Durban, Purna Warta – Pemerintah Afrika Selatan berencana kerahkan 25.000 tentara untuk mengatasi kerusuhan dan penjarahan yang makin meluas di sejumlah wilayah di negara tersebut.
Dilansir dari BBC, Rabu (15/7), pengerahan tentara tersebut akan menjadi pengerahan militer terbesar di negara tersebut sejak berakhirnya apartheid.
Dalam kerusuhan dan penjarahan terburuk selama beberapa tahun terakhir, ratusan toko dan bisnis telah dijarah. Pemerintah menyebutkan kini mereka bertindak untuk mencegah krisis bahan makanan.
Baca Juga : Makin Mengerikan! Kerusuhan di Afrika Selatan Tewaskan 212 Orang secara Brutal
Untuk mencegah properti mereka dari amukan massa, para warga mempersenjatai diri dan membentuk kelompok pertahanan swadaya. Pada Rabu saja, tercatat ada lebih dari 200 insiden penjarahan dan perusakan. Jumlah tentara yang dikerahkan akhirnya ditingkatkan dua kali lipat menjadi 5.000.
Kini, Menteri Pertahanan Afrika Selatan Nosiviwe Mapisa-Nqakula telah mengajukan perizinan untuk menerjunkan 25.000 personel tentara ke dua provinsi yang dilanda kerusuhan.
Dua provinsi tersebut adalah provinsi KwaZulu-Natal, di mana Durban berada, dan provinsi Gauteng, yang mencakup Johannesburg. Pemerintah juga ditekan untuk menempatkan lebih banyak personel keamanan di lapangan untuk mengatasi kerusuhan. Pasalnya, banyak pusat perbelanjaan dan gudang telah dijarah atau dibakar di beberapa kota, terutama di Durban.
Kerusuhan dan penjarahan di Afrika Selatan tersebut awalnya dipicu oleh pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma. Pekan lalu, Zuma menyerahkan diri ke polisi untuk menjalani hukuman 15 bulan karena diputus menghina pengadilan.
Baca Juga : Moskow: Teroris Jabhat al-Nusra Rencanakan Membuat Serangan Kimia di Idlib
Pendukung Zuma bereaksi keras terhadap pemenjaraannya. Mereka lantas memblokir jalanan utama dan menyerukan penutupan untuk menuntut pembebasannya. Protes sejak itu berubah menjadi kerusuhan dalam skala yang jarang terlihat di Afrika Selatan, dengan bisnis di setiap sektor dijarah, dibakar dan dibom dengan bensin di kota-kota di KwaZulu-Natal.
Presiden Cyril Ramaphosa memperingatkan bahwa beberapa bagian negara itu kemungkinan akan segera kehabisan bahan-bahan pokok menyusul gangguan pada rantai pasokan akibat kerusuhan.
Kerusuhan dan penjarahan tersebut juga terjadi bertepatan dengan perekonomian Afrika Selatan yang merosot yang menyebabkan meningkatnya angka pengangguran.
Baca Juga : Pasukan Pendudukan AS Curi Minyak Suriah dari Pedesaan Hasaka
Seorang warga Durban, Lauren Alexander, mengatakan situasi di kota itu seperti “zona perang”. “Ini menakutkan karena kami tidak benar-benar tahu apa yang terjadi selanjutnya,” kata pria berusia 26 tahun itu kepada BBC Radio 1 Newsbeat.
“Jalan kami semua diblokir, banyak toko makanan kami tutup, membuat kami sangat takut karena kami harus menjatah makanan kami sekarang,” sambung Alexander.