Washington, Purna Warta – Grok, chatbot kecerdasan buatan generatif yang dikembangkan oleh AI milik Elon Musk, untuk sementara menonaktifkan penerjemahan konten berbahasa Ibrani karena kekhawatiran bahwa alat tersebut memperkuat ekspresi kekerasan dan bahasa yang bersifat provokatif.
Baca juga: Israel Umumkan Perluasan Permukiman Baru di Dekat Perbatasan Mesir
Dalam sebuah unggahan di platform X pada Rabu, TRT World mengutip pernyataan Grok yang mengatakan bahwa terjemahan otomatis dari bahasa Ibrani “sering kali memperkuat konten yang menghasut,” termasuk seruan kekerasan yang didukung Israel.
Menurut pernyataan yang dikaitkan dengan Grok, keputusan untuk menonaktifkan penerjemahan bahasa Ibrani tersebut bersifat “berdasarkan data” dan bertujuan untuk mengurangi dampak buruk tanpa melakukan sensor total, dengan fokus pada kasus-kasus “di mana terjemahan harfiah mendistorsi konteks atau paling sering melanggar kebijakan.”
Pihak X belum mengonfirmasi maupun membantah laporan mengenai penghentian penerjemahan bahasa Ibrani tersebut, dan hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi.
Penangguhan penerjemahan bahasa Ibrani ini muncul di tengah meningkatnya sorotan terhadap praktik moderasi konten di X, khususnya terkait diskursus seputar konflik serta akurasi terjemahan otomatis.
Laporan terbaru mengungkap adanya infiltrasi Zionis di dalam platform X, dengan beberapa personel militer Israel berpangkat tinggi diketahui bekerja dalam posisi strategis terkait moderasi konten dan penangguhan akun.
Ketergantungan Israel pada manipulasi digital kini bahkan tidak lagi disembunyikan. Dalam pernyataan publik, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui penggunaan media sosial sebagai alat strategis untuk membentuk ulang citra global Israel, terutama di tengah meningkatnya kritik atas perang genosida di Jalur Gaza yang dimulai pada Oktober 2023.
Baca juga: Resolusi PBB tentang Gaza Memberlakukan Mandat ‘Kolonial’ atas Warga Palestina
Netanyahu juga menekankan pentingnya menjalin komunikasi dengan Elon Musk, pemilik X, yang dipandang sebagai upaya memperluas pengaruh Israel terhadap wacana daring dan mempersempit ruang yang tersisa bagi suara pro-Palestina di platform tersebut.
Para aktivis memperingatkan bahwa perang informasi Israel melampaui wilayah pendudukan, dengan memanfaatkan platform digital untuk memutihkan citra rezim tersebut, memanipulasi persepsi global, dan merusak stabilitas negara-negara berdaulat yang menentang agenda kolonial-fasisnya.
Musk sebelumnya telah menyatakan dukungan terhadap upaya Israel memusnahkan gerakan perlawanan Palestina Hamas, dan ia mengunjungi wilayah pendudukan tak lama setelah perang genosida dimulai.
Miliarder teknologi asal AS itu tidak pernah menggunakan kata “genosida” untuk menggambarkan pengeboman berkepanjangan terhadap Gaza.
Pada Agustus lalu, Grok—yang banyak digunakan pengguna X untuk memeriksa fakta atau merespons argumen pengguna lain—dilaporkan sempat ditangguhkan karena komentarnya yang mengaitkan rezim Israel dan Amerika Serikat dengan perang genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.


