Washington, Purna Warta – Sebuah majalah Amerika, merujuk pada perubahan kebijakan pemerintah Saudi baru-baru ini untuk memperbaiki citranya di hadapan pemerintahan baru AS, menganggapnya sebagai permintaan maaf Putra Mahkota Saudi kepada Presiden AS.
Majalah Amerika Foreign Policy baru-baru ini menulis dalam sebuah laporan yang disusun oleh Varsha Koduvayur dengan merujuk pada perilaku terbaru Riyadh mengenai masalah hak asasi manusia, dimana Mohammad bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi meminta maaf kepada Biden, Presiden Amerika. Namun, Biden menekankan bahwa pihak Bin Salman harus melakukan banyak hal untuk mendapatkan persetujuan dari tim presiden AS yang baru.
Pemberitaan Arab 21 melaporkan pada Kamis malam, yang dikutip oleh majalah Foregn Policy yakni “Arab Saudi baru-baru ini mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan dengan Washington, termasuk pembebasan aktivis Saudi Lajin al-Hazloul, yang meninggal pada 10 Februari setelah 1001 hari ditahan dan menerima penyiksaan,”
Lajin al-Hazloul adalah wanita paling terkemuka yang menentang kebijakan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, yang pembebasannya baru-baru ini dilaporkan oleh sumber pemberitaan. Al-Hazloul ditangkap bersama dengan wanita lain, termasuk Samar Badawi, Nasima al-Sadeh, Nawf Abdul Aziz dan Misa al-Zahrani, pada Mei 2018, yang mana menurut keterangan keluarga tahanan mereka mendapat siksaan di dalam penjara.
Majalah Foreign Policy lebih lanjut mengutip tindakan lain di Riyadh, dan menambahkan bahwa Arab Saudi telah membebaskan beberapa tahanan lain, mengubah isi buku teks pelajaran, dan menerapkan perubahan hukum di peradilan negara.
Laporan itu juga mencatat bahwa pemerintahan AS yang baru menempatkan Arab Saudi dalam posisi genting setelah Demokrat memenangkan lebih banyak kursi di Senat AS dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Faktor-faktor seperti tindakan Putra Mahkota Saudi dalam memenjarakan saingannya, salah mengurusi perang Yaman, keterlibatannya dalam pembunuhan jurnalis Saudi yang kritis Jamal Khashoghi dan kolumnis untuk Washington Post sama-sama membuat Partai Republik dan Demokrat marah dengan tindakan bin Salman.
Majalah tersebut mengingat pernyataan mantan presiden AS bahwa Joe Biden berjanji untuk mempertimbangkan kembali hubungan bilateral dengan Riyadh ketika dia mencalonkan diri sebagai presiden AS; “Terlepas dari pernyataan tajam Biden, ada peluang bersejarah untuk mengendalikan hubungan antara kedua negara, asalkan salah satu pihak memainkan kartunya dengan benar,” kata Foreign Policy.
Laporan tersebut selanjutnya mengatakan bahwa hubungan antara Washington dan Riyadh telah dipengaruhi oleh tindakan bin Salman selama masa kepresidenan mantan Presiden AS; Namun, ada masalah umum lainnya antara kedua belah pihak: Masalah umum seperti mencegah infiltrasi dari Iran, menjaga keamanan minyak, menghadapi China, dan mengembangkan perjanjian untuk menormalisasi hubungan antara Tel Aviv dan negara-negara Arab lainnya; Perjanjian ditandatangani selama masa jabatan mantan Presiden AS.
Baca juga: Yaman: Koalisi Saudi Jadikan Sipil Ma’rib Tameng Hidup