Tripoli, Purna Warta – Sebuah kapal rumah sakit Libya telah berangkat untuk bergabung dengan Armada Sumud Global, sebuah misi yang bertujuan untuk mematahkan blokade panjang Israel terhadap Gaza dan mengirimkan bantuan kepada warga Palestina yang terkepung.
Baca juga: Pasien Gaza Terancam Kematian Akibat Kehabisan Bahan Bakar, Serangan Israel Melonjak
Kapal Omar al-Mukhtar, yang dilengkapi dengan unit perawatan intensif dan pasokan medis darurat, meninggalkan pelabuhan pada hari Minggu setelah kondisi cuaca menunda keberangkatannya sebelumnya, kata juru bicara Nabil al-Soukni.
“Kami sekarang sepenuhnya siap dengan semua peralatan kami, dan kami telah menambah penyimpanan pasokan untuk beberapa kapal kecil yang sebelumnya kekurangan stok karena ukurannya,” kata al-Soukni kepada Anadolu.
Ia mengatakan kapal tersebut membawa tenda untuk warga Palestina yang mengungsi, obat-obatan, susu formula bayi, dan perlengkapan penting lainnya, sekaligus memberi ruang bagi para aktivis dari kapal-kapal kecil yang tidak dapat melanjutkan perjalanan.
“Dukungan publik dan moral yang kami terima dari beberapa pihak di Libya merupakan pesan yang kuat untuk meningkatkan moral para awak kapal Omar al-Mukhtar,” tambah al-Soukni.
Mantan Perdana Menteri Libya Omar al-Hassi termasuk di antara mereka yang berada di kapal, bersama para aktivis internasional, menurut juru bicara tersebut.
Petugas medis Abdel Rahman Humaid mengatakan tim kesehatan telah dibentuk dan fasilitas perawatan intensif telah didirikan di kapal.
“Kami melengkapi kapal dengan peralatan dan obat-obatan yang diperlukan serta melengkapinya dengan semua yang dibutuhkan untuk perawatan intensif,” ujarnya.
Armada tersebut, yang melibatkan puluhan kapal yang berlayar dari pelabuhan-pelabuhan Afrika Utara dan Eropa, berencana untuk bertemu di dekat Malta sebelum menuju Gaza.
Baca juga: DPR RI Akan Melakukan Pemungutan Suara untuk Anggaran 2026 dengan Anggaran $231 Miliar
Para penyelenggara mengatakan bahwa ini menandai upaya internasional terbesar untuk mencapai wilayah kantong tersebut dalam hampir dua dekade blokade Israel.
Israel sebelumnya telah mencegat kapal-kapal yang menuju Gaza, menyita kapal, dan mendeportasi penumpang dalam upaya mempertahankan cengkeramannya di wilayah tersebut.
Misi ini muncul ketika para penyelidik PBB menyimpulkan bahwa Israel melakukan genosida di Gaza, tempat lebih dari 65.000 warga Palestina telah terbunuh sejak Oktober 2023 di bawah serangan gencar Israel.