Jakarta, Purna Warta – Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Budi Mulya, menjelaskan alasan di balik pembentukan Badan Pengelola (BP) Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) oleh Presiden Prabowo Subianto. Badan ini dirancang untuk mengelola sejumlah BUMN dengan aset besar, serupa dengan model pengelolaan investasi di negara lain seperti Temasek di Singapura atau Khazanah di Malaysia.
Baca juga: Pemerintah RI Evakuasi Gelombang Kedua WNI dari Suriah, Total 65 Orang Telah Pulang
“Ini adalah mimpi, keinginan mendalam dari Presiden Prabowo Subianto untuk bisa memiliki satu institusi yang sekaliber Temasek di Singapura, Khazanah di Malaysia, CIC di China, atau Mubadala di UEA,” ujar Budi dalam seminar nasional KAFEGAMA di Menara BTN, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2024).
Budi menyebutkan bahwa landasan hukum Danantara berupa Keputusan Presiden (Kepres) memang belum diterbitkan. Namun, setelah diluncurkan, badan ini diharapkan dapat membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo.
Danantara akan berfungsi sebagai mitra Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan berperan layaknya Kementerian BUMN, dengan fokus pada pengelolaan dan produktivitas aset di berbagai bidang ekonomi.
“Kementerian BUMN menaungi 40-an BUMN dengan portofolio yang berbeda, dari sektor riil hingga keuangan. Fungsi ini akan diteruskan oleh Danantara untuk memastikan produktivitas aset negara tetap berjalan,” tambahnya.
Pada tahap awal, aset kelolaan (AUM) Danantara diproyeksikan mencapai US$ 10,8 miliar atau sekitar Rp 170,62 triliun, yang berasal dari Indonesia Investment Authority (INA). Selanjutnya, tujuh BUMN strategis akan dikonsolidasikan ke dalam Danantara:
1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)
3. PT PLN (Persero)
4. PT Pertamina (Persero)
5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)
6. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
7. Holding BUMN Pertambangan MIND ID
Selain itu, Danantara juga akan menaungi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau INA, Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia. Jika konsolidasi ini berjalan mulus, Danantara diperkirakan akan mengelola aset hingga US$ 600 miliar atau sekitar Rp 9.479 triliun.
Baca juga: Xanh SM: Layanan Taksi Online Berbasis Mobil Listrik Resmi Hadir di Jakarta
Rincian proyeksi aset BUMN dalam Danantara:
– Bank Mandiri: Rp 2.174 triliun
– BRI: Rp 1.965 triliun
– PLN: Rp 1.671 triliun
– Pertamina: Rp 1.412 triliun
– BNI: Rp 1.087 triliun
– Telkom Indonesia: Rp 318 triliun
– MIND ID: Rp 259 triliun
– INA: Rp 163 triliun
Dengan potensi besar ini, Danantara diharapkan menjadi motor penggerak investasi strategis dan pengelolaan aset nasional yang berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.