Al-Quds, Purna Warta – Keluarga seorang tawanan Israel yang tewas, yang jenazahnya telah diserahkan oleh kelompok perlawanan Palestina, menolak kunjungan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di tengah spekulasi luas bahwa Tel Aviv sengaja mengorbankan nyawa tawanan tersebut demi kepentingan perang.
The Jerusalem Post melaporkan pada hari Senin bahwa keluarga Hadar Goldin menolak kunjungan Netanyahu, mengutip pernyataan seorang pejabat yang dekat dengan perdana menteri.
“Perdana menteri telah berkonsultasi dengan keluarga mengenai kemungkinan kunjungan, tetapi mereka menyampaikan bahwa mereka lebih memilih agar acara tersebut tetap bersifat pribadi dan hanya dihadiri anggota keluarga dekat,” kata pejabat itu.
Hadar Goldin adalah salah satu prajurit Israel yang terlibat dalam agresi besar-besaran Israel ke Jalur Gaza pada tahun 2014.
Pada 1 Agustus 2014, ia turut serta dalam serangan udara Israel di kota Rafah, Gaza selatan, hanya beberapa menit sebelum gencatan senjata yang diumumkan secara resmi mulai berlaku, dan kemudian ditangkap oleh pejuang perlawanan Palestina.
Pada hari yang sama, militer Israel untuk pertama kalinya memberlakukan apa yang disebut “Protokol Hannibal” di Gaza selatan — sebuah perintah yang mengizinkan penggunaan kekuatan militer besar-besaran tanpa batas untuk mencegah prajurit Israel ditangkap, bahkan dengan risiko membunuh mereka sendiri.
Kecurigaan bahwa Goldin mungkin tewas akibat serangan yang dipicu oleh protokol tersebut menjadikan kasusnya salah satu isu paling sensitif di Israel, diperkuat oleh tekanan politik dan media dari keluarganya yang menuntut pemulangan jenazah.
Perdebatan semakin memanas ketika para pengamat menuding bahwa kegagalan Israel mengembalikan jenazah Goldin justru bertujuan menutupi penerapan Protokol Hannibal dalam operasi militer tersebut.
Kontroversi ini semakin meluas setelah Oktober 2023, ketika rezim Israel melancarkan perang genosida terhadap Gaza, yang menyebabkan banyak tawanan Israel tewas selama agresi yang terus berlanjut.
Sementara itu, Netanyahu menolak tekanan dari komunitas internasional maupun dari warga Israel sendiri yang menuntut penghentian perang agar para tawanan dapat dipulangkan hidup-hidup dan menghindari jatuhnya korban lebih banyak di kalangan pasukan Israel.
Pada Juli 2021, di tengah serangan besar-besaran Israel, pasukan Israel dilaporkan menerima pesan teks anonim yang memperingatkan mereka agar tidak terus mengorbankan diri demi tujuan perang pemerintah.
Pesan itu berbunyi:
“Tentara [Israel] telah meninggalkanmu, jadi mengapa kau harus mati? Hidupmu masih panjang. Jangan mencari petualangan, atau kematian akan menjadi takdirmu.”
Pesan-pesan tersebut juga menyebut nasib Hadar Goldin dan Oron Shaul, dua prajurit Israel yang sama-sama ditangkap dalam pertempuran tersebut.


