Washington, Purna Warta – Pembahasan efek samping vaksin Pfizer yang berteknologi mRNA sedang ramai dibahas di media. Meskipun teknologi ini merupakan lompatan besar dalam ilmu kedokteran, tidak seperti teknologi vaksin lainnya, tetapi sebenarnya teknologi ini belum pernah digunakan dalam vaksin apa pun sebelumnya. Pada bulan-bulan awal vaksinasi, laporan kematian setelah vaksinasi Pfizer banyak dilaporkan di media.
Meskipun vaksin dirancang untuk melindungi tubuh dari penyakit, seperti obat biasa lainnya, tetapi kedua hal itu pasti memiliki efek samping. Organisasi Kesehatan Dunia telah berulang kali menyatakan bahwa efek samping utama dari vaksinasi adalah rasa sakit, bengkak, atau kemerahan di tempat bagian yang disuntik dengan kondisi ringan, beberapa vaksin juga menyebabkan demam, ruam dan nyeri, Namun isu efek samping pada vaksin Pfizer dan vaksin berbasis teknologi mRNA berbeda. Meskipun teknologi ini merupakan sebuah lompatan besar dalam ilmu kedokteran, tidak seperti teknologi vaksin lainnya, teknologi ini belum pernah dijadikan sebagai vaksin apa pun sebelumnya, dan metode mRNA telah menyebabkan banyak efek samping yang harus diidentifikasi selanjutnya selama beberapa tahun pengujian supaya bisa dijadikan sebagai formula vaksin yang aman.
Peningkatan Vaksinasi Pfizer, menunjukkan banyak efek samping, seperti halnya peradangan jantung yang sering ditemukan pada orang yang telah disuntik vaksin Pfizer. Pada akhirnya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memberikan label peringatan kepada vaksin ini, karena ditemukan efek samping tersebut di antara sejumlah besar orang yang di suntik dengan vaksin Pfizer, hal ini didasari oleh sebuah artikel di New England Journal of Science mengenai insiden anafilaksis (shok yang disebabkan oleh alergi berat) yang diinduksi vaksin Pfizer kira-kira 10 kali lebih tinggi daripada vaksin lainnya.
Namun, di sisi lain vaksin Pfizer telah sepenuhnya disetujui oleh Food and Drug Administration AS. Karena selain kebutuhan vaksin pada saat pandemi corona ini, persamaan makro politik dan ekonomi juga mempengaruhi untuk disahkannya vaksin. Dalam laporan ini, diberitakan mengenai ikhtisar tentang efek samping dan kerugian yang disebabkan oleh vaksin Pfizer:
Daily Mail: Mengonfirmasi hubungan vaksin Pfizer dengan infark miokard (serangan jantung)
Israel adalah salah satu negara pertama yang menyuntikkan vaksin Pfizer dalam skala besar. Menurut para ahli rezim tersebut, salah satu alasan utama penggunaan vaksin ini adalah keragaman ras orang yang tinggal di wilayah Palestina yang diduduki, yang secara statistik dari komunitas yang beragam ini cocok untuk diberikan injeksi vaksin Pfizer. Inilah yang disebutkan di BBC pada 22 2 Januari 2021.
Dua bulan lalu, pejabat kesehatan rezim tersebut mengumumkan bahwa mereka telah menemukan fenomena yang menunjukkan bahwa miokarditis (peradangan pada otot jantung) telah terjadi pada mereka yang menerima dosis kedua vaksin Pfizer – Biontech. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin Pfizer berkaitan dengan efek penyakit jantung pada pria muda yang menjalani diet ini. Data yang dipublikasikan juga menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin Pfizer telah menimbulkan efek miokarditis pada pria berusia 16 hingga 19 tahun.
Perlu dicatat bahwa Reuters melaporkan minggu lalu bahwa setengah dari rawat inap karena corona di Israel adalah mereka yang telah menerima kedua dosis vaksin Pfizer.
1.200 orang menderita infark miokard, dan Food and Drug Administration AS memberikan peringatan baru pada Pfizer dan vaksin moderna
Food and Drug Administration (FDA) AS setalah mendapatkan laporan akhirnya menambahkan peringatan pada vaksin Pfizer dikarenakan adanya efek penyakit jantung langka setelah vaksinasi Pfizer dan Moderna pada awal Juli lalu. Miokarditis atau radang otot jantung, kondisi ini lebih sering terjadi pada pria daripada wanita dan terjadi lebih banyak setelah dosis kedua daripada dosis pertama vaksin Pfizer. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengatakan dalam versi terbarunya mengumumkan bahwa untuk setiap vaksin, sertifikat kesehatan dari penyedia layanan kesehatan (penyedia vaksin) harus dimodifikasi, yang mencakup peringatan tentang efek miokarditis dan perikarditis (iritasi dan peradangan pada lapisan tipis berbentuk kantong yang melapisi jantung).
