Rabat, Purna Warta – Puluhan ribu pendukung Palestina di kota Rabat, ibu kota Maroko, melakukan demonstrasi dan turun ke jalan untuk mendukung rakyat Gaza, Palestina, dan meneriakkan slogan-slogan anti-Zionis.
Baca Juga : Pemimpin Hamas: Kekejaman Israel dapat Memicu Perang Regional
Menurut reporter Iran Press di lapangan, para demonstran, sambil membawa bendera Palestina, menekankan kebebasan tanah Palestina dari pendudukan Zionis dan mengutuk kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis di Gaza.
AFP menyebut demonstrasi tersebut adalah yang terbesar di kerajaan Afrika Utara itu sejak normalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020. Massa yang membentang sejauh dua kilometer (lebih dari satu mil) berbaris melalui ibu kota Rabat dalam unjuk rasa massal yang diserukan oleh aliansi partai-partai Islam dan koalisi sayap kiri.
“Rakyat akan membebaskan Palestina,” teriak para demonstran sementara yang lain mengibarkan bendera Palestina yang besar, mengenakan keffiyeh dan menyuarakan “dukungan tanpa syarat untuk perlawanan terhadap pendudukan”.
Baca Juga : Peningkatan Pembelian Senjata oleh Israel Menguntungkan Produsen Senjata AS
“Kami meminta maaf kepada masyarakat Gaza karena kami tidak dapat melakukan apa pun selain melakukan protes,” kata profesor universitas Sheherazade Bekkari, 50, yang telah melakukan perjalanan lebih dari 200 kilometer dari Fez bersama anak-anaknya untuk bergabung dalam protes tersebut.
“Hancurkan Zionisme”, tertulis di beberapa plakat, sementara yang lain menyatakan bahwa “Hamas adalah Palestina”.
Perang baru Israel dipicu ketika kelompok Islam Hamas, yang menguasai Gaza, menyerang Israel selatan pada 7 Oktober dan menewaskan sedikitnya 1.400 orang.
Baca Juga : Presiden Belarusia: Barat Mempelopori Perang Timur Tengah Melawan Iran
Israel telah melancarkan pembalasan yang intens, menggempur Jalur Gaza dengan serangan udara dan menewaskan lebih dari 2.450 orang.
Beberapa pengunjuk rasa di Maroko menginjak bendera Israel dan Amerika, mengecam dukungan Washington terhadap Israel. Protes tersebut, yang diselingi dengan doa menentang “tirani dan penindasan”, adalah yang terbesar di Maroko sejak negara tersebut menormalisasi hubungan dengan Israel pada Desember 2020 melalui kesepakatan yang disponsori AS.
“Rakyat ingin menghapuskan normalisasi,” teriak beberapa pengunjuk rasa, serta slogan “menentang pendudukan, menentang normalisasi”.
Baca Juga : Mohamed Salah Kecam Pembantaian Sipil di Palestina
Hingga saat ini, gerakan anti-normalisasi Maroko hanya mampu memobilisasi paling banyak beberapa ratus orang. Perjanjian dengan Israel sangat penting bagi Rabat karena perjanjian ini merupakan imbalan bagi Washington yang mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat.