Niamey, Purna Warta – Seminggu setelah kudeta di Niger yang berhasil menggulingkan Presiden terpilih Mohamed Bazoum, seorang pejabat dari Komite Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) mengatakan pada Rabu (2/8) bahwa intervensi di Niger akan menjadi upaya terakhir untuk memulihkan pemerintahan sipil di negara itu.
Baca Juga : AS Dukung Pemimpin Terguling Niger dalam Kudeta Militer
“Opsi militer adalah pilihan terakhir, dan kita harus bersiap untuk kemungkinan itu,” kata Abdel-Fatau Musah, komisaris ECOWAS saat berbicara pada awal pertemuan para pemimpin militer kelompok itu. di ibu kota Nigeria, Abuja.
Tim ECOWAS berada di Niger untuk melakukan ‘bernegosiasi’, tambah Musah, komisaris urusan politik, perdamaian, dan keamanan.
Para pemimpin ECOWAS hari Minggu memberlakukan sanksi perdagangan dan keuangan terhadap Niger dan memberi waktu seminggu kepada para pemimpin kudeta untuk mengembalikan Presiden Bazoum atau menghadapi potensi penggunaan kekuatan.
Menurut AFP, Nigeria telah memutus pasokan listriknya ke tetangganya sebagai buntut atas sanksi kudeta tersebut.
Baca Juga : Afrika Selatan Dan Venezuela Sambut Baik Peningkatan Hubungan Pertahanan Dengan Iran
“Sejak kemarin, Nigeria telah memutus saluran listrik bertegangan tinggi yang mengalirkan listrik ke Niger,” lapor AFP.
Niger, salah satu negara termiskin di dunia, bergantung pada Nigeria untuk 70% energinya.
Bazoum digulingkan pada 26 Juli ketika anggota pengawalnya sendiri menahannya di kursi kepresidenan.
Kudeta itu, yang merupakan kudeta kelima Niger sejak kemerdekaannya dari Prancis pada 1960, telah memicu kekhawatiran di antara negara tetangga dan sekutu Barat.
Baca Juga : Gerakan Islam di Nigeria Peringati Tragedi Asyura di Abuja
Ketua ECOWAS saat ini adalah Nigeria, negara adidaya militer dan ekonomi Afrika Barat, yang telah berjanji untuk mengambil tindakan tegas terhadap kudeta yang berkembang biak di seluruh wilayah sejak 2020.