Ardakan, Purna Warta – Pada Hari Asyura, sekitar 70 musafir asing menghadiri ritual berkabung Asyura selama kunjungan mereka ke kota Ardakan provinsi Yazd, Iran tengah.
Selama ritual keagamaan pada hari Jumat, ribuan penduduk setempat memperingati kesyahidan Imam Husain as dan para sahabat setianya, yang terbunuh pada tahun 680 M di Karbala, Irak.
Baca Juga : Aset Dibekukan Korsel, Iran Ambil Jalur Hukum
“Lebih dari 70 pelancong dari Turki, China, Denmark, dan Rusia menghadiri ritual yang diadakan di Kushk-e No Hussainiya Ardakan,” kata kepala pariwisata Ardakan pada hari Sabtu.
“Para wisatawan diperkenalkan dengan baik pada ritual Muharram yang diamati oleh orang-orang Ardakan pada Hari Asyura, saat kesedihan mencapai puncaknya”, kata pejabat itu.
Menurut data yang tersedia, 415 turis asing dari 16 negara berpartisipasi dalam upacara berkabung Muharram di provinsi Yazd tahun lalu. Turis tersebut berasal dari Italia, Spanyol, Jerman, Prancis, Republik Ceko, Turki, Portugal, China, Hungaria, Belanda, Austria, Polandia, Rusia, Swiss, Chile, dan Kroasia.
Yazd telah lama menjadi tujuan wisatawan domestik dan mancanegara yang ingin menyaksikan upacara berkabung berusia berabad-abad yang diadakan selama bulan Muharram dan Safar. Wisatawan dapat menghadiri upacara berkabung, seperti Nakhl-Gardani atau Nakhl-Bardari, yang merupakan representasi simbolis dari peti mati Imam, menyerupai pemakaman Imam; Tazieh, drama penuh gairah yang terinspirasi oleh narasi sejarah dan agama; dan Sineh-Zani [memukul dada].
Baca Juga : Ini Faktor Ketidakmungkinan IRGC Melakukan Kudeta terhadap Pemerintahan Islam Iran
Muharram dan bulan berikutnya, Safar (termasuk peringatan akhir Karbala) adalah masa ratapan bagi umat Islam. Perang dan pertempuran dilarang selama Muharram dan perayaan seperti pernikahan dan ulang tahun biasanya ditunda ke hari yang lebih tepat. Orang umumnya memakai warna hitam karena rasa hormat atau setidaknya menghindari memakai warna yang sangat cerah.
Mereka mengatakan bahwa makna inti dari Muharram adalah lebih dari sekedar kehilangan dan peringatan akan masa lalu. Karbala adalah tempat aktual dan metaforis di mana Kebenaran berhadapan dengan Kebohongan, di mana keadilan berbicara dengan bersemangat dan terdengar di hadapan prasangka, dan di mana keberanian, hasrat, dan pengabdian mendahului kemelekatan, keduniawian, dan ketegaran.