Purna Warta – Pandemi hingga kini belum usai dan tidak tahu kapan akan berakhir, belum lagi varian baru Omicron telah masuk ke Indonesia. Dengan begini, maka PPKM akan diperpanjang lagi.
Istilah super immunity belakangan ramai dibicarakan setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim Indonesia kemungkinan mengalami super-immunity sebab banyak warga terinfeksi Covid-19 lalu sembuh dan kemudian menjalani vaksinasi. Apa bedanya herd immunity dengan super immunity?
Vaksinasi memang dilakukan untuk memperkuat daya tahan tubuh atau imunitas warga dari serangan Covid-19 yang telah terjadi sejak 2020 lalu. Jika super immunity bisa terbentuk dari vaksinasi Covid-19, lalu apa bedanya dengan herd immunity yang juga diklaim bisa terbentuk setelah vaksinasi dilakukan?
Dokter di Rumah Sakit Tria Dipa yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, beda herd immunity dengan super immunity terdapat pada objek yang memilikinya.
Herd immunity bisa melindungi orang lain yang memang tidak menerima vaksinasi. Misal kata Tjandra di suatu kelompok ada orang yang tidak bisa menerima vaksin karena beberapa alasan, jika herd immunity sudah terbentuk di kelompok itu, maka orang yang tidak divaksin akan tetap terlindungi.
“Jadi herd immunity itu terbentuk di kelompok untuk melindungi orang lain, biasanya terbentuk karena vaksinasi,” kata dia.
Sementara itu, super immunity hanya bisa melindungi diri sendiri. Tidak semua orang memiliki super immunity. Asalnya juga bukan hanya dari vaksinasi tapi bisa terbentuk di tubuh orang yang pernah terpapar Covid-19 lalu menerima suntik vaksin.
“Di kelompok herd immunity mungkin ada orang yang punya super immunity, tapi suatu kelompok tidak memerlukan super imun agar bisa membentuk herd immunity. Mudahnya begini, herd immunity itu kelompok, kalau super imun itu personal,” katanya.