Komplikasi berbahaya dari Pfizer menurut studi ilmiah adalah 10 kali lipat
The New England Journal of Medicine, sebuah jurnal medis terkenal di dunia, menulis pada bulan Desember 2020 bahwa data lapangan menunjukkan adanya insiden anafilaksis yang terkait dengan vaksin Pfizer kira-kira 10 kali lebih banyak daripada vaksin lainnya. Anafilaksis adalah reaksi alergi serius yang mengancam jiwa yang dimulai secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian; Reaksi alergi ini biasanya disertai dengan gejala seperti gatal-gatal, pembengkakan tenggorokan dan hipotensi (tekanan darah rendah). Pada akhir tahun 2020, setelah timbulnya anafilaksis pada beberapa penerima vaksin Pfizer, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa jika terjadi alergi parah terhadap komponen vaksin apa pun khususnya Pfizer, maka perawatan medis yang tepat harus segera diberikan.
Kasus kematian pasca-vaksinasi Pfizer sedang diselidiki
Sementara itu, meskipun perusahaan Pfizer memfokuskan untuk tidak meliput berita tentang efek samping vaksin Pfizer, dari waktu ke waktu berita tentang kematian orang setelah injeksi vaksin ini diterbitkan di media. Kasus di mana seseorang meninggal setelah vaksinasi Pfizer dan tidak adanya penularan penyakit lain yang mendasarinya telah dilaporkan secara resmi dan dijanjikan untuk diselidiki oleh CDC atau badan terkait lainnya, tetapi hasil penelitian ini sebagian besar tetap dirahasiakan. Tetapi dengan keberadaan banyak data resmi seperti komplikasi anafilaksis dan radang jantung, penyebab dari banyak kematian ini sebagian besar telah diketahui, yakni setelah vaksinasi Pfizer.
Liputan berita dari kasus-kasus Tersebut telah diperiksa dalam dua kategori:
Kategori Pertama: Orang muda yang meninggal setelah divaksinasi Pfizer tanpa riwayat sakit sebelumnya:
Remaja Amerika Serikat berusia 13 tahun meninggal karena serangan jantung
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS telah menyelidiki kematian seorang anak laki-laki di Michigan sejak bulan lalu, yang meninggal beberapa hari setelah menerima 19 vaksin Pfizer. Keluarga Jacob mengatakan dia sehat dan tidak memiliki kondisi medis yang mendasarinya; Menurut informasi yang tersedia, remaja itu meninggal dalam tidurnya tiga hari setelah menerima dosis kedua vaksin Covid 19 pada pertengahan Juni.
Sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Delicia Private, direktur medis dari Saginaw, Michigan, mengatakan: “Investigasi terhadap hubungan antara kematian dan vaksinasi Pfizer pada remaja sedang berlangsung. Sementara itu, departemen kesehatan terus mendorong pihak keluarga untuk berbicara dengan dokter mereka dan menilai risiko dan manfaat vaksinasi.”
Awal kelas musim gugur adalah sebagai mahasiswa baru di Carleton High School. Keluarga remaja itu diberitahu bahwa temuan otopsi awal menunjukkan bahwa jantung Yakub telah membesar pada saat kematiannya dan ada cairan di sekitar jantungnya.
Pria Ukraina paruh baya
Sebelum berita kematian remaja tersebut, Reuters melaporkan bahwa Kementerian Kesehatan Ukraina sedang menyelidiki kematian seorang pria berusia 47 tahun yang meninggal beberapa jam setelah menerima vaksin Pfizer.
Dua orang tewas di Israel
Pada tanggal 26 Februari 2021, Times of Israel mengutip Kementerian Kesehatan Israel yang mengatakan bahwa pria berusia antara 16 dan 30 tahun juga termasuk dalam kasus radang jantung akibat menerima vaksin Pfizer, dan dua orang telah meninggal karena komplikasi. Mereka adalah seorang wanita berusia 22 tahun dan seorang pria berusia 35 tahun. Media menekankan bahwa kedua pria itu tidak memiliki masalah fisik dan riwayat penyakit sebelumnya.
Kematian seorang dokter Amerika
Pada pertengahan Januari tahun lalu, seorang dokter Amerika meninggal karena stroke tiga minggu setelah menerima vaksin Pfizer; Menurut media pemberitaan The New York Times, “Dr. Grogeri Michelle”, yang bekerja di Mount Sinai Medical Center di Miami Beach, meninggal setelah stroke karena kekurangan trombosit. Namun, dia tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Inspektur Medis Miami sedang menyelidiki kematian dokter berusia 56 tahun itu, kata Departemen Kesehatan Florida dalam sebuah pernyataan setelah kematiannya.
Perawat Portugis
Pada bulan Januari tahun itu, Sonia Asvido, seorang pekerja kesehatan Portugis, meninggal mendadak dalam 48 jam setelah menerima vaksin corona Pfizer / Biontech. Wanita berusia 41 tahun itu tidak mengalami efek samping setelah menerima vaksin Pfizer ini pada 30 Desember, namun meninggal mendadak pada 1 Januari, dua hari kemudian.
Dalam berita tentang kematian ini, tajuk utama menyatakan bahwa hubungan antara injeksi vaksin Pfizer dan penyebab kematian belum ditetapkan; Namun, tidak jelas apakah ini adalah reaksi awal yang biasa diumumkan sebelum penyelidikan menyeluruh tentang penyebab kematian dan efek vaksin. Artinya, karena belum dipelajari, tidak mungkin untuk mengomentari hubungan antara injeksi vaksin dan kematian. Namun, setelah menyelidiki penyebab kematian orang-orang tersebut, hasil penelitian tersebut sangat sayang sekali tidak dipublikasikan.
Kategori kedua: Kematian di antara kelompok berisiko tinggi
Kategori kedua kembali ke laporan media tentang kematian lansia di Norwegia, Jerman, Spanyol dan Belanda setelah vaksinasi Pfizer, yang dianggap serius karena usia lanjut mereka, berbeda halnya dengan kategori sebelumnya di mana semuanya masih muda dan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Namun, kelompok yang menjadi risiko pertama untuk vaksin ini adalah orang yang sudah berumur, dan tujuan utama dari vaksin ini kepada mereka adalah untuk melindungi kelompok berisiko tinggi dari infeksi covid-19.
Misalnya, pada awal Januari (Desember 2020), 23 orang lanjut usia di Norwegia meninggal setelah menerima dosis pertama vaksin Pfizzer, itulah sebabnya pemerintah Norwegia menyatakan bahwa vaksin Pfizer mungkin berbahaya bagi orang yang sangat tua dan memiliki riwayat penyakit. Menurut Badan Farmakope Norwegia pada saat itu, hasil otopsi menunjukkan bahwa efek samping umum dari vaksin Pfizer mungkin akan lebih parah munculnya pada orang yang memiliki kondisi lemah dan umur yang sudah tua.
Di Jerman, surat kabar Isbürger Allgemeine Zeitung melaporkan pada bulan Januari bahwa Institut Pavel Ehrlich di Jerman, yang bertanggung jawab untuk mensertifikasi keamanan vaksin di Jerman, sedang menyelidiki penyebab 10 kematian setelah vaksinasi Pfizer. Pada bulan Februari, kantor berita Spanyol melaporkan bahwa menurut staf sebuah panti jompo di Spanyol, semua 78 penghuni panti jompo ini terinfeksi corona dengan gejala parah setelah menerima dosis pertama vaksin Pfizer – Biontech produksi Amerika Serikat, dan tujuh orang darinya telah meninggal dunia.
Di Prancis, Menteri Kesehatan Prancis Olivier Varane mengumumkan pada bulan Januari bahwa lima orang telah meninggal di negara itu setelah menerima vaksin Pfizer AS. Hubungan antara kematian ini dengan vaksinasi Pfizer sedang diselidiki oleh kementerian kesehatan Perancis. Tetapi pada saat itu, Badan Keamanan Obat Nasional Prancis melaporkan bahwa disfungsi jantung adalah konsekuensi sekunder dari vaksin Pfizer.
Hipotesis pertama pada kelompok lansia adalah kematian tersebut disebabkan karena terinfeksi corona dan bukan karena vaksinasi, namun, karena adanya efek infark miokard (serangan jantung) setelah vaksinasi maka kemudian dikonfirmasi penyakit serangan jantung tersebut sebagai efek samping vaksinasi Pfizer. Kemungkinan lain kasus ini dikaitkan karena sampel awal vaksin Pfizer yang diproduksi. Menurut bukti yang ada, perusahaan Pfizer kemudian menghentikan lini produksi sampel awalnya dan meneruskan produksinya dengan formulasi lain yang lebih baru. Tetapi meskipun dalam semua kematian ini, pejabat kesehatan menjanjikan penyelidikan menyeluruh terhadap penyebab kematian dan hubungannya dengan vaksin Pfizer, namun sangat disayangkan hasilnya tidak dirilis.
Tekanan terhadap Food and Drug Administration AS untuk persetujuan Vaksin Pfizer
Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) mengumumkan persetujuan vaksin Pfizer Senin lalu padahal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS dan Badan Obat-obatan Eropa mengkonfirmasi adanya hubungan antara beberapa efek samping seperti penyakit jantung dan vaksin Pfizer.
Menurut laporan media AS, beberapa kematian yang dikaitkan dengan Pfizer sedang diselidiki. Di sisi lain, beberapa media asing telah menulis tentang adanya tekanan terhadap Food and Drug Administration AS untuk mengeluarkan persetujuan vaksin ini dan mengatakan bahwa persetujuan penuh tidak dilakukan melalui proses ilmiah tetapi dengan tujuan meningkatkan vaksinasi dan menaungi kegiatan kampanye anti-vaksinasi.