Ouagadougou, Purna Warta – Rusia telah membuka kembali misi diplomatiknya di Burkina Faso setelah jeda selama hampir 32 tahun. Negara Afrika Barat ini telah menjauhkan diri dari mitra bersejarahnya, Prancis, selama setahun terakhir.
Baca Juga : Unit Pertahanan Udara Suriah Berhasil Cegat Agresi Israel di Dekat Damaskus
Kedutaan Besar Rusia di Ouagadougou dibuka kembali pada hari Kamis (28/12) yang sebelumnya ditutup pada tahun 1992. Semua ini diumumkan oleh pemerintah Burkina Faso dan dikonfirmasi secara terpisah oleh Duta Besar Rusia untuk Pantai Gading Alexei Saltykov.
“Rusia secara resmi membuka kembali kedutaan besarnya pada Kamis ini di Ouagadougou,” kata Kementerian Luar Negeri Burkinabe dalam sebuah pernyataan.
Saat mengumumkan berita tersebut, Saltykov juga mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan menunjuk duta besar baru untuk Burkina Faso. Sementara itu, Saltykov akan memimpin misi tersebut. “Meskipun kami tidak hadir secara fisik di sini, kerja sama bilateral di bidang politik dan ekonomi tidak pernah berhenti,” lanjutnya, sambil menggambarkan Burkina Faso sebagai “mitra lama yang memiliki hubungan erat dan bersahabat dengan kami.”
Burkina Faso, yang pernah berada di bawah kekuasaan Prancis, saat ini diperintah oleh junta militer yang dipimpin oleh Kapten Ibrahim Traore yang merebut kekuasaan pada bulan September, kudeta kedua dalam delapan bulan terhadap pemerintah pro-Prancis.
Baca Juga : PBB Frustrasi, Israel Halangi Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza
Pasca kudeta, Prancis menarik duta besarnya dari Ouagadougou dan belum mengganti utusannya.
Para pemimpin militer Burkina Faso telah menutup saluran TV Perancis LCI dan France24 serta Radio France Internationale (RFI) dan mengusir koresponden surat kabar Perancis Liberation dan Le Monde karena “kegiatan subversif” mereka.
Pada bulan September, Kementerian Luar Negeri Burkina Faso memerintahkan atase militer Perancis Emmanuel Pasquier dan timnya untuk meninggalkan “kegiatan subversif.”
Pada bulan Oktober, negara tersebut menandatangani kesepakatan dengan Rusia untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir guna meningkatkan pasokan energi ke negara Sahel.
Baca Juga : Afrika Selatan Ajukan Gugatan ICJ terhadap Israel atas Tindakan Genosida
Kurang dari seperempat penduduk Burkina Faso memiliki akses terhadap listrik. Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Burkina Faso berada di bawah pengaruh kelompok teroris yang terkait dengan al-Qaeda dan Daesh yang telah membunuh ribuan warganya, sehingga menciptakan salah satu krisis kemanusiaan dengan pertumbuhan tercepat di Afrika.