Purna Warta – 6 September 2021, 6 tahanan Palestina berhasil melarikan diri dari jeruji paling ampuh Israel, Gilboa, 4 kilometer perbatasan Tepi Barat Pendudukan.
Dilaporkan bahwa mereka melarikan diri dengan menggali terowongan bawah toilet kamar sel selama berbulan-bulan. Petinggi rezim Zionis baru mengetahui pada jam 3:30 pagi.
Polisi, militer dan unsur-unsur intel dalam Zionis terjun ke lapangan dengan anjing-anjing pelacaknya. Mereka membuat pos-pos pemeriksaan di jalan sekitar penjara. Ribuan servis keamanan beroperasi hingga menghabiskan sekitar 31 juta dolar.
Sabtu 11 September, pihak kepolisian mengumumkan bahwa mereka telah menangkap 2 tahanan pelarian di wilayah Um al-Ghanam, sedangkan 4 lainnya masih berkeliaran.
Saat itu pula, penduduk Palestina di Tepi Barat dan al-Quds timur turun ke jalanan. Mereka mengungkapkan keprihatinan mereka dan berteriak melawan arogansi penahanan.
Tertanggal 19 September, militer dalam jumlah besar Israel menyerang tempat penampungan Jenin. Penduduk Palestina di tempat penampungan bentrok dengan militer dan akhirnya, 2 tahanan lagi kembali ditangkap.
Mahmoud Ardah, salah satu tahanan pelarian, menyatakan, “Kami tidak dibantu oleh pihak dalam tahanan. Saya adalah penanggungjawab program melarikan diri ini. Penggalian terowongan kami lakukan sejak November 2020 hingga saat ini (September 2021).”
Ada 4.650 Warga Palestina di Jeruji Israel
Saat ini 4.650 warga Palestina berada di balik jeruji Israel. Sipil al-Quds menyatakan bahwa mereka adalah tahanan politik, karena aksi Muqawamah dan perlawanan mereka versus pendudukan ilegal rezim Zionis.
Dari 4.650 tahanan ini, 520 ditahan begitu saja tanpa adanya dakwaan. 200 lainnya adalah anak-anak dan 40 dari mereka adalah perempuan.
544 orang Palestina dijatuhi hukuman abadi dan 499 dari mereka sudah menghabiskan 20 tahun di balik jeruji.
Sejak awal tahun 2021 ini, pihak rezim Zionis menambah tingkat penangkapan anak-anak di bawah umur dan perempuan. Bulan Mei lalu, terjadi penangkapan paling banyak dalam sejarah Palestina. Selama bulan ini, ada 3.100 sipil Palestina yang ditahan.
Data statistik yang disusun oleh satu asoiasi HAM menunjukkan bahwa militer Zionis dari tahun 2000 hingga tahun ini telah menangkap 12 ribu anak kecil. Mayoritas didakwa melempar batu, di mana berdasarkan aturan militer, aksi tersebut bisa dijatuhi hukuman 20 tahun.
Hal ini membuktikan bahwa rezim Zionis adalah satu-satunya pemerintahan yang mengadili anak-anak di bawah umur di pengadilan militer. Mayoritas mereka tidak mendapatkan hak paling mendasarnya.
Sekarang, ada 200 anak di bawah umur Palestina yang masih berdiam di balik jeruji Israel. Mayoritas mereka ditahan sebelum dilangsungkan pengadilan dan mereka belum dihakimi atas pelanggaran apapun.
Penyiksaan dan Pemukulan
Pada tahun 2020, dilakukan survei terhadap 470 sipil Tepi Barat. Mereka ditanyakan mengenai penangkapan dan penahanan dalam 10 tahun lalu.
81% mengungkapkan adanya pemukulan di tengah penangkapan. 86% menyatakan bahwa mereka diinterogasi dalam keadaan telanjang. 88% mengakui tidak adanya pelayanan kedokteran. 89% menjelaskan bahwa para tahanan ditutup matanya saat di penjara. 52% mengungkapkan ancaman ke keluarga yang diterima saat di jeruji. 47% mengakui tidak adanya izin perwakilan.
Ada banyak laporan mengenai penyiksaan kepada tahanan yang lari dari penjara Gilboa. Khaled Mahajna, Wakil Komite Urusan Tahanan, setelah pertemuan dengan Mahmoud Ardah pasca penangkapan kedua kalinya menyatakan bahwa Mahmoud Ardah mendapatkan siksaan dan pukulan. Setelah penangkapan, mereka hanya diizinkan tidur 10 jam dan dilarang makan.
Mahajna menjelaskan mengenai kondisi tahanan pelarian setelah ditangkap ini sebagai berikut:
“Mahmoud Ardah disiksa dan dipukul keras. Kepalanya dibenturkan ke lantai dan sekujur tubuhnya terdapati luka-luka dan hingga saat ini masih belum diobati. Dari hari Sabtu hingga sekarang, Mahmoud diinterogasi dan sejak itu, dia hanya tidur 10 jam. Salah satu dari mereka mengatakan, Anda tidak berhak ditahan, hak Anda adalah tembak kepala.”
Akhir-akhir ini, Komite Urusan Tahanan dan Pembebasan Palestina menyatakan bahwa manajemen tahanan rezim Zionis mengoperasikan politik ‘balas dendam koloni’ terhadap para tahanan dan menjerumuskan mereka ke ruang sempit, khususnya di penjara Nafha.
Kantor penjara Nafha tidak memperbolehkan para tahanan Palestina anggota Jihad Islami untuk bertempat di satu sel. Mereka terus dipindah-pindah.
Manajemen penjara Zionis terus memindah sejumlah tahanan anggota Jihad Islami ke sel soliter.
520 Warga Pelestina Ditangkap Tanpa Alasan
Saat ini ada 520 tahanan Palestina yang ditangkap tanpa adanya dakwaan dan mereka ada di balik jeruji tanpa alasan. Tidak ada dakwaan jelas dan dalam banyak kasus, penahanan diperpanjang setelah masanya selesai.
Para tahanan ini, yang terdiri dari anak-anak dan perempuan, bisa dijebloskan ke jeruji 6 bulan tanpa dakwaan, itupun bisa diperpanjang hingga lebih lama dalam jeruji militer.
Berasaskan UU Internasional, dilarang satu negara pendudukan memindah atau menyimpan satu tahanan di luar daerah pendudukannya. Akan tetapi rezim Zionis telah mengangkangi aturan ini dalam banyak kasus di Palestina.
Dalam beberapa tahun ini, para tahanan Palestina mengadakan demo dan protes stop makan. 17 April ditentukan sebagai hari tahanan Palestina dalam upaya mengingat para pejuang di balik jeruji Zionis dan sebagai salah satu upaya pembebasan dari cengkraman Israel.