Bawako, Purna Warta – Lebih dari 70 orang diperkirakan tewas dalam serangan oleh kelompok terkait al-Qaeda di ibu kota Mali, Bamako, awal minggu ini, menurut sumber diplomatik dan keamanan.
Baca juga: Gaza Liris Laporan Rinci tentang Martir Palestina yang Tewas dalam Perang Israel
Pejuang garis keras dari Jama’at Nusrat al-Islam wa al-Muslimeen (JNIM) yang terkait al-Qaeda melakukan serangan terhadap akademi pelatihan polisi elit dan bandara di dekatnya pada hari Selasa, yang memicu keterkejutan dan kemarahan di ibukota Mali tersebut.
Seorang sumber keamanan, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 77 orang tewas dan 255 orang terluka dalam serangan itu.
Sebuah dokumen resmi rahasia yang diautentikasi menyebutkan jumlah korban sekitar 100 orang, mengidentifikasi 81 korban, AFP menambahkan.
Dua diplomat yang bertugas di wilayah tersebut, termasuk satu yang berkantor di Bamako, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 70-an.
Diplomat ketiga yang berkantor di wilayah tersebut mengatakan ratusan orang diyakini tewas dan terluka, dan rumah sakit kehabisan tempat tidur untuk merawat para korban, Al Jazeera melaporkan.
Negara tersebut tengah memerangi pemberontakan bersenjata yang dimulai lebih dari satu dekade lalu di wilayah utara yang gersang. Pemberontakan tersebut juga telah menyebar ke negara-negara tetangga di wilayah Sahel yang menyebabkan ribuan orang tewas dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.
Serangan tersebut melemahkan klaim dari militer, yang merebut kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2021, yang mengklaim telah menstabilkan situasi setelah pasukan Prancis ditarik dan beralih ke Rusia untuk keamanan.
Penguasa militer Mali telah mengakui beberapa kerugian.
JNIM mengklaim bahwa beberapa lusin pejuangnya telah membunuh dan melukai “ratusan” orang dari pihak lawan, termasuk anggota kelompok tentara bayaran Rusia Wagner.
Baca juga: Puluhan Tewas di Gaza, Tepi Barat Saat Tentara Israel Dorong Mayat dari Atap
JNIM menerbitkan video di media sosial yang menunjukkan para pejuangnya menembaki jendela hanggar kepresidenan secara acak dan menghancurkan pesawat.
Sebuah pesawat yang digunakan untuk pekerjaan kemanusiaan oleh Program Pangan Dunia (WFP) termasuk salah satu yang rusak, menurut National Airways Corp, perusahaan penerbangan Afrika Selatan yang memiliki pesawat tersebut.