Washington, Purna Warta – Kepala Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) telah menyatakan keprihatinannya terhadap meningkatnya aliansi antara Iran, Tiongkok, dan Rusia.
Berbicara dalam sidang Komite Angkatan Bersenjata DPR AS pada hari Kamis, Jenderal Michael Kurilla mengatakan dia “sangat prihatin” tentang “implikasi global” dari kemitraan antara ketiga negara tersebut.
“Secara kolektif, Iran, Rusia, dan Tiongkok memperkuat hubungan mereka dan menciptakan lanskap kacau yang mendukung eksploitasi mereka,” katanya. “Dampak dari kemitraan ini akan mempunyai implikasi global.”
Ia juga merujuk pada kemampuan Iran dalam memproduksi drone dan mengekspor minyak mentah meskipun ada sanksi dari AS.
“Apa yang kami lihat adalah Iran bergantung pada Tiongkok dan Rusia bergantung pada Iran. Iran menjual 90% minyaknya, seluruhnya dikenai sanksi AS, ke Tiongkok,” kata Kurilla.
Iran, Tiongkok, dan Rusia selama beberapa tahun terakhir telah menjalin hubungan strategis dan memperkuat kerja sama mereka di berbagai bidang.
Kemitraan antara ketiga negara ini dapat melahirkan tatanan dunia multipolar baru, yang dimaksudkan untuk menggantikan tatanan unipolar yang dipimpin Amerika saat ini.
Awal bulan ini, Iran, Rusia, dan Tiongkok mengadakan latihan angkatan laut bersama di Teluk Oman, yang menandai latihan kelima sejak tahun 2019.
Para pejabat mengatakan tujuan latihan “Sabuk Keamanan Laut 2024” antara lain adalah untuk memperkuat keamanan perdagangan maritim internasional, memerangi pembajakan dan terorisme maritim.
Latihan ini dilakukan dengan latar belakang kehadiran angkatan laut AS dan negara-negara Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Asia Barat dan menandakan penguatan aliansi tripartit di tengah dinamika geopolitik global yang terus berkembang.
Dengan menampilkan sistem rudal canggih dan kapal perang baru, latihan tersebut mengirimkan pesan yang jelas kepada negara-negara Barat dan regional tentang kesiapan ketiga negara tersebut untuk menjaga kepentingan mereka dan menegaskan pengaruh mereka di koridor maritim yang penting.
Kolaborasi antara Tiongkok, Iran, dan Rusia dalam bidang latihan militer menggarisbawahi keinginan bersama untuk meningkatkan keamanan maritim sekaligus menantang struktur kekuatan global yang dipimpin oleh AS.
Latihan ini dilakukan hanya seminggu setelah latihan Respons Nordik NATO, yang merupakan latihan NATO paling ekspansif sejak Perang Dingin berakhir pada tahun 1991. Respons Nordik mencakup partisipasi militer dari negara-negara anggota terbaru NATO, Swedia dan Finlandia.