Washington, Purna Warta – Presiden AS Joe Biden dan tim keamanan nasionalnya berencana mengadakan pertemuan dengan para eksekutif bisnis negara itu mengenai masalah keamanan siber.
Menurut juru bicara Dewan Keamanan Nasional, pertemuan yang akan diadakan pada 25 Agustus tersebut akan membahas secara khusus tentang apa yang diklaim AS sebagai serangan siber dari sindikat kriminal yang berbasis di Rusia dan ancaman keamanan siber dari pemerintah China.
“Hari ini lebih dari sebelumnya. Keamanan siber adalah keamanan ekonomi dan keamanan nasional, baik pemerintah federal maupun sektor swasta memainkan peran penting,” kata juru bicara itu.
Sementara itu, juru bicara tersebut tidak memberikan rincian tentang eksekutif sektor swasta mana saja yang akan menghadiri pertemuan tersebut.
Selama beberapa bulan terakhir, gelombang serangan siber yang mengganggu telah menargetkan sektor pangan, energi, teknologi Amerika Serikat. Hal ini membuat Biden menempatkan keamanan siber sebagai agenda utama.
Selama pertemuan puncak di Jenewa pada 16 Juni, Biden mengatakan dia dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah sepakat untuk bekerja sama untuk mengatasi masalah keamanan siber, seperti serangan ransomware pada infrastruktur penting.
Dalam panggilan telepon awal bulan ini dia juga meminta Putin untuk menekan para peretas dunia maya dan memperingatkan konsekuensi jika serangan semacam itu terus berkembang.
Namun banyak yang percaya bahwa dugaan serangan siber China lebih penting bagi pemerintahan Biden.
Dalam pengumuman terkoordinasi pada hari Senin (19/7), Gedung Putih dan sekutunya menuduh Kementerian Keamanan Negara China telah menggunakan peretas kontrak kriminal untuk melakukan operasi peretasan di seluruh dunia demi keuntungan pribadi. .
Microsoft sebelumnya mengklaim bahwa peretas yang terkait dengan Kementerian Keamanan Negara China pada bulan Maret telah menyusup ke sistem email perusahaan perangkat lunak.
Namun pernyataan dari Gedung Putih untuk pertama kalinya menandai bahwa AS secara resmi menuduh China membayar peretas untuk melakukan serangan ransomware guna memeras perusahaan dengan jutaan dolar.
Baik China dan Rusia telah menolak tuduhan Biden, dan menganggapnya sebagai tuduhan tidak berdasar.