Bamako, Purna Warta – Serangan beruntun di Mali pada pekan ini telah menewaskan 16 tentara dan melukai 18 warga dalam aksi kekerasan terbaru yang melanda negara bagian Sahel.
Pernyataan militer pada Selasa malam (22/3) menyebutkan terdapat empat korban tewas dari pihak tentara dan 17 terluka dalam serangan terpisah pada Senin di timur laut dan pusat negara yang dilanda konflik itu.
Baca Juga : China Temukan Black Box 2 Hari Pasca Kecelakaan Pesawat
Tiga puluh tujuh teroris juga tewas dalam serangan itu, dan senjata serta amunisi disita, kata militer.
Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas salah satu serangan pada hari Senin, di sebuah pos militer di timur laut Mali.
Sebuah negara miskin berpenduduk 21 juta orang, Mali telah berjuang untuk menangkal pemberontakan yang muncul pada tahun 2012, sebelum menyebar ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger.
Baca Juga : Biden Terbang ke Eropa, Perketat Sanksi Rusia atas Konflik Ukraina
Biaya Kemanusiaan yang Tinggi
Ribuan tentara dan warga sipil telah tewas dalam konflik brutal dan ratusan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka.
Junta militer yang berkuasa di Mali, yang merebut kekuasaan pada tahun 2020, menyatakan pada hari Selasa bahwa pemberontak sedang dikeluarkan.
Namun, keberhasilan militer terbaru yang diklaim telah datang dengan biaya kemanusiaan yang tinggi.
Sebuah penyergapan di sebuah kamp tentara di pusat negara pada tanggal 4 Maret menewaskan 27 tentara, dalam serangan paling mematikan terhadap tentara dalam beberapa bulan. Militer mengatakan telah menewaskan 70 gerilyawan dalam pertempuran itu.
Baca Juga : Menlu China Wang Yi Akan Kunjungi India
Akses yang buruk ke daerah konflik Mali dan relatif kurangnya sumber informasi independen membuat angka yang diberikan oleh pemerintah atau kelompok pemberontak sulit untuk diverifikasi.