Washington, Purna Warta – Statistik baru menunjukkan bahwa lebih dari 5.000 penembakan mematikan telah terjadi di AS tahun ini.
Kantor Arsip Kekerasan Bersenjata mencatat “Sampai kemarin, jumlah penembakan mematikan di Amerika Serikat telah mencapai 5.000 peristiwa. Data ini setara dengan rata-rata 50 kematian per hari. Amerika Serikat mencapai angka ini tahun lalu pada 9 April 2021, pada 30 April 2020, dan 2019 pada 14 Mei.”
Baca Juga : Pertemuan Bashar al-Assad dengan Ulama di Damaskus
“Penembakan buta” atau “penembakan massal” adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada penembakan di mana empat orang atau lebih telah ditembak. Penembakan ini merupakan masalah keamanan sebagai tantangan bagi para pejabat pemerintahan AS. Banyak pakar menyebutkan kebebasan memperoleh senjata sebagai salah satu penyebab krisis ini.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Amerika Serikat tahun lalu menunjukkan peningkatan signifikan permintaan senjata di negara ini. Studi yang dilakukan bersama oleh Universitas North Eastern dan Harvard menemukan bahwa seperlima pembeli senjata pada tahun 2020 adalah para pemula.
Studi ini juga menemukan bahwa jumlah pemilik senjata dan jumlah warga Amerika yang membeli senjata meningkat. Menurut hasil ini, tujuh belas juta orang Amerika membeli senjata pada tahun 2020, yang lebih dari lima persen lebih banyak daripada tahun 2019.
Baca Juga : Pemimpin Ansarullah: Koalisi Agresor Temui Jalan Buntu
Di sisi lain, temuan penelitian pada periode tersebut menunjukkan bahwa setengah dari pembeli senjata adalah perempuan. Dengan demikian, pada tahun 2020, 39% rumah tangga Amerika memiliki senjata. Sedangkan angka pada tahun 2016 adalah 32%.
Hasil penelitian terbaru lainnya menunjukkan bahwa antara tahun 2000 dan 2016, hampir 550.000 orang dirawat di rumah sakit karena cedera yang diderita dalam serangan bersenjata. Jumlah kekerasan bersenjata ini merugikan sistem perawatan kesehatan AS sebanyak miliaran dolar per tahun.
Dengan membandingkan statistik kekerasan senjata antara Amerika Serikat dan seluruh dunia menunjukkan bahwa Amerika Serikat menjadi negara yang sangat luar biasa memiliki tingkat penembakan dengan kekerasan yang lebih tinggi daripada negara mana pun di dunia. Meskipun Amerika Serikat berpopulasi 5 persen dari populasi dunia, akan tetapi telah menyumbang hampir dari 31 persen yang melakukan pembunuhan massal karena kejahatan bersenjata.
Baca Juga : Tepi Barat, Siap-siap Tampung Kebangkitan Besar Palestina
Selain itu, statistik dari Congressional Research Service menunjukkan bahwa Amerika Serikat memiliki sekitar setengah (48%) dari total 650 juta senjata sipil di dunia.
Hal ini terjadi tentunya berasal dari sebab yang mengakar yang lebih penting dari fenomena sosial budaya ini. Seperti diketahui di antara beberapa kritikus masalah sosial di Amerika Serikat, senjata adalah satu-satunya “alat” untuk membunuh, sedangkan di sisi lain semakin banyak orang di Amerika Serikat menggunakan senjata ini untuk membunuh sesama manusia dalam usaha untuk pengamanan mereka.
Studi yang lebih mendalam dan ilmiah tentang peristiwa di mana seseorang mengangkat senjata untuk pembunuhan massal menunjukkan bahwa masalah ini berasal dari lapisan yang lebih dalam dari cara hidup Amerika Serikat dan elemen sosial budaya di negara ini.
Menurut penelitian Adam Lankford, seorang profesor kriminologi di Universitas Alabama, 62% dari semua peristiwa penembakan di dunia terjadi di dekat lokasi pendidikan dan bisnis di Amerika Serikat. Pola yang dapat diamati adalah bahwa para pelaku penembakan, setelah mengalami kegagalan di bangku sekolah atau tempat kerja, sebenarnya mereka menggunakan kekerasan tersebut sebagai alasan untuk balas dendam.
Baca Juga : Menhan Israel Gantz Serukan Aliansi Regional Anti-Iran
Fenomena ini bermula dari jurang perbedaan budaya di dalam masyarakat Amerika itu sendiri. Tekanan berlebihan untuk menghindari kegagalan dan mencapai kesuksesan individu atau yang disebut Amerika untuk mencapai “Mimpi Amerika” adalah salah satu penyebab terbesar dalam tindakan kriminal ini.
“Dalam masyarakat Amerika, kriteria untuk menilai nilai individu adalah keberhasilan individu dalam karier, pendidikan, kompetisi olahraga, mode, atau status sosial ekonomi. Akibatnya, anggota masyarakat merasa bahwa rasa harga diri mereka hanya bergantung pada kemajuan dan keberhasilan di bidang ini.” kata Augusto de Venanzi, profesor sosiologi di Universitas Proudhon.
Masyarakat Amerika Serikat adalah orang-orang yang terus-menerus dihadapkan pada tantangan dan tekanan sosial untuk perolehan kesuksesan materi yang cepat. Faktor-faktor tersebut tidak akan menghasilkan hasil yang menarik jika dipadukan dengan kemudahan akses terhadap senjata. Statistik korban senjata di Amerika Serikat juga mengkonfirmasikan hal ini.
Baca Juga : Sana’a: Dunia Tidak Boleh Tertipu oleh Saudi