya agresi, rezim Tel Aviv telah menewaskan lebih dari 41.400 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023. Lebih dari 95.900 warga Palestina juga terluka.