Khartoum, Purna Warta – Angkatan Bersenjata Sudan telah menolak segala kemungkinan negosiasi atau dialog dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang kuat di negara itu, di tengah kekerasan yang sedang berlangsung di negara itu.
“Tidak akan ada negosiasi atau dialog sampai pembubaran RSF paramiliter,” kata Angkatan Bersenjata Sudan di halaman Facebook mereka pada hari Sabtu.
Baca Juga : Menkeu AS: Sanksi Ancam Dominasi Dolar Karena Negara Target Mencari Alternatif
Ini terjadi setelah RSF mengklaim para pejuangnya telah merebut kendali atas beberapa lokasi utama, termasuk istana kepresidenan, kediaman Panglima Angkatan Darat, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan Bandara Internasional Khartoum.
Tentara Sudan telah menolak semua klaim RSF.
Kekerasan yang sedang berlangsung di Sudan telah menimbulkan keprihatinan besar, dengan banyak negara mendesak pihak lawan untuk menahan diri dan terlibat dalam dialog untuk mengakhiri permusuhan.
Pada hari Sabtu (14/4), kedua belah pihak saling baku tembak di Khartoum dan di tempat lain di seluruh negeri dalam perebutan kendali.
Menurut Komite Pusat Dokter Sudan, setidaknya 56 orang tewas dan 595 lainnya luka-luka dalam bentrokan yang sedang berlangsung.
Komite mencatat kematian di bandara Khartoum dan Omdurman, serta barat Khartoum di kota Nyala, El Obeid dan El Fasher.
Baca Juga : Menteri Israel: Iran Kobarkan Perang Gesekan Multi-Front Melawan Israel
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyerukan segera diakhirinya kekerasan di Sudan, kata juru bicaranya di Twitter.
Menurut Stéphane Dujarric, Guterres membuat pernyataan tersebut saat berbicara dengan para pemimpin Angkatan Darat, paramiliter, presiden Mesir, dan ketua Komisi Uni Afrika.