Yang Harus Diketahui Tentang Serangan Cyber di AS

as

Purna Warta – Permasalahan baru muncul beberapa hari terakhir, di akhir kepemimpinan satu periode Donald Trump. Serangan cyber oleh para hacker menjotos pusat urgen pemerintahan AS dengan membabi buta. Setiap hari terbongkar bagian mana saja yang terserang dan sirine bahayapun menyala.

Tembusan para hacker ke bagian pemerintahan AS ini sangatlah bahaya dan hingga kini mereka belum mampu memprediksi luas serangan dan mengkalkulasi kerugian yang harus dibayar. Semua departemen, sebagai contoh Kementerian Dalam Negeri pusing, karena mereka adalah penanggung jawab keamanan cyber semua departemen dan mereka harus memberikan penjelasan mengenai serangan cyber ini.

Salah satu petinggi pemerintahan Donald Trump mengumpamakan serangan hacker ini dengan jurang di mana kedalamannya tidak diketahui. Dan laporan berita mengungkapkan bahwa serangan telah dimulai sejak Maret, tepatnya semenjak bulan 3 terus ke Pemilu. Mereka tidak bisa mengumumkan kuantitas kerugian dari serangan yang hampir memakan waktu 9 bulan tersebut.

Para pakar mengatakan serangan ini sebagai serangan paling buruk dalam sejarah Amerika. Pihak pemerintah hingga kini juga belum mengumumkan bagian mana saja yang dihacker dan para korban juga tidak berani melangkah. Yang pasti adalah serangan sangatlah kompleks dan luas sehingga sangatlah terbuka lebar adanya indikasi mata rantai yang belum terputus.

Dimulai Dari Mana dan Ke Mana?

Reuters mengabarkan serangan cyber ke Kementerian Keuangan Amerika. Reuters menulis, serangan ini membuat para petinggi keamanan nasional AS mengadakan konferensi darurat di Gedung Putih. Reuters menambahkan kekhawatiran petinggi intel akan serangan yang mengincar departemen-departemen pemerintahan yang lain.

Financial Times, surat kabar asal Inggris, dalam laporannya menegaskan kabar serangan yang telah dilakukan berbulan-bulan dan menjelaskan, pertama kali Fire Eye melaporkan bahwa mereka telah diserang.

Dalam laporan ini, Financial Times melaporkan bahwa para hacker menyusupkan malware dalam update terbaru sistem Orion dari perusahaan SolarWinds yang menjadi penyokong sistem pemerintah. Ini adalah awal mula serangan.

Ron Wyden, Senator Demokrat wilayah Oragon, baru-baru ini menyampaikan penjelasan detail serangan cyber ke Kemenkeu AS dan mengakui bahwa puluhan E-mail petinggi senior Kemenkeu dihack.

Pasca penjelasan pertama tentang serangan ini, pihak keamanan cyber AS mengeluarkan perintah langsung agar berhenti menggunakan sistem perangkat lunak SolarWinds (Orion).

Setelah itu, setiap hari kabar mengenai luas serangan tertulis di laman-laman surat kabar online maupun offline Amerika dan detail demi detail terkuak.

FBI dan agen keamanan cyber AS dalam konferensi bersama menyatakan bahwa tim khusus telah terbentun untuk membalas para hacker yang mungkin masih berkeliaran dan menambahkan, “Ini adalah situasi aktif dan kami sedang berupaya menganalisa luas serangan ini.”

Dan di saat yang sama, salah satu petinggi Pentagon, mengingatkan serangan langsung cyber ke instansi-instansi dalam negeri dan menuntut kebijakan baru yang sangat strategis.

Media terus membanjiri laman beritanya dengan laporan serangan cyber ke Kemenkeu, Departemen Keamanan Nasional, Kemenlu dan instansi nasional kesehatan Amerika (salah satu cabang dari Kementerian Kesehatan AS). para petinggi juga menjelaskan kemungkinan dan indikasi luas serangan ke bagian lainnya. Dan akhirnya dilaporkan serangan para hacker ke program nukir dan organisasi nasional keamanan nuklir AS.

Berdasarkan laporan Politico, instansi keamanan nasional nuklir AS adalah salah satu instansi urgen pemerintah federal Amerika. Instansi tersebut juga bertugas untuk mengawasi senjata nuklir Washington.

Sementara tanpa menjelaskan lebih detail Kementerian Energi AS menyatakan bahwa ada gerak mencurigakan di komisi federal pengaturan energi, laboratorium nuklir Sandya dan Los Amos dan beberapa lainnya.

Setelah instansi pemerintah, giliran Microsoft mengabarkan bahwa serangan sangat komplit dan berefek. Perusahaan terbesar perangkat lunak dan keras komputer tersebut mengklaim bahwa mereka masih aman.

Pada Jumat dini hari, Microsoft mengakui bahwa pusat mereka juga menjadi sasaran serangan cyber. “Data 40 perusahaan konsumen telah dicuri dalam serangan ini,” klaimnya dan Microsoft-pun menuntut satu reaksi keamanan cyber internasional untuk membalas serangan ini.

“Di awal, para hacker ini bekerja seperti anggota biasa di dalam satu jaringan. Dengan begitu, mereka mampu mendapatkan akun-akun yang benar-benar dilindungi,” jelas Microsoft.

Reuters juga menjelaskan, “Para hacker membobol pusat informasi dan komunikasi nasional AS melalui sistem office 365 buatan Microsoft. Para hacker meneropong email-email para karyawan dalam beberapa bulan.”

Menurut salah satu sumber, yang tidak disebutkan namanya, kepada Reuters menjelaskan bahwa kerja para hacker sangatlah ahli. “Mereka mampu membobol platform kontrol identitas milik Microsoft.”

Kemungkinan besar, serangan ini tidak terbatas pada Amerika saja. Mereka juga mampu meretas perusahaan-perusahaan besar Swedia. Instansi kecelakaan sipil pemerintah Swedia mengakui serangan keras ini. Mereka meminta perusahaan-perusahaan Swedia, yang menggunakan sistem milik SolarWinds, untuk menghapus kode-kode yang bermasalah.

Metode Serangan dan Laporan Media

Hingga hari Kamis, keraguan utama adalah melalui sistem produksi SolarWinds, para hacker mampu membobol jaringan-jaringan pemerintah federal.

Namun Kamis malam, New York Times mengutip salah satu pejabat Departemen Keamanan Nasional AS dan melaporkan bahwa para hacker telah menggunakan malware dan metode serangan yang bermacam, lebih dari yang diprediksi sebelumnya.

Laporan New York Times ini telah menegaskan prediksi dan kekhawatiran Fire Eye. Perusahaan Fire Eye mengklaim bahwa serangan cyber telah dilakukan semenjak awal tahun oleh para hacker terhubung dengan intel Rusia. Mereka berhasil membobol jaringan penting, yang bertugas mengawasi perangkat lunak yang digunakan oleh instansi-instansi pemerintah Amerika.

Surat kabar Inggris, The Guardian juga menulis riwayat serangan cyber ini dan mengatakan bahwa dimungkinkan informasi terkait vaksin Corona telah dicuri, karena serangan cyber ke instansi kesehatan pemerintah AS.

The Guardian juga mengakui serangan melalui sistem SolarWinds dan menambahkan, “Para hacker mengadakan serangan ini dalam kurun waktu berbulan-bulan. Dengan detail, mereka mencuri data bahkan mereka menghilangkan jejak dengan sangat rumit.”

Berdasarkan laporan ini, dapat diketahui bahwa pemerintah AS, bahkan Pentagon juga menggunakan sistem yang sama dari SolarWinds. Namun Pentagon mengelak untuk menjelaskan serangan ke sistem mereka karena alasan keamanan.

Thomas Reid, pakar serangan cyber universitas John Hopkins, mengklaim, “Serangan cyber ini bisa dibandingkan dengan serangan cyber Rusia ke instansi penting AS seperti Pentagon dan NASA pada tahun 1990.”

“Ada beberapa bukti yang menunjukkan pencurian data yang lebih besar dari gedung Washington Memorial,” tambahnya.

Perselisihan Trump dan Pejabat Pemerintah

Serangan cyber ini telah membangkitkan respon dari berbagai pihak dalam negeri Amerika, sama seperti wacana intervensi Rusia dalam Pemilu 2016 yang memenangkan Donald Trump. Tentang serangan ini, mereka masih menunjuk Moskow di balik tirai.

Joe Biden, Presiden terpilih AS pasca Donald Trump, menjelaskan serangan yang mengakibatkan kekhawatiran dalam negeri AS.

“Musuh-musuh kami harus tahu bahwa kami tidak akan duduk santai di tengah diamnya Presiden AS tentang serangan cyber ini, ” jelasnya dan menambahkan bahwa keamanan cyber adalah hal fundamental dalam pemerintahan Amerika.

Di pernyataan terakhirnya, Joe Biden menegaskan bahwa mereka tidak mengetahui luas serangan dan jumlah kerugian yang diakibatkan.

“Donald Trump gagal dalam mengedepankan keamanan cyber. Para petinggi negara harus sangat serius menghadapi serangan ini. Semua ini terjadi di depan mata Donald Trump. Serangan cyber yang dihadapi oleh Amerika ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Saya tidak melihat satupun bukti bahwa serangan ini telah terkontrol,” tambahnya dengan menyindir Donald Trump.

Joe Biden menegaskan, “Serangan cyber adalah satu ancaman untuk keamanan nasional Amerika dan Kemenhan belum juga melaporkan banyak hal kepada saya.”

Ron Klein, orang pilihan Joe Biden untuk menduduki kepala Gedung Putih, dalam wawancaranya dengan CBC menyatakan, “Balasan Biden kepada para hacker lebih dari sekedar boikot.”

CNN melaporkan, “Tim Joe Biden sedang mempersiapkan balasan kepada Rusia atas aksi-aksi mereka seperti serangan cyber dan lainnya yang merusak.”

Surat kabar AS, Reuters juga melaporkan hal yang sama. Mengutip dari petinggi pemerintahan transisi, Reuters menulis, “Balasan haruslah berupa pukulan keras dari segi finansial, teknologi atau ekonomi. Tapi tidak harus menambah tingkat perseteruan dalam nuklir.”

Mike Pompeo, Menlu AS, sedari awal sudah mengarahkan telunjuknya ke Rusia sebagai dedengkot dan dalam wawancara dia menjelaskan, “Ada upaya keras untuk memanipulasi perangkat lunak pihak ketiga untuk menyematkan kode dalam sistem pemerintah Amerika. Upaya sangatlah keras dan menurut saya, kami bisa katakan dengan jelas bahwa Rusia-lah yang bekerja.”

Sementara Presiden Donald Trup berdiri di sisi yang berbeda. Para pejabat mengakui kompleksitas serangan, akan tetapi Donald Trump menulis dalam akun twiternya bahwa semua terkontrol. Menurutnya, media terlalu hiperbola dalam melaporkan hal ini.

Donald Trup juga tidak setuju menuduh Rusia sebagai pelaku dan mengatakan, “Mungkin Cina”.

Respon Presiden Donald Trump ini mendapatkan kritik dari Adam Schiff, Kepala Komite Informasi Dewan Perwakilan AS dan menyebut tuduhan Donald Trump terhadap Cina akan membahayakan keamanan nasional.

William Barr, Menteri Kehakiman AS, dalam pernyataannya yang bertentangan dengan Presiden Trump, menuduh Rusia di balik serangan cyber.

Tuduhan-tuduhan AS terhadap pihak lain, terkhusus Rusia langsung ditolak oleh Dmitry Peskov, Jubir Kremlin, dalam konferensi di depan jurnalis.

“Kami secara resmi menyatakan bahwa segala tuduhan dalam hal ini tidak terbukti,” jelasnya. Jubir Kremlin tersebut menyebut tuduhan ini sebagai upaya Rusia-phobia dengan menjadikan Rusia sebagai kambing hitam di segala peristiwa.

Adapaun dari pihak Cina, Wang Wenbin, Jubir Kemenlu Cina menegaskan, “Tuduhan yang dilontarkan Amerika kepada Cina seperti biasanya menertawakan dan dilakukan dengan tujuan politik.”

Baca juga: 2020 Tahun Paling Mematikan dalam Sejarah Amerika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *