3 Jenis Penyakit Autoimun yang Wajib Kita Ketahui

Purna Warta – Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk banyak beradaptasi dengan lingkungan baru serta melakukan aktivitas baru. Tidak sedikit orang yang mengalami rasa stress dikarenakan efek pandemi yang mana itu juga bisa merusak kesehatan mental.

Rasa Stress mampu memicu pada berbagai masalah kulit termasuk penyakit autoimun kulit. Kondisi kekambuhan ini bisa berlangsung lebih berat daripada sebelum pandemi.

Selama masa pandemi klinik spesialis kulit dan kelamin, Klinik Pramudia mendapati tiga jenis penyakit autoimun kulit yang kerap kambuh selama pandemi.

Berikut tiga penyakit autoimun kulit yang sering kambuh saat pandemi:

1. Psoriasis

Secara alami, kulit manusia mengalami pergantian tiap 28 hari sekali. Namun pada orang dengan psoriasis, pembentukan kulit baru lebih cepat dari kulit normal. Pergantian kulit bisa lebih cepat hingga 14 hari sekali.

Gejala psoriasis:

Bercak kemerahan
Kulit bersisik tebal dan berwarna keperakan
Gatal
Panas
Perih
Tata laksana penanganan psoriasis berupa topikal, oral, injeksi dan fototerapi berdasarkan resep dokter.

Jika psoriasis tidak ditangani dengan tepat, bisa timbul komplikasi berupa kelainan pada sendi dan kuku. Pada sendi, pasien bisa mengalami jari maupun tangan bengkak mirip arthritis, radang sendi disertai psoriasis atau psoriatic arthritis (PSA). Amel menambahkan, kelainan pada kuku biasanya kuku menjadi lebih kusam, kuning, rusak seperti ada infeksi jamur.

2. Vitiligo

Saat sistem imun menyerang sel melanosit, maka dapat menimbulkan kondisi yang disebut vitiligo. Amel menjelaskan, sel melanosit berfungsi memberikan pigmen atau warna pada kulit.
“Tapi begitu pada kondisi ini, sel melanosit hancur sehingga kulit enggak ada warnanya lagi, lalu timbul bercak putih seperti kapur,” katanya.

Di Indonesia, ada sekitar 5 juta orang yang mengalami vitiligo, sedangkan prevalensi secara global sekitar 0,5-2 persen. Vitiligo bisa dialami orang dari berbagai usia. Namun, sebagian dialami mereka yang berusia muda yakni kurang dari 20 tahun.

3. Urtikaria
Umumnya masyarakat menyebut urtikaria sebagai biduran. Urtikaria ditandai dengan bentol merah di seluruh tubuh disertai rasa gatal. Penyakit autoimun kulit satu ini bisa dibedakan menjadi dua yakni akut dan kronik.

Urtikaria akut, terjadi dalam kurun waktu kurang dari 6 minggu (1,5 bulan). Urtikaria kronik, terjadi lebih dari 6 minggu. Urtikaria kronik bisa disebabkan proses autoimun dan juga penyebab-penyebab lain seperti, alergi obat atau makanan, gigi berlubang, kemudian cuaca ekstrem.

“Yang penting diketahui, biduran ini bisa disertai bengkak di wajah, mata dan bibir. Mengapa? Dalam kondisi ini, kami bisa menganjurkan pasien untuk lebih waspada. Bengkak bisa terjadi di saluran napas lalu timbul sesak napas lalu pingsan,” tutur Amel.

Pasien dengan urtikaria akan ditangani dengan tata laksana medikamentosa yakni pemberian obat baik oral, suntik maupun fototerapi. Namun Amel menegaskan kasus urtikaria juga psoriasis harus didukung dengan tata laksana non medikamentosa.

“Jangan digaruk, ini untuk meminimalkan trauma. Garukan bisa menimbulkan lesi kulit yang baru, misal sudah ada psoriasis, karena gatal jadi digaruk. Akibatnya, beberapa minggu ke depan akan lebih banyak bercak merahnya. Urtikaria awalnya hanya sedikit [bentolnya] tapi tambah lama tambah banyak dengan garukan,” kata Amel.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *