Washington Institute: Tidak Ada Satupun Pihak yang Mampu Menaklukkan Houthi

Washington Institute: Tidak Ada Satupun Pihak yang Mampu Menaklukkan Houthi

Washington D.C., Purna Warta Washington Institute dalam salah satu catatannya mengupas situasi politik dan militer Yaman dan tugas berat yang dipikul Wakil baru Perserikatan Bangsa-Bangsa di Tanah Para Waliyullah.

Elana DeLozier, Analis Washingtoninstitute.org, di awal mengabarkan Wakil PBB baru yang akan segera diumumkan dan akan langsung disambut oleh situasi mencekam. Martin Griffits adalah suksesor Ismail Walad Sheikh sejak tahun 2018 dan meninggalkan Yaman di saat petinggi Sana’a tak lagi rela datang menemuinya kemudian menyebutnya dengan pelantara tak objektif.

Elana DeLozier kemudian menjelaskan, “Wakil baru PBB harus menciptakan perdamaian di Yaman secepat mungkin. Masalah untuk merealisasikan tujuan ini menjadi lebih kompleks dan semakin jauh dari 6 setengah tahun lalu.”

Baca Juga : Puluhan Pemimpin Al-Qaeda dan Koalisi Saudi Tewas di Front Ma’arib & Al-Bayda

“Perang Yaman telah menyebabkan krisis kemanusiaan paling buruk. Di saat tidak ada satupun pihak bersenjata yang mampu menaklukkan pengaruh Houthi Ansarullah yang semakin berani dan semakin berpusat,” tambahnya.

Dalam analisanya ini, Elana DeLozier menjelaskan keinginan dunia untuk segera mengakhiri perang Yaman dan mengajak semua pemain di Sana’a untuk merajut perdamaian sedangkan Houthi semakin nyaman, yang setiap harinya meraih banyak poin untuk perundingan.

Tentang kunjungan delegasi dari Oman ke Sanaa, Elana DeLozier sedikit mengkritik sebagian pihak yang sudah yakin dahulu akan kesuksesan perundingan dan menulis, “Kunjungan delegasi Oman, meskipun bisa diartikan sebagai langkah baru dalam kebijakan diplomatik Muscat, akan tetapi langkah tidak berhasil mencapai hasil efektif dan instan, yang dinanti-nanti sebagian pihak.”

Baca Juga : Kerjasama AS, Koalisi Saudi dan Kelompok Teroris Takfiri di Ma’rib

“Manuver Oman dan hasrat dunia untuk perdamian, bukan hanya satu-satunya faktor yang telah menciptakan perubahan dalam satu tahun kemarin. Akan tetapi di medan perang, peningkatan operasi di Ma’arib dan serangan drone Yaman ke Arab Saudi bisa dijadikan faktor yang telah menyebabkan Istana Riyadh kehilangan poin untuk menyerah dalam perang. Sebelumnya, Amerika telah menunjuk seorang Wakil di Yaman. Kelompok-kelompok antek Arab Saudi di Yaman bergelut dalam perbedaan dan pecah. Mereka tidak mampu menjalin persatuan militer dan politik melawan Houthi,” Washington Institute menganalisa.

Elana DeLozier mengungkapkan kekhawatirannya akan kesuksesan militer Ansarullah untuk menguasai Ma’arib dan menulis, “Meskipun mereka menghadapi banyak rintangan dalam tujuan ini, namun sebagian pengamat khawatir Houthi akan mampu menguasai wilayah Ma’arib ini.”

Menurut Elana DeLozier, Ma’arib adalah basis utama dan terakhir militer pemerintah Mansour Hadi di bagian utara Yaman. Sebagian besar kekayaan Yaman juga tertanam di tanah provinsi ini dan termasuk gerbang selatan Yaman.

Baca Juga : Saudi Kembali Lancarkan Total 21 Serangan Udara ke Yaman

“Pasukan pemerintah Sanaa juga berhasil mendapatkan poin dari perkelahian dalam tubuh pemerintah Mansour Hadi. Bahkan mayoritas yakin bahwa keruntuhan Ma’arib adalah satu titik reformasi dan perubahan yang tidak memiliki pintu kembali,” jelas Elana DeLozier.

Di saat itu pula, Arab Saudi harus kehilangan poin besar, seperti penurunan blokade pelabuhan-pelabuhan, termasuk bandara internasional ibukota Sana’a. Ansarullah menegaskan bahwa mengangkat blokade Yaman jangan diartikan sebagai satu poin politik dalam perundingan dan masalah kemanusiaan harus dijadikan prasyarat dalam setiap perundingan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *