Washington, Purna Warta – Para ahli dan pengamat telah menyatakan kecurigaan mereka tentang kekhawatiran AS pada kasus hak asasi manusia di Arab Saudi, merujuk pada laporan CIA tentang pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Para sarjana politik memandang adanya kecurigaan laporan intelijen CIA yang berhubungan dengan masalah hak asasi manusia, seperti yang katanya akan diperjuangkan Biden. Buktinya, perang melawan Yaman dan peristiwa lainnya yang kontradiksi dengan HAM dari pihak AS membuktikan bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak memiliki program pembelaan terhadap hak asasi manusia.
Aktivis hak asasi manusia percaya bahwa perilisan laporan CIA saat ini hanyalah blueprint peninjauan rencana dan program di kawasan negara Saudi. Pasalnya, daerah tersebut saat ini telah terjadi perkembangan politik yang memanas karena adanya kepentingan beberapa pihak. Kepergian Trump memberikan kesempatan luas bagi Amerika Serikat untuk meninjau kembali rencana dan pemasangan bonekanya di wilayah tersebut.
Analis politik mengatakan bahwa semua rencana yang dijanjikan Biden selama pemilu AS tidak akan terwujud selama Bin Salman tetap berkuasa. Karenanya, pemerintahan AS yang baru memberi dua pilihan kepada keluarga penguasa Saudi; Pertama, isolasi rezim Saudi dari arena politik atau tindakan keluarga penguasa untuk menggulingkan Muhammad bin Salman.
Analis politik mengatakan perilisan laporan Departemen Luar Negeri AS dan penentangannya terhadap Bin Salman menunjukkan adanya dukungan yang jelas terhada banyak pangeran yang anti-Bin Salman.
Aktivis hak asasi manusia di Amerika Serikat mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggunakan istilah hak asasi manusia untuk memaksakan kebijakan mereka di dunia, dan semua orang sekarang tahu bahwa istilah ini begitu kosong dan hampa.
Baca juga: Mantan CIA: Biden Tidak Boleh Tutup Mata atas Polah MBS