Kairo, Purna Warta – Sebuah insiden terjadi di Mesir dimana para pengunjuk rasa yang berpihak pada Presiden Sisi justru melakukan protes anti pemerintah.
Presiden petahana, yang berkuasa melalui kudeta 10 tahun lalu, pada hari Senin (2/10) mengumumkan upayanya untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden, yang akan membuatnya berkuasa hingga tahun 2030.
Baca Juga : Kesepakatan Normalisasi Saudi-Israel: Siapa yang Akan Jadi Arsiteknya?
Sejumlah demonstrasi yang disponsori negara pada hari Senin yang awalnya menyatakan dukungan untuk Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyusul pengumumannya bahwa ia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga secara spontan berubah menjadi demonstrasi anti-pemerintah di beberapa tempat di seluruh negeri.
Puluhan video yang dibagikan di media sosial, diverifikasi keakuratannya oleh sejumlah aktivis dan investigasi sumber terbuka, menunjukkan orang-orang di Mersa Matruh, sebuah kota di Mediterania, dan di wilayah Delta Nil di Menoufia, menyerukan Sisi untuk mundur dan membakar atau menginjak-injak pada spanduk kampanye presiden petahana.
Rekaman tersebut menyusul laporan acara nasional, yang disponsori oleh Partai Masa Depan Bangsa-Bangsa yang pro-Sisi, merayakan keputusan Sisi untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga dalam pemilihan presiden mendatang yang dijadwalkan pada 10-12 Desember.
Baca Juga : PBB Berencana Gelar Voting mengenai Pengiriman Pasukan Asing ke Haiti
Dalam video tersebut, pengunjuk rasa terdengar meneriakkan “rakyat menyerukan jatuhnya rezim”. Protes kecil juga terjadi di kota-kota lain, termasuk Ismailia, di mana puluhan orang terlihat meneriakkan protes terhadap pemerintah.
Dalam satu acara, orang-orang terdengar mengatakan “Lanjutkan presiden” dan teriakan “tidak” segera terdengar setelahnya. Menurut Saheeh Masr, akun media sosial yang fokus memerangi misinformasi dan melakukan investigasi, protes tersebut terjadi beberapa jam setelah pidato Sisi di televisi pada Senin malam yang menyatakan bahwa ia mencalonkan diri sebagai presiden ketiga dalam pemilu bulan Desember.
Saheeh Masr juga membenarkan, demonstrasi terjadi di Jalan Alexandria, dekat RSUD Mersa Matruh. Lusinan warga Mesir mengambil bagian dalam protes anti-pemerintah setelah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengumumkan pada hari Senin bahwa ia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga pada pemilihan yang dijadwalkan pada bulan Desember, yang diperkirakan akan dimenangkannya. Namun, Kementerian Dalam Negeri Mesir mengeluarkan pernyataan di Facebook pada hari Senin, mengklaim bahwa orang-orang di jalanan terlibat dalam bentrokan di sebuah acara seni.
Baca Juga : Biden Desak Kongres AS untuk Setujui Bantuan Ukraina yang Tidak Termasuk dalam Kesepakatan
“Pertengkaran terjadi antara beberapa anak muda di kota Matruh akibat persaingan berfoto dengan penyair Libya dan pasukan keamanan dikerahkan untuk menangkap pelakunya,” bunyi pernyataan itu.
Pemilu Presiden
Rapat umum pemilu ini awalnya diselenggarakan oleh partai Mostaqbal Watan, dan puluhan orang langsung turun ke jalan setelah pidato Sisi di televisi yang mengikuti konferensi tiga hari yang memaparkan pencapaiannya selama sembilan tahun pemerintahannya. “Jika saya orang yang tepat untuk peran ini, saya mohon kepada Tuhan agar saya berhasil dan dimudahkan,” ujarnya dalam sambutannya.
“Saya menyerukan kepada seluruh rakyat Mesir untuk menyaksikan suasana demokrasi ini dan memilih orang yang tepat untuk peran tersebut. Ini adalah pilihan seluruh rakyat Mesir, yang saya hormati. Saya tidak pernah membuat janji yang tidak dapat saya tepati – yang bisa saya katakan adalah saya akan terus bekerja, bekerja, bekerja, dan Tuhan akan membuat segalanya mudah.”
Baca Juga : Sana’a Siap Capai Kesepakatan Komprehensif Mengenai Tahanan
Namun konferensi tersebut juga diwarnai kontroversi, setelah presiden melontarkan sejumlah komentar janggal. Dalam pidatonya, ia mengatakan bahwa rakyatnya harus menerima kemungkinan terjadinya kelaparan sebagai akibat dari kesuksesan negaranya. Dia juga mengatakan dia bisa “menghancurkan Mesir” dengan mendistribusikan narkoba kepada masyarakat miskin untuk menciptakan kekacauan menjelang pemilihan presiden.