Purna Warta – Sering kali kita mengabaikan nilai gizi suatu makanan, nyatanya makanan yang cenderung kurang bergizi selalu menjadi pilihan utama selain harganya relatif murah dan mudah didapatkan.
Perlu diketahui bahwa asupan makanan yang kurang sehat akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Sebuah studi pada awal tahun 2021 yang diterbitkan dalam Clinical Nutrition dari Edith Cowan University Australia juga mengungkapkan bahwa makanan yang kaya buah dan sayuran dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih rendah.
Dari 8.600 partisipan yang ada, mereka yang makan setidaknya 470 gram buah dan sayuran setiap harinya memiliki tingkat stres 10 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsi buah dan sayuran kurang dari 230 gram per hari.
Kaleigh menjelaskan, suasana hati juga ternyata dipengaruhi oleh mikrobioma dalam saluran pencernaan. Itulah mengapa para peneliti melihat lebih banyak penekanan dalam kesehatan usus dengan kondisi kesehatan mental.
Psikoterapis dan pakar kesehatan otak, Teralyn Sell, PhD mengungkapkan bahwa penyebab stres terbesar adalah kafein, gula, minuman beralkohol, atau justru tidak makan sama sekali.
“Makanan atau minuman yang mengandung kafein dapat meningkatkan detak jantung, menyebabkan kegelisahan, membuat sulit tidur, dan lain-lain. Meskipun kafein tidak menyebabkan kecemasan, itu masih dapat berkontribusi,” kata Teralyn.
Menurut Teralyn, memahami bagaimana cara gula darah atau hipoglikemia reaktif bekerja juga dinilai dapat membantu kita untuk lebih memahami proses pencernaan ini.
“Ini seperti naik roller coaster. Ketika gula darah tidak teratur, tubuh akhirnya akan memicu hormon adrenalin dan Anda bisa berada dalam mode fight or flight, yang mana bisa menimbulkan kecemasan pada otak,” ujar Teralyn.
“Itulah mengapa makanan yang mengandung gula tinggi dapat mengacaukan gula darah dan berkontribusi pada stres dan kecemasan,” tambahnya.
Kaleigh menambahkan, ketika sebagian besar makanan terdiri dari makanan olahan yang tidak mengandung banyak nutrisi, hanya akan ada sedikit ruang tersisa untuk makanan yang mengandung nutrisi.
“Jadi meskipun tidak secara langsung menjadi penyebab suasana hati yang buruk, tetap saja makanan tersebut dapat berkontribusi,” kata Kaleigh.