Kenapa Orang – Orang Lebih Memilih Childfree ?

Purna Warta – Hidup tanpa kehadiran seorang buah hati dalam suatu pernikahan itu bagaikan sayur tanpa garam, tidak sempurna dan indah. Ternyata, banyak sekali pasangan muda dan tua memlih hidup tanpa momongan.

“Not having kids is indeed natural anti-aging. You can sleep for 8 hours every day, no stress hearing kids screaming. And when you finally got wrinkles, you have the money to pay for botox,” katanya membalas komentar seorang netizen. Akibat cuitannya itu, ia menjadi viral waktu itu.

Dikutip dari BBC, pemilik akun Childfree Millennial di TikTok, Instagram, dan YouTube, Munoz menjelaskan, kenapa ia memilih hidup childfree.

“Hal nomor satu yang selalu saya katakan ketika orang bertanya kepada saya mengapa saya pro-child-free, itu karena saya tidak punya keinginan untuk memiliki anak,” kata Munoz, seorang pemilik usaha kecil dari Kansas, AS.

Ia juga mengatakan, “Jika Anda demam, tidurlah. Namun jika Anda ingin menikmati tidur siang, jangan punya anak.” “Saya tidak bisa memberi tahu Anda berapa kali teman saya [yang menjadi orang tua] berkata, ‘Ya ampun, saya hanya tidur dua jam tadi malam, anak-anak saya muntah dan saya harus mengurus mereka,’” kata Munoz.

Sebagian besar komunitas childfree di internet mendefinisikan anggotanya sebagai orang yang secara sadar memutuskan untuk tidak pernah memiliki anak.

Ini kontras dengan orang dewasa lain yang saat ini tidak memiliki anak, tetapi menginginkannya di masa depan, atau orang dewasa yang berharap memiliki anak, tetapi tidak dapat (biasanya diberi label ‘childless’).

Mereka mungkin menghadapi tantangan kesuburan atau masalah medis lainnya, atau terpengaruh oleh keadaan sosial, seperti tidak bertemu dengan pasangan pada waktu yang tepat, misalnya.

Istilah ‘child-free’ telah ada sejak awal 1900-an, meskipun baru pada tahun 1970-an para feminis mulai menggunakannya secara lebih luas, sebagai cara untuk menunjukkan perempuan yang secara sukarela tidak memiliki anak.

Akhiran ‘free’ atau ‘bebas’ dipilih untuk menangkap rasa kebebasan dan kurangnya kewajiban yang dirasakan oleh banyak dari mereka yang secara sukarela memutuskan untuk tidak memiliki anak.

Namun, sebagian besar penelitian akademis biasanya “mengelompokkan semua orang yang tidak memiliki anak ke dalam kelompok yang sama,” jelas Elizabeth Hintz, asisten profesor komunikasi di University of Connecticut, AS, yang mempelajari persepsi tentang identitas mereka yang child-free.

Ini tidak mencerminkan pengalaman dan perasaan yang sangat berbeda dari orang-orang yang child-free dan childless, katanya, dan berarti ada kekurangan data komparatif jangka panjang yang secara khusus melihat kedua kelompok tersebut.

Namun demikian, di era media sosial kita yang penuh tagar, label ‘child-free’ mendapatkan momentum baru, kata Hintz, karena semakin banyak orang yang memilih untuk tidak memiliki anak menggunakan istilah tersebut.

Tren ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menunjukkan semakin banyak orang dewasa di Barat yang secara aktif memilih untuk tidak memiliki anak.

Di AS, sebuah studi Pew Research Center pada 2021 menunjukkan sekitar 44% non-orang tua berusia 18 hingga 49 tahun tidak berpikir mereka akan memiliki anak, naik dari 37% pada tahun 2018.

Lebih dari setengah mencantumkan alasan utama mereka adalah “tidak ingin punya anak”, alih-alih faktor yang lebih mendalam seperti masalah medis atau tidak ingin membesarkan anak tanpa pasangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *