Afrika Selatan dan Chad Tarik Duta Besarnya dari Tel Aviv

Johannesburg, Purna Warta Afrika Selatan dan Chad telah bergabung dalam boikot diplomatik terhadap Israel dengan menarik kembali diplomat mereka dari Tel Aviv di tengah perang rezim tersebut di Jalur Gaza yang terkepung.

Baca Juga : Arab Saudi Tahan Jamaah yang Dukung Gaza, termasuk yang Doakan Palestina

Khumbudzo Ntshavheni, seorang menteri di kantor kepresidenan Afrika Selatan, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa pemerintah “telah memutuskan untuk menarik semua diplomatnya di Tel Aviv untuk berkonsultasi.”

“Kabinet juga mencatat pernyataan meremehkan yang terus menerus dari duta besar Israel untuk Afrika Selatan mengenai mereka yang menentang kekejaman dan genosida rezim Israel. Genosida yang diawasi oleh komunitas internasional tidak dapat ditoleransi,” kata Ntshavheni.

Menteri Luar Negeri Naledi Pandor mengatakan dalam konferensi pers berikutnya bahwa negara Afrika “sangat prihatin atas berlanjutnya pembunuhan terhadap anak-anak dan warga sipil tak berdosa di wilayah Palestina.”

Baca Juga : Mesir Tolak Rencana AS untuk Gaza; Tegaskan Tidak akan Berperan dalam Singkirkan Hamas

“Kami merasa penting untuk menunjukkan keprihatinan Afrika Selatan sambil terus menyerukan penghentian permusuhan secara menyeluruh.” Tambahnya.

Chad juga memanggil kuasa usaha negaranya ke Tel Aviv pada hari Sabtu. Sebuah postingan di situs kepresidenan Chad pada hari Senin mengatakan keputusan itu dibuat sebagai “kemarahan” atas pemboman tanpa henti yang dilakukan rezim di Jalur Gaza. Kedua negara tersebut adalah satu-satunya negara Afrika yang menarik diplomatnya dari Tel Aviv.

Turki juga menarik duta besarnya untuk “berkonsultasi” sehubungan dengan “tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza,” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.

Baca Juga : PBB Ingatkan Penderitaan yang Mengerikan di Sudan; Jumlah Pengungsi Makin Meningkat

Pesawat-pesawat tempur Israel telah menyerang Jalur Gaza sejak rezim pendudukan dikejutkan oleh Operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan oleh gerakan perlawanan Hamas pada tanggal 7 Oktober. Serangan genosida yang dilakukan rezim Tiongkok sejauh ini telah menewaskan lebih dari 10.000 orang, termasuk lebih dari 4.100 anak-anak dan 2.640 perempuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *