Tripoli, Purna Warta – “Republik Islam Iran mendukung dialog dan negosiasi politik dan solusi damai yang akan menjaga persatuan nasional, stabilitas dan integritas teritorial Libya, serta memenuhi tuntutan yang sah dari rakyat negara itu untuk pembangunan dan kemakmuran Libya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan’ani pada hari Minggu (28/8).
Dia menyatakan keprihatinan mendalam atas bentrokan baru-baru ini di Tripoli dan mengatakan bahwa pertempuran harus segera dihentikan dan perbedaan harus diselesaikan melalui dialog berdasarkan kepentingan dan keamanan rakyat Libya.
Baca Juga : Senator Warren: Fed Dapat Mengarahkan Ekonomi AS Ke Dalam Resesi
“Republik Islam Iran menyerukan semua pihak yang bertikai untuk menahan diri, dan mencegah eskalasi ketegangan, serta meminta mereka untuk memprioritaskan kepentingan rakyat Libya,” tambah juru bicara Iran.
Kementerian Kesehatan: Bentrokan Libya menewaskan 32 orang, melukai 159
Pernyataan juru bicara Iran itu muncul setelah laporan terbaru menunjukkan bahwa jumlah korban tewas dari bentrokan mematikan antara pendukung pemerintah yang bersaing di ibukota Libya telah meningkat menjadi 32 orang, hal ini memicu kekhawatiran bahwa negara itu dapat tenggelam lebih dalam ke siklus kekerasan yang tak henti-hentinya.
Konfrontasi terjadi antara pendukung pemerintah Abdulhamid Dbeibah, yang bermarkas di kota itu dan pemerintahan saingan mantan menteri dalam negeri Fathi Bashagha yang berbasis di timur negara itu.
Kelompok-kelompok bersenjata telah melakukan baku tembak yang sejauh ini telah merusak beberapa rumah sakit dan membakar gedung-gedung. Semuanya dimulai pada Jumat malam, yang merupakan pertempuran terburuk di ibu kota Libya sejak gencatan senjata tahun 2020.
Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kekerasan yang menyebabkan pertumpahan darah.
Misi Libya PBB menyerukan penghentian segera permusuhan, mengutip bentrokan bersenjata yang sedang berlangsung termasuk penembakan tanpa pandang bulu, baik menengah dan berat di lingkungan berpenduduk sipil.
Baca Juga : Keluarga Kerajaan Saudi Harus Memberi Kompensasi Kepada Keluarga 9/11 Bukan Afghanistan
Negara Afrika Utara telah dilanda kekerasan dan kekacauan sejak penggulingan dan pembunuhan penguasa lama Muammar Gaddafi menyusul kampanye pengeboman oleh aliansi militer pimpinan Amerika Serikat NATO pada tahun 2011.
Kekacauan dan perpecahan faksi yang dihasilkan kemudian meningkat menjadi perang proksi regional yang dipicu oleh kekuatan asing yang menuangkan senjata dan tentara bayaran ke negara itu.