Washington, Purna Warta – Amerika Serikat (AS) pada Rabu (4/10) menyebutkan telah memberikan peluru kecil yang merupakan amunisi sitaan dari Iran untuk Ukraina.
Amunisi itu disita saat dikirim dari pasukan Iran ke pejuang Houthi yang didukung Teheran di Yaman. Kebijakan ini dapat menjadi pertanda perlengkapan militer sitaan akan lebih banyak dikirim ke Ukraina, saat bantuan AS tak pasti setelah ditentang anggota Partai Republik garis keras.
Baca Juga : Pompeo: Jika Kemerdekaan Menjadi Syarat Normalisasi Saudi-Israel, Itu Tidak Mungkin
“Pemerintah AS mengirimkan sekitar 1,1 juta peluru 7,62 mm ke angkatan bersenjata Ukraina,” kata Komando Pusat militer (CENTCOM), dikutip dari kantor berita AFP. Amunisi tersebut disita oleh Angkatan Laut AS pada Desember 2022 ketika dikirim dari IRGC ke Houthi di Yaman, imbuh CENTCOM.
IRGC adalah Korps Garda Revolusi Islam Iran, dan Houthi merupakan pejuang Yaman yang mereka dukung. “Pemerintah mendapat kepemilikan amunisi ini pada 20 Juli 2023, melalui penyitaan perdata Departemen Kehakiman,” tambahnya.
Pentagon pada Selasa (3/10) mengatakan, AS dapat terus memenuhi kebutuhan militer Ukraina sedikit lebih lama dengan bantuan yang sudah mendapat persetujuan. Namun, tindakan Kongres tetap diperlukan agar bantuan dapat terus berjalan dalam jangka panjang.
Penentangan Partai Republik menyebabkan parlemen tidak memasukkan dana bantuan baru untuk Ukraina di RUU yang disahkan akhir pekan lalu, untuk mencegah penghentian kegiatan pemerintah federal AS (government shutdown). Tidak ada kepastian berapa lama bantuan resmi AS untuk Ukraina akan bertahan.
Persetujuan pendanaan semakin rumit setelah kali pertama dalam sejarah Ketua DPR AS dipecat, yaitu Kevin McCarthy. Menurut Pentagon, pemerintah masih berwenang mengucurkan bantuan peralatan ke Ukraina senilai 5,4 miliar dollar AS (Rp 84,26 triliun) dari stok militer, tetapi hanya ada dana 1,6 miliar dollar AS (Rp 24,97 triliun) untuk mengganti peralatan yang disumbangkan.
Baca Juga : Senator AS Ingatkan Biden untuk Berhati-hati pada Arab Saudi
AS adalah negara dengan jumlah bantuan terbanyak ke Ukraina sejak invasi Rusia terjadi pada Februari 2022. Mereka juga mengoordinasikan bantuan dari puluhan negara. Washington sudah merogoh kocek lebih dari 43 miliar dollar AS (Rp 670,89 triliun) untuk memberi bantuan militer ke Ukraina, lebih dari separuh bantuan keamanan internasional.