Washington D.C., Purna Warta – Frustrasi pada upaya AS yang gagal untuk menghentikan invasi Rusia ke Ukraina, Senator Senior Lindsey Graham pada hari Kamis (3/3) menyerukan agar “seseorang” di Rusia untuk melakukan pembunuhan terhadap Presiden Vladimir Putin.
Ketika berbicara dalam sebuah wawancara di televisi pada Kamis malam (3/3), Graham berkata, “Bagaimana ini berakhir? “Seseorang” di Rusia harus maju ke atas dan “mengeluarkan” orang ini.”
Baca Juga : Zelensky Kecam NATO Karena Mengesampingkan Zona Larangan Terbang Ukraina
Sang senator ketika itu sedang berbicara dengan pembawa acara TV Fox News yang berhaluan konservatif, Sean Hannity.
Dia mengulangi seruan itu kemudian dalam serangkaian tweet, mengatakan “satu-satunya orang yang dapat memperbaikinya adalah orang-orang Rusia.”
“Apakah ada Brutus di Rusia?” tanya sang senator, mengacu pada salah satu pembunuh penguasa Romawi Julius Caesar.
Mantan kandidat presiden itu juga bertanya-tanya apakah ada yang lebih baik dari “Kolonel Stauffenberg” di militer Rusia, merujuk pada perwira Jerman yang bomnya gagal membunuh Adolf Hitler pada tahun 1944.
Baca Juga : Jelang Pemilu Korea Selatan, Korea Utara Lakukan Uji Coba Rudal Ke-9 Kalinya
“Anda akan memberikan khidmat pada negara Anda – dan dunia,” tambahnya.
Is there a Brutus in Russia? Is there a more successful Colonel Stauffenberg in the Russian military?
The only way this ends is for somebody in Russia to take this guy out.
You would be doing your country – and the world – a great service.
— Lindsey Graham (@LindseyGrahamSC) March 4, 2022
Senator, yang telah bertugas di Kongres selama lebih dari dua puluh tahun dan kadang-kadang menjadi sekutu dekat mantan presiden Donald Trump, pada hari sebelumnya memperkenalkan resolusi yang mengutuk presiden Rusia dan komandan militernya karena melakukan “kejahatan perang” dan ” kejahatan terhadap kemanusiaan”.
Ukraina mengatakan sedikitnya 350 warga sipil telah tewas sejak Putin melancarkan invasi pekan lalu, dan lebih dari 1 juta warga Ukraina telah meninggalkan negara itu.
Baca Juga : 22 Februari Hari Kematian Wahabi dan Pengulitan Keluarga Saud
Meskipun ada bukti yang menyatakan sebaliknya, Moskow mengklaim tidak menargetkan wilayah sipil.