Yerusalem, Purna Warta – Banyak laporan yang memperlihatkan bentuk baru operasi kemartiran di jantung Palestina Pendudukan hingga tangan pertahanan Israel terputus dan semua titik wilayah pendudukan diselimuti was-was, rasa takut dan instabilitas.
4 aksi kemartiran sukses di lubuk jantung kota Israel telah membuat warga Yahudi Zionis khawatir dan merasa tidak aman.
Baca Juga : Akankah Konflik Ukraina Dapat Menghambat Pasokan Senjata Rusia ke Afrika?
Salah satu surat kabar kondang Arab, al-Akhbar, Sabtu (9/4), mengupas masalah ini dalam jurnalnya dan menulis, “Satu hari pasca operasi di Tel Aviv, Israel langsung keheranan dan terkejut dan banyak indikasi yang menunjukkan aksi-aksi yang lebih banyak yang masih menunggu. Aksi tersebut telah membuat warga ketakutan dan was-was akan apa yang akan menimpa besok hingga mereka hanya bisa berdiam diri di dalam rumah. Sedikit-demi sedikit rasa aman hilang dan kepercayaan mereka terhadap para pejabat Israel menurun tajam. Instansi keamanan sampai unsur-unsur politik sebagai tongkat pertahanan juga kehilangan kendali. Sedangkan di pihak lawan, Palestina sukses masuk ke kota-kota Israel dan mencuri poin-poin.”
“Faktor-faktor pendorong operasi, baik dalam bentuk kelompok maupun privasi perorangan, tidak mengambil perintah dari atas. Inilah yang menjadikan Tel Aviv terheran pada hal tersebut. Karena tidak ada peringatan dan manuver pencegahan yang efektif menghadapi aksi-aksi ini. Dengan kata lain, para operasional tidak memiliki basis komando yang bisa direnggut ketika akan menyerang,” jelas al-Akhbar dalam analisanya.
Baca Juga : Quincy Institute Bongkar Hujan Uang Saudi untuk Lobi di AS
Selain itu, menurut pengamatan surat kabar Lebanon tersebut, para pelaku juga tidak memiliki identitas hingga bisa ditangkap oleh pasukan Israel atau melakukan aksi penyapuan sebelum aksi di lapangan, karena mereka datang dari berbagai titik geografi Palestina. Terkadang dari dalam zona hijau (garis perbatasan antara wilayah pendudukan tahun 1948 dan pendudukan 1967) dan kadang dari luar. Sebagian dari mereka merupakan eks tahanan karena ingin melakukan operasi Muqawamah dan sebagian lainnya suci dari berkas operasi resistensi. Namun sebagian dari mereka pernah berada di bawah gerakan Palestina atau kelompok lainnya dan sebagian lainnya tidak jelas, apakah mereka pernah memiliki jaringan dengan gerakan atau tidak.
“Sebagain dari mereka memiliki kