New York, Purna Warta – Organisasi Pangan dan Pertanian PBB telah memperingatkan bahwa Tanduk Afrika akan berada di ambang malapetaka kelaparan jika tindakan tidak segera diambil untuk mengurangi penurunan curah hujan di wilayah tersebut.
Kekeringan di Tanduk Afrika telah membunuh lebih dari 1,5 juta ternak dan secara drastis memangkas produksi sereal, kata seorang pejabat senior Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Selasa (15/2).
Baca Juga : Pakistan Beri Jalan untuk India kirim Gandum ke Afghanistan
Rein Paulsen, direktur darurat dan ketahanan FAO yang kembali dari wilayah tersebut pada hari Jumat lalu, mengatakan bahwa kesempatan yang ada sangatlah minim untuk mengambil tindakan solusi. Dan kuncinya adalah apakah akan ada hujan panjang di kawasan itu antara Maret dan Mei, dan apakah badan tersebut mendapatkan $130 juta yang dibutuhkannya itu sampai Juni atau tidak.
Hujan, meskipun singkat, di wilayah itu, yang meliputi sebagian Somalia, Ethiopia dan Kenya, seharusnya terjadi antara Oktober dan Desember, tetapi kondisi yang ada berada di luar apa yang diharapka, katanya.
“Ini memberi tanda kegagalan musim hujan ketiga secara berturut-turut dengan rata-rata curah hujan yang lebih rendah, yang semuanya berdampak parah pada rumah tangga yang rentan.”
Baca Juga : OKI Ungkapkan Keprihatinan atas Larangan Hijab di India
Produksi Sereal Turun Drastis
Hasil dari kekeringan adalah secara keseluruhan produksi sereal untuk musim hujan terakhir di Somalia selatan diperkirakan 58% lebih rendah dari rata-rata jangka panjang, kata Paulsen.
“Di daerah pertanian di zona pesisir marjinal di bagian tenggara Kenya, Kami melihat produksi tanaman diperkirakan 70% di bawah rata-rata,” lanjutnya.
Selain itu, sebagian besar tempat cadangan air yang biasanya tahan terhadap variabilitas iklim telah mengering di Kenya, katanya dalam konferensi pers virtual dari Roma.
Paulsen mengatakan dana $130 juta sangat penting sekarang untuk menyediakan uang tunai bagi orang-orang untuk membeli makanan sampai produksi dilanjutkan, untuk menjaga ternak tetap hidup dan untuk menyediakan benih tahan kekeringan bagi petani untuk menuai panen.
Baca Juga : Turki Kunjungi UEA Demi Hidupkan Relasi
“Kami masih memiliki kesempatan hingga pertengahan tahun ini; Juni, yang merupakan waktu yang sangat singkat. Kesempatan yang sangat sulit untuk sebuah tindakan mendesak guna mencegah skenario terburuk,” kata Paulsen.
“Pertanian butuh perhatian lebih. Ini penting untuk kelangsungan hidup masyarakat yang terkena dampak kekeringan.”
Selama kunjungannya ke wilayah tersebut, Paulsen berkata: “Kami melihat bangkai ternak dan satwa liar di sisi jalan saat kami mengemudi. Kami melihat hewan mati bersama dengan petani mereka, dan jumlahnya menurut saya cukup mengejutkan.”
Di Kenya saja, 1,4 juta ternak mati pada akhir tahun lalu akibat kekeringan, dan di Ethiopia selatan, sekitar 240.000 ternak mati akibat kekeringan, katanya.
Baca Juga : Taliban Desak AS Batalkan Keputusan untuk Membagi Dua Aset Afghanistan
Program Pangan Dunia PBB mengatakan pada 8 Februari bahwa kekeringan telah menyebabkan sekitar 13 juta orang di Tanduk Afrika menghadapi kelaparan parah di tengah kondisi terkering sejak 1981.
Diperlukan setidaknya $ 327 juta untuk memenuhi kebutuhan mendesak 4,5 juta orang selama enam bulan ke depan.