Purna Warta – Para peneliti telah mengidentifikasi protein yang dapat menghentikan kerusakan DNA, menjadikannya kandidat potensial untuk pengembangan vaksin kanker, dengan kemampuannya untuk diintegrasikan ke dalam organisme apa pun.
Baca juga: AS Berikan Jet Tempur F-16 yang Lebih Baik kepada Ukraina daripada Anggota NATO Lainnya
Protein tersebut, yang diberi nama protein respons kerusakan DNA C (DdrC) dalam bakteri Deinococcus radiodurans, sangat efektif dalam mendeteksi dan menghentikan kerusakan DNA, serta memulai proses perbaikan.
Fitur unik DdrC adalah kemampuannya untuk berfungsi secara independen tanpa memerlukan bantuan dari protein lain.
Para peneliti dari Universitas Western di Kanada menunjukkan bahwa gen DdrC dapat dengan mudah ditransfer ke organisme lain untuk meningkatkan sistem perbaikan DNA mereka.
Dalam sebuah percobaan yang signifikan, tim tersebut memasukkan gen DdrC ke dalam E. coli, yang mengakibatkan bakteri tersebut menjadi 40 kali lebih tahan terhadap kerusakan akibat radiasi UV, menurut ahli biokimia Robert Szabla, penulis utama penelitian tersebut.
“Ini tampaknya merupakan contoh langka di mana Anda memiliki satu protein dan itu benar-benar seperti mesin yang berdiri sendiri,” kata Szabla.
Kerusakan DNA yang tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk kanker, karena sinar UV dapat merusak DNA dalam sel-sel kulit, sehingga meningkatkan risiko kanker kulit.
Kemampuan untuk mencegah atau membalikkan kerusakan tersebut dapat menyelamatkan nyawa.
Szabla menyoroti potensi DdrC, dengan menyatakan, “Bagaimana jika Anda memiliki sistem pemindaian seperti DdrC yang berpatroli di sel-sel Anda dan menetralkan kerusakan saat terjadi? Ini mungkin menjadi dasar dari vaksin kanker yang potensial.”
Deinococcus radiodurans dikenal karena ketahanannya yang luar biasa, mampu bertahan dari dosis radiasi yang dapat mematikan sel-sel manusia, dan bahkan telah bertahan dalam kondisi yang keras di luar angkasa dan lingkungan seperti Mars.
Para peneliti menemukan bahwa DdrC memainkan peran penting dalam ketahanan bakteri dengan membantu memperbaiki ratusan fragmen DNA yang rusak menjadi genom yang berfungsi.
Dengan menggunakan sinar-X yang kuat dari Canadian Light Source, tim tersebut memeriksa struktur 3D DdrC dan mekanisme kerjanya.
Baca juga: Harris Unggul 4 Poin atas Trump setelah Konvensi Demokrat
Mereka menemukan bahwa protein tersebut memindai sepanjang DNA, mencari lesi, dan mengikatnya, melumpuhkan segmen yang rusak untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memberi sinyal pada mekanisme perbaikan DNA sel.
Adaptasi mekanisme ini yang berhasil dapat menguntungkan rekayasa genetika, yang berpotensi mengarah pada pengembangan vaksin kanker dan tanaman yang tahan iklim.
Szabla juga mencatat, “DdrC hanyalah satu dari ratusan protein yang berpotensi berguna dalam bakteri ini. Langkah selanjutnya adalah mengeksplorasi lebih jauh dan mengungkap lebih banyak alat yang dapat berharga dengan cara yang belum pernah kita bayangkan.”