Washington D.C., Purna Warta – Popularitas Presiden Amerika Serikat Joe Biden turun di angka 40% pada awal Juli akibat kekhawatiran ekonomi yang terus meresahkan warga AS.
Angka tersebut merupakan angka yang mendekati level terendah dalam popularitas kepresidenan.
Baca Juga : Ayatullah Khamenei: Iran di Tengah Pertarungan Global Lawan Kekuatan Arogan
Hasil polling online yang berlangsung selama tiga hari, yang menanyakan, “Apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan cara Joe Biden menangani pekerjaannya sebagai presiden?”, menunjukkan penurunan marjinal dari dari angka 41% pada bulan sebelumnya.
Rasio kesalahan dalam polling Reuters/Ipsos tersebut diyakni memiliki margin kesalahan sebesar 3% saja.
Terdapat 21% responden yang menyatakan bahwa ekonomi sebagai perhatian utama mereka. Angka itu diikuti oleh 15% lain yang menyebutkan kejahatan atau korupsi.
Gedung Putih dalam beberapa pekan terakhir telah memulai serangkaian acara yang bertujuan untuk mengangkat suasana suram orang Amerika terkait ekonomi, menggembar-gemborkan apa yang disebutnya sebagai agenda Bidenomics dari Partai Demokrat.
Baca Juga : Menlu Iran: Penundaan Mengutuk Penodaan Al-Qur’an Tunjukkan ‘Standar Ganda’
Rating Biden identik dengan pendahulunya dari Partai Republik, Donald Trump, dengan angka 41% pada saat ini dalam kepresidenannya. Angka ini terhitung relatif rendah dibandingkan dengan pendahulunya dari Demokrat, Barack Obama, dan Republikan, George W. Bush.
Responden terbagi rata dalam pandangan mereka tentang keputusan Mahkamah Agung bulan lalu untuk membatalkan program pinjaman mahasiswa Biden, dengan 49% mendukung keputusan tersebut dan 48% menentang. Mayoritas 60% mengatakan mereka mendukung langkah pengadilan untuk mengakhiri penggunaan tindakan afirmatif dalam penerimaan perguruan tinggi.
Sekitar 70% responden mengatakan mereka akan mendukung batasan masa jabatan hakim agung, termasuk 85% dari Demokrat dan 56% dari Republik.
Baca Juga : Jenderal Tertinggi: Iran Akan Intensifkan Serangan Terhadap Kelompok Teroris Irak
Jajak pendapat dilakukan setelah masa pengadilan tinggi, yang melihat pengadilan membatalkan program tindakan afirmatif perguruan tinggi serta rencana utang mahasiswa Biden.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos dilakukan secara online, dalam bahasa Inggris, dan mengumpulkan tanggapan dari 1.028 orang dewasa, sebagai bentuk perwakilan masyarakat dalam skala nasional.