Antibiotik Pembunuh Senyap Pasien Amerika Serikat

Antibiotik Pembunuh Senyap Pasien Amerika Serikat

Washington, Purna Warta Menurut laporan pemerintah Amerika Serikat Kematian yang disebabkan oleh bakteri resisten antibiotik pembunuh senyap yang disebut superbug telah meningkat menjadi 15 persen pada tahun 2020. Obat-obatan ini banyak diresepkan untuk mengobati virus Korona dan melawan infeksi bakteri selama rawat inap jangka panjang.

Baca Juga : Menlu Iran: Perusahaan Italia Ingin Bekerja Sama Dengan Iran

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengumumkan bahwa infeksi bakteri yang didapat di rumah sakit juga meningkat lebih dari 15% pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Hampir 80% pasien Korona yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik.

CDC mengatakan lebih dari 29.400 orang meninggal karena infeksi yang resistan terhadap antibiotik pada tahun pertama epidemi, dan di antaranya, hampir 40 persen dirawat di rumah sakit. Resistensi obat terjadi dengan penggunaan antibiotik yang berlebihan dan obat antimikroba lainnya. Resistensi ini memungkinkan beberapa bakteri berkembang menjadi superbug yang tidak terpengaruh oleh obat-obatan. Sudah lama ada kebutuhan mendesak akan antibiotik baru untuk melawan bakteri resisten ini, tetapi ada sedikit motivasi di antara pembuat obat karena antibiotik tidak menguntungkan dan penggunaan berlebihan harus dihindari dan penjualan dikurangi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis sebuah laporan yang mengidentifikasi 61 vaksin yang dikatakan harus dikembangkan untuk mencegah penyakit dan membantu mengendalikan infeksi bakteri karena penggunaan antibiotik yang berlebihan yang mengarah pada resistensi antimikroba. Organisasi WHO tersebut menyatakan bahwa 1,27 juta kematian terjadi setiap tahun karena resistensi antimikroba.

Baca Juga : Presiden Pakistan Perintahkan Percepatan Perdagangan dengan Iran

Laporan CDC mengatakan bahwa memberikan resep antibiotik secara tepat ketika risiko infeksi bakteri atau jamur tidak akan muncul. Tetapi resep ini pun masih memungkinkan untuk menyebabkan pasien pada risiko efek samping dan membuka jalan bagi lebih banyak resistensi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *