HomeCoronavirusApa Karakteristik Virus Delta India?

Apa Karakteristik Virus Delta India?

Tehran, Purna Warta – Belakangan ini, corona tampil dengan bentuk dan model barunya yang disebut Delta, virus Delta setidaknya 50 persen lebih cepat penyebarannya dari pendahulunya, Alpha, dan virus ini mampu menginfeksi rata-rata 6 hingga 9 orang.

Lebih dari 18 bulan telah berlalu sejak wabah virus corona di seluruh dunia, saat ini, organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memberikan informasi tentang diagnosis covid-19, tetapi seiring waktu virus ini terus bermutasi, begitu juga perubahan gejala yang muncul.

Virus covid-19 dalam bentuk baru dan dengan mutasinya, telah tersebar dengan nama Delta dan telah menyerang banyak negara, termasuk Iran.

Sekarang, kasus corona di Iran semakin meningkat, dimana setiap 2 detik minimal satu orang terinfeksi virus ini dan setiap 4 menit terjadi kasus korban. Selain itu, 336 kota di negara tersebut berada dalam zona merah.

Sebagian besar negara sekarang ini telah terjangkit virus jenis ini. Virus, yang menurut para ahli memiliki tingkat penularan yang jauh lebih cepat daripada pendahulunya.

Virus corona telah mengalami banyak mutasi sejak mewabah, dan bermunculan strain-strain baru. Akhir-akhir ini corona delta sedang ramai diperbincangkan di Iran dan dunia. Banyak orang yang mencari informasi mengenai mutasi virus ini, sayangnya, reaksi virus ini lebih cepat menular daripada jenis aslinya, dan kita harus lebih menguatkan protokol kesehatan.

Secara umum virus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, dan masing-masing dari virus memiliki ciri khas dan nama masing-masing, misalnya, HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS. Banyak orang mengetahui nama penyakitnya, tapi tidak tahu nama virus penyebabnya.

Virus diberi nama berdasarkan struktur genetiknya dengan tujuan untuk memudahkan fasilitasi produksi tes diagnostik, vaksin, dan obat-obatan. Ahli virologilah yang melakukan hal ini,  selanjutnya, virus diberi nama oleh Komite Internasional untuk Klasifikasi Virus (ICTV).

Penyakit yang diakibatkan virus tersebut akan diberi nama yang sesuai dengan reaksi virus di dalam tubuh, sehingga lebih mudah kedepannya untuk diteliti upaya pencegahan penyakit, prevalensi, penularan, keparahan, dan pengobatannya.

Hal yang sama juga terjadi pada virus corona. Pada tanggal 11 Februari 2020, sindrom Pernafasan akut virus corona 2 (SARS-CoV-2) diumumkan sebagai nama virus baru. Nama tersebut dipilih karena virus tersebut secara genetik memiliki hubungan dengan virus corona SARS yang mewabah pada tahun 2003.

Tetapi kedua virus itu sebenarnya sangat berbeda. Dalam hal ini, untuk memudahkan penelitian, diagnosis dan pengobatan, mutasi yang berbeda diberi nama dengan nama baru.

Hal yang sama berlaku untuk virus corona Delta. Saat ini ada empat varian mutan dari virus corona, alpha, beta, gamma, dan delta, dan virus delta sangat kontroversial. Nama-nama ini didasarkan pada alfabet Yunani.

Menurut banyak ahli, virus ini adalah virus yang paling menular dalam dua puluh tahun terakhir, dan karena itu, penularan virus jenis ini lebih cepat dari jenis sebelumnya.

Strain delta setidaknya 50% lebih menular daripada strain Alpha. Karena galur alfa 50% lebih menular daripada galur pandemi asli, Oleh karena itu, strain delta 100% lebih menular daripada strain epidemi awal, dan ini merupakan angka yang sangat tinggi.

Dengan kata lain, setiap orang dengan strain delta dapat menginfeksi rata-rata 6, bahkan 8 atau 9 orang, yang setara dengan virus cacar air.

Sementara jenis corona awal memunculkan gejala seperti flu biasa dan rata-rata dapat menginfeksi 2 sampai 3 orang.

Tingkat keparahan virus Delta

Sedikit yang diketahui tentang tingkat keparahan varian delta, tetapi penelitian di Skotlandia, Inggris dan Kanada telah menunjukkan peningkatan rawat inap dikarenakan strain Delta.

Diagnosa virus Delta

Menurut organisasi internasional, ada kemungkinan respons negatif palsu terhadap tes PCR pada varian virus baru, tetapi sejauh mana respons tersebut memiliki tingkat kesalahan pada varian baru itu masih belum ditentukan. Namun, ada kemungkinan 30% dari tes negatif mengasilkan kesimpulan yang palsu, dan teknik pengambilan sampel, kondisi individu, serta waktu pengambilan sampel dapat meningkatkan kemungkinan kesalahan hasil ini.

Oleh karena itu, hasil tes negatif belum bisa membuktikan bahwa orang tersebut tidak terinfeksi corona model baru ini, dan karenanya gejala yang muncul harus diprioritaskan untuk diagnosis.  Setelah gejala terlihat maka harus segera untuk mengisolasi diri dan merujuk ke unit atau pemeriksaan kesehatan untuk dievaluasi gejalanya.

Menurut penelitian yang dilakukan di China, tingginya tingkat reproduksi virus ini, selain meningkatkan tingkat penularan ke orang lain, juga telah mengurangi masa inkubasi (latensi) dari rata-rata 6 hari menjadi 4 hari. Dengan kata lain, orang tersebut akan memiliki gejala lebih cepat muncul setelah terkena virus.

Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa durasi infektivitas strain delta (lamanya virus mempertahankan beban tinggi pada orang yang terinfeksi dan dapat menyebabkan penularan) telah meningkat dibandingkan dengan virus jenis pertamanya.

Kelompok yang berisiko dengan virus varian Delta

Strain virus ini tampaknya dapat menginfeksi orang di bawah 50 tahun dan anak-anak 2,5 kali lebih mungkin terinfeksi. Alasan untuk hal ini belum jelas diketahui, apakah karena vaksinasi dan imunisasi pada populasi lanjut usia (yakni di atas 50 tahun) atau karena sensitivitas yang lebih besar dari populasi di bawah 50 tahun terhadap strain delta.

Sumber wabah corona Delta

Virus corona Delta adalah jenis virus yang pertama kali diidentifikasi di India yang muncul selama gelombang pandemi parah pada bulan Mei dan Juni. Jenis virus ini tumbuh pesat di beberapa bagian India, bahkan dalam sebagian kasus virus ini menunjukkan tanda-tanda resistensi relatif terhadap vaksin.

Dalam waktu yang singkat, virus Delta menyebar ke seluruh dunia, dan penyebaran ini telah merusak semua program dan usaha untuk mencegah penyebaran virus corona dengan diadakannya vaksinasi. Inggris, misalnya, baru saja melakukan vaksinasi dan pengendalian pandemi, tetapi dengan kemunculan jenis Deta, usaha untuk mengendalikan penyebaran virus corona ini dimulai dari nol lagi.

Beberapa negara  justru melakukan vaksinasi lebih cepat setelah melihat peningkatan yang cepat dari pandemi versi Delta.

Beberapa negara lain yang memiliki akses luas terhadap vaksin, seperti Amerika Utara dan Eropa, berharap dapat mampu mengurangi kemunculan delta yang tak terhindarkan ini. Tetapi beberapa ilmuwan khawatir di sejumlah negara yang tidak memiliki stok vaksin yang besar, seperti di Afrika, pandemi virus Delta ini akan semakin memburuk.

Para ahli masih belum memiliki jawaban mengapa tipe delta memiliki daya transmisi yang lebih besar daripada varian corona lainnya. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa perubahan pada bagian protein virus dapat mempermudah mereka memasuki sel manusia.

Studi pendahuluan lainnya menunjukkan bahwa mutasi tipe delta mungkin telah membuat virus lebih mudah menempel pada sel manusia, akibatnya, ketika corona Delta dapat dengan mudah bergabung dengan sel-sel manusia, maka hal itu dapat mempermudah membanjiri sistem kekebalan tubuh.

Delta, 60% lebih mudah melakukan transmisi daripada alpha yang diidentifikasi di Inggris pada akhir tahun 2020

Virus  ini dapat bermutasi sendiri dari model virus sebelumnya. Sebagian besar negara saat ini khawatir terhadap prediksi mengenai corona Delta yang akan menjadi varian utama untuk pandemi corona dalam beberapa bulan mendatang.

Virus ini sangat menular dan akan terus menyebar kecuali adanya tingkat vaksinasi yang cukup tinggi yang bisa melawannya.

Virus ini tampaknya lebih banyak menginfeksi kaum muda. Studi di Inggris menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa di bawah usia 50 tahun 2,5 kali lebih mungkin terinfeksi.

Bukti awal menunjukkan bahwa orang dengan delta sekitar dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan varian alpha.

Gejala orang yang terinfeksi virus Delta

Menurut hasil penelitian dan data yang ada, gejala virus corona delta akan memunculkan kondisi yang lebih parah dan kemungkinan dirawat di rumah sakit hampir dua kali lipat dari varian alpha. Selain itu, dokter di China mengatakan bahwa orang yang terinfeksi virus ini akan menerima gejala sakit yang lebih daripada mereka yang terinfeksi virus varian sebelumnya, bahkan bisa membuat gejala yang lebih memburuk dari varian awalnya.

Menurut penelitian, tanda-tanda utama orang yang terinfeksi virus Delta berubah – ubah, artinya, semakin banyak penyakit menyebar, semakin banyak gejala ini akan berubah.

Tetapi ada gejala umum yang menjadi indikator terinfeksi virus ini, berdasarkan data yang dilaporkan, yakni meliputi: sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, demam, batuk.

Pengaruh vaksin terhadap virus Delta

Sayangnya, secara umum varian Delta hampir kebal terhadap vaksin, terutama pada orang yang hanya menerima satu dosis vaksin.

Akan tetapi langkah awal dan terpenting untuk mencegah infeksi virus ini adalah tetap dilakukannya vaksinasi umum. Laporan menunjukkan bahwa sebagian besar vaksin paling terkenal di dunia mampu melindungi antara 79% dan 88% dari orang yang sudah terinfeksi virus ini, selain itu, protokol kesehatan dan jarak sosial pun harus terus dipatuhi.

Situasi corona Delta di Iran

Iran dilaporkan telah menerima penyebaran virus corona Delta ini dan hal ini merupakan puncak kelima dari pandemi di negara tersebut. Jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap telah meningkat drastis. Virus pertama kali memasuki negara Iran dari bagian selatan dan tenggara, dan sekarang seluruh daerah di bagian selatan berada dalam situasi yang sulit.

Seperti disebutkan, cara terbaik untuk mencegah adalah vaksinasi. Jika seluruh dunia divaksinasi lebih cepat, virus  akan  lebih sedikit memiliki kesempatan untuk bermutasi kembali.

Sampai saat ini, warga Iran harus tetap mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak sosial dan memakai masker.

Perbedaan antara virus ini dengan virus Inggris, Brasil, dan Afrika adalah bahwa pada semua varian virus ini hanya satu mutasi yang menyebabkan virus baru terbentuk, tetapi pada tipe delta, ada beberapa mutasi di beberapa bagian gen yang berbeda-beda yang telah menyebabkan lebih banyak infektivitas.

Beberapa gejala yang muncul dari virus corona secara umum adalah mirip dengan varian corona Alpha, tetapi pada virus Delta gejala yang paling sering dilaporkan adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, dan pilek, lebih seperti gejala pilek yang sangat parah, tetapi gejala dominan dari virus Alpha adalah demam, batuk, nyeri tubuh dan kehilangan penciuman.

Perbedaan lain antara virus ini dan virus Alpha adalah virus ini menyerang orang yang lebih muda, dan banyak kasus terjadi pada anak-anak dan remaja juga. Oleh karena itu, kita harus mencatat bahwa anak-anak adalah sumber penularan virus yang paling penting bagi virus jenis Delta.

Para ahli percaya bahwa tingkat keparahan penyakit covid-19 ini tergantung pada kondisi inang yakni tubuh manusia.  Inang virus ini dapat mempengaruhi faktor-faktor penting seperti kecepatan replikasi, metode penularan, dll yang berubah seiring perkembangan virus.

Faktor inang  dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, obat-obatan, diet, olahraga, kesehatan, dan stres, jadi ketika kita berbicara tentang tanda dan gejala virus, kita merujuk pada yang paling umum, seperti halnya orang yang lebih tua mungkin mengalami gejala yang berbeda dari orang yang lebih muda.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here