Riyadh, Purna Warta – Arab Saudi dilaporkan telah menaikkan kuota haji dan akan mengizinkan hingga 1 juta orang untuk berpartisipasi dalam haji tahun ini. Langkah ini memperluas partisipasi masyarakat muslim dari luar kerajaan pasca dua tahun pembatasan ketat Covid, kata media pemerintah.
Kementerian haji telah memberikan kuota untuk satu juta peziarah, baik asing maupun domestik, untuk melakukan haji tahun ini, ungkapnya dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga : Lebih dari Separuh Penduduk Sudan Selatan Hadapi Krisis Pangan
Peziarah ke Mekah tahun ini harus berusia di bawah 65 tahun dan divaksinasi penuh, kata kementerian haji dan umrah dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh kantor berita SPA.
Mereka yang datang dari luar Arab Saudi akan diminta untuk menyerahkan hasil PCR negatif Covid-19 dari tes yang dilakukan dalam waktu 72 jam perjalanan, katanya pada Jumat malam.
Ministry of Hajj and Umrah announces increasing this year's #Hajj capacity to 1 million #pilgrims, from #SaudiArabia and abroad. pic.twitter.com/UwNKgWSXKj
— CIC Saudi Arabia (@CICSaudi) April 9, 2022
Melawan penyakit
Tahun lalu, kerajaan telah memberlakukan pembatasan pada ibadah haji menjadi 60.000 hujjaj domestik saja; sebuah angkan yang kecil dibandingkan dengan 2,5 juta sebelum pandemi.
Kunjungan ke tempat-tempat paling suci Islam di Mekkah dan Madinah untuk haji selama seminggu, dan umrah pada sepanjang tahun, sebelumnya menghasilkan pendapatan sekitar $12 miliar per tahun, menurut data resmi.
Baca Juga : Was-Was dan Takut Menyelimuti Palestina Pendudukan: Tangan Kosong Israel
Pemerintah ingin memastikan keselamatan peziarah sambil memastikan bahwa jumlah maksimum Muslim di seluruh dunia dapat melakukan haji, kata pernyataan hari Sabtu.
Haji terdiri dari serangkaian ritual keagamaan yang diselesaikan selama lima hari di kota paling suci Islam, Mekah, dan daerah sekitarnya di barat Arab Saudi.
Menjadi tuan rumah haji adalah masalah prestise bagi penguasa Saudi, karena perwalian situs-situs tersuci Islam adalah sumber legitimasi politik mereka yang paling kuat.
Sebelum pandemi, ziarah Muslim adalah penghasil pendapatan utama bagi kerajaan, menghasilkan sekitar $12 miliar per tahun.
Pembatasan pada tahun 2020 dan 2021 memicu kekecewaan di kalangan Muslim di luar negeri.
Baca Juga : Upaya Amerika Ciptakan Krisis Roti di Al-Hasakah
Sejauh ini, Kerajaan berpenduduk sekitar 34 juta orang itu telah mencatat lebih dari 751.000 kasus virus corona, termasuk 9.055 kematian, menurut data kementerian kesehatan.