Abuja, Purna Warta – Sejumlah orang-orang bersenjata dari bandit pencuri ternak dilaporkan menjadi tersangka karena telah menewaskan sekitar 16 orang dalam sebuah serangan di sebuah desa terpencil di barat laut Nigeria.
Puluhan bandit dengan sepeda motor menyerbu desa Ganar-Kiyawa di distrik Bukkuyum pada hari Senin, mereka menembak mati 16 warga, menurut Mohammed Shehu, juru bicara polisi negara bagian Zamfara.
Baca Juga : Menlu Afghanistan Muttaqi Absen dalam Konferensi OKI di Islamabad
“Para pencuri ternak itu menewaskan 16 warga Nigeria dalam serangan itu dan melarikan diri sebelum pengerahan personel polisi,” kata Shehu.
“Polisi dan militer tetap berada di daerah itu untuk mencegah serangan lebih lanjut dan mengejar para bandit.”
Sebuah pernyataan dari kantor gubernur negara bagian Zamfara mengkonfirmasi serangan itu, dengan mengatakan banyak korban nyawa dilaporkan berjatuhan dan tidak sedikit lainnya terluka, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Namun, media lokal menyebutkan korban tewas sebanyak 37 orang, termasuk kepala desa, kejadian ini telah berulang kali menjadi sasaran para bandit.
Baca Juga : PM Israel Naftali Bennett Akan Kunjungi India untuk Pertama Kalinya
700.000 Warga Mengungsi
Nigeria barat laut dan tengah adalah pusat geng kriminal pencuri ternak. Mereka yang menculik demi mendapatkan uang tebusan nekat menyerbu desa, membunuh serta menculik penduduk setelah menjarah dan membakar rumah.
Para penjahat yang dikenal sebagai bandit itu memiliki kamp di hutan yang luas, yang meliputi negara bagian Zamfara, Katsina, Kaduna, dan Niger. Baru-baru ini para bandit tersebut mengintensifkan penculikan massal siswa di sekolah untuk mendapatkan uang tebusan.
Geng-geng terus menyerang desa-desa dan menculik para pelancong di pos pemeriksaan palsu di jalan raya meskipun ada pengerahan pasukan dan amnesti pemerintah.
Baca Juga : AS Lanjutkan Sikap Permusuhannya terhadap Suriah
Pada hari Minggu, Ibrahim Dosara, komisaris informasi Negara Bagian Zamfara mengatakan serangan bandit di negara bagian itu telah membuat lebih dari 700.000 orang mengungsi, memaksa pemerintah negara bagian untuk membuka delapan kamp untuk menampung mereka.