Tehran, Purna Warta – Minoo Mohraz adalah seorang ahli dalam bidang HIV/AIDS yang berperan penting dalam pengembangan vaksin COVIran Barekat; vaksin buatan ilmuan muda Iran.
Minoo Mohraz lahir di Tehran, 19 januari 1946. Ia meraih gelar doktor dalam bidang penyakit menular di Tehran University of Medical Sciences dalam usia 27 tahun.
Pada tahun 2007, ia dikenal sebagai ahli dalam penyakit HIV/AIDS.
Publikasinya terkait HIV/AIDS tidak sedikit. Ia menemukan bahwa Tahanan yang kerap melakukan hubungan seksual sesama jenis memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena HIV/AIDS dibanding yang tidak. Di bawah administrasinya, ia mengembangkan sebuah immunomodulator yang merupakan komposisi dari 7 bahan herbal yang digunakan untuk medikasi pengidap HIV/AIDS.
Medikasinya dalam penanganan HIV/AIDS sudah sampai ke dataran Eropa dan Amerika.
Baca Juga : Pemimpin Tertinggi Iran Terima Dosis Vaksin COVID-19 Buatan Iran + Video
Minoo Mohraz juga memiliki andil dalam pengelolaan rumah sakit Imam Khomeini Hospital Complex, yang merupakan rumah sakit terbesar di Negeri Para Mullah itu.
Dia ditunjuk sebagai anggota komite untuk mengatasi Coronavirus ketika gelombang pandemi mulai menyebar luas.
Pada 14 Maret lalu, ia sempat terpapar COVID-19, dan berhasil sembuh dengan isolasi mandiri.
Ia mengepalai pembuatan vaksin COVIran Barekat yang memiliki mekanisme yang mirip dengan Sinovac. Vaksin COVIran Barekat ini terbuat dari virus yang sudah dilemahkan dan memiliki tingkat keampuhan diatas 85%.
Minoo Mohraz mengatakan bahwa virus yang sudah mati adalah bahan baku utama dalam teknologi pembuatan vaksin COVIran Barekat itu. Dengan kata lain, vaksin ini dibuat dari virus yang sudah dilemahkan atau dibunuh, mekanisme serupa juga ditemukan pada vaksin untuk virus Polio.
COVIran Barekat adalah vaksin virus corona pertama yang dibuat menerima lisensi untuk penggunaan umum pada 14 Juni.
Baca Juga : Vaksin COVIRAN/Barekat Siap Digunakan untuk Publik
Vaksin ini diresmikan pada 29 Desember 2020, dan mulai diproduksi massal pada 29 Maret.
Pada Jumat lalu, Pemimpin Tertinggi Iran menerima vaksin buatan dalam negeri ini. Sebelumnya ia menekankan untuk menunggu giliran agar bisa divaksin dengan vaksin buatan dalam negeri ini.
COVIran Barekat diproduksi oleh Shafa Pharmed Iran Industrial Group. Fase ketiga uji coba telah dilakukan sekitar 2 bulan lalu paada 20.000 warga Iran.
Tingginya tingkat efisiensi vaksin ini membuat Kementrian Kesehatan Iran mengeluarkan izin penggunaan vaksin ini.
Iran merupakan negara Islam pertama yang memproduksi vaksin COVID-19, dan menjadi negara ke-6 atau ke-7 yang memproduksi vaksin virus ini.
Minoo Mohraz adalah yang yang paling berjasa dalam pengelolaan proyek vaksin COVID-19 di Iran. Ia sebelumnya mengatakan, “”Saya berjanji akan menyuntikkan vaksin Barakat ketika saya yakin aman.”
Uji coba tahap akhir vaksin tersebut mendapatkan sambutan yang baik dari masyaraat. Banyak tokoh dari berbagai latar belakang mengikuti uji coba tersebut.
Selain vaksin COVIran Barekat, setidaknya ada empat vaksin lainnya yang sedang melalui fase ke-2 atau ke-3. Dua dari empat vaksin tersebut diproduksi dalam negeri, sedangkan dua vaksin lainnya sedang dikembangkan dalam kerjasamanya dengan Kuba dan Australia.
Baca Juga : Kadaluarsa Juni, Israel Kirim Vaksin Pfizer ke Palestina, Rakyat Marah
Embargo dan segala jenis pembatasan yang diimbaskan oleh Iran seolah-olah mengubur harapan kemajuan medikasi Iran. Akan tetapi, mereka malah menjadi benih yang setelah dikubur justru menjadi pohon-pohon yang memberikan harapan bagi kemajuan dan perkembangan dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran dan militer.
Sebelumnya Iran mengandalkan vaksin Sinopharm dari China dan AstraZeneca dari Inggris. Dan dengan kemandiriannya itu, Iran mampu mencukupkan dirinya dengan vaksin buatan dalam negeri.
Iran bahkan berjanji untuk menyediakan vaksin bagi negara-negara lain, terutama untuk negara yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi.