Washington, Purna Warta – Surat kabar Amerika Serikat, The New York Times menurunkan sebuah laporan yang mengungkapkan sebuah keterlibatan bahwa serangan teror terhadap Syahid Sayyad Khodai dilakukan oleh rezim Zionis.
The New York Times mengutip sumber informasi yang mengatakan bahwa juru bicara perdana menteri rezim Zionis menolak untuk mengomentari pembunuhan Sayyad Khodai, tetapi menurut seorang pejabat intelijen, rezim Zionis memberi tahu pejabat AS bahwa pembunuhan tersebut dilakukan agennya.
Baca Juga : Tiba di Riyadh, Petinggi AS Desak Saudi Tingkatkan Produksi Minyak
Disebutkan oleh media AS ini bahwa Menteri Perang Rezim Zionis, Benny Gantz melakukan perjalanan ke AS sebelum pembunuhan Syahid Khodai dan bertemu dengan pejabat keamanan dan intelijennya. Selama perjalanan ini, Gantz menyampaikan beberapa statemen mengenai Iran dan tampaknya telah memberitahu pihak berwenang AS tentang rencana pembunuhan Syahid Khodai, sebelum aksinya dijalankan. Informasi ini menunjukkan dukungan pemerintah AS atas kejahatan Israel.
Laporan The New York Times tersebut mengejutkan rezim Zionis Israel. Media Israel,Yedioth Ahronoth, Kamis (26/5) melaporkan, “Aparat keamanan Israel mengaku terkejut dan aneh atas pemberitaan surat kabar New York Times yang menyebutkan keterlibatan Israel bahwa Zionis sudah memberitahukan teror Hassan Sayyad Khodai ke AS.”
Dalam artikel berjudul “Marahnya Dinas-Dinas Keamanan Israel atas Bocornya Informasi Teror Pejabat Iran oleh AS di New York Times”, Yedioth Ahronoth menulis, “Muncul kekhawatiran bahwa laporan New York Times akan berujung dengan penyerangan terhadap tokoh-tokoh penting Israel sebagai bentuk pembalasan.”
Baca Juga : Ukraina: Perang di Timur Mencapai ‘Intensitas Maksimum’
Menurut dinas keamanan Israel, Tel Aviv sudah meminta penjelasan dari sejawatnya di AS terkait bocornya misi Israel, dan Washington memilih berlepas tangan dalam masalah ini. Israel jarang mengklaim bertanggung jawab atas operasi apa pun di lluar negeri, karena ini memudahkan pihak lain untuk melalukan aksi balasan. Para pejabat Israel dilaporkan khawatir bahwa kebocoran itu akan menambah keinginan Iran untuk membalas.