Afrika, Purna Warta – Uni Afrika dalam sebuah pernyataan hari Selasa (30/5) yang diberitakan kantor berita Sputnik, menekankan tidak ada solusi militer dan intervensi asing untuk krisis Sudan dan konflik tersebut telah menyebabkan pembunuhan dan penghancuran infrastruktur di negara ini, dan menyerukan pemilu diadakan di Sudan untuk menegakkan demokrasi.
“Konflik saat ini di Sudan antara tentara dan pasukan reaksi cepat tidak dapat dibenarkan dan jika terus berlanjut, maka tidak mungkin mencapai solusi untuk krisis di negara ini,” kata pernyataan Uni Afrika.
Baca Juga : Makin Gencar Bantu Ukraina, Senjata Apa Saja yang Didapat Ukraina dari Barat?
Sumber media, termasuk Al Jazeera Selasa malam melaporkan berlanjutnya konflik di berbagai wilayah di Sudan meskipun ada perpanjangan gencatan senjata antara pihak yang bertikai di negara ini.
Bentrokan intensif terus berlanjut di Khartoum, ibu kota Sudan, sehari setelah faksi-faksi militer menyetujui perpanjangan gencatan senjata yang bertujuan memungkinkan bantuan menjangkau warga sipil. Tentara dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) setuju untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata selama lima hari sebelum berakhir pada Senin malam.
Beberapa jam sebelum perpanjangan ditandatangani, penduduk melaporkan pertempuran intensif di sekitar pertemuan Sungai Nil – Khartoum, Omdurman, dan Khartoum Utara. Bentrokan berlanjut pada Selasa malam (30/5) di pinggiran ibu kota.
Pemimpin Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fattah al-Burhan terlihat menyapa pasukan dalam sebuah video. Dia mengatakan bahwa tentara telah menyetujui perpanjangan gencatan senjata untuk memudahkan akses warga ke layanan.
Baca Juga : PBB Serukan Gencatan Senjata Segera di Sudan
“Tentara belum menggunakan kekuatan mematikannya secara penuh, tetapi akan terpaksa melakukannya jika musuh tidak mematuhi atau mendengarkan suara nalar,” sumbarnya.
Penduduk tidak memiliki banyak harapan pada gencatan senjata awal yang mulai berlaku pada 22 Mei. Mereka mengatakan bahwa tidak pernah ada hari di mana tidak ada serangan udara atau tembakan artileri berat yang dilaporkan.
Jam malam diumumkan pada hari Selasa di kota terbesar kedua Sudan, Port Sudan, dari pukul 23.00 hingga 05.00 waktu setempat ,menurut pernyataan gubernur Negara Laut Merah, di mana kota itu rumah Pelabuhan utama Sudan berada.
Komite keamanan negara mengatakan telah menangkap beberapa sel tidur “pemberontak” yang dikabarkan telah menyelinap masuk dari luar dan sedang merencanakan kegiatan.
“Kami berterima kasih kepada warga negara Laut Merah atas kerja sama total mereka dan segera melaporkan keberadaan elemen pemberontak ini dan agen mereka di lingkungan mereka,” katanya, tanpa menyebutkan identitas mereka.
Sejak pertempuran dimulai pada 15 April, kedua pihak yang bertikai telah berkomitmen untuk serangkaian gencatan senjata, meskipun intervensi asing AS dan Arab Saudi mengatakan kesepakatan tujuh halaman ini berbeda karena pihak yang bertikai di Sudan menandatanganinya, dan ada mekanisme pemantauan.
Baca Juga : Menlu Saudi akan Kunjungi Iran Awal Pekan Depan
Lebih dari enam minggu setelah konflik, PBB memperkirakan lebih dari setengah populasi yang berjumlah total sekira 25 juta orang membutuhkan bantuan dan perlindungan.
Perang di Sudan telah menewaskan lebih dari 1.800 orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan bahwa lebih dari satu juta orang telah mengungsi di dalam Sudan, dan 300.000 orang mencari perlindungan di negara-negara tetangga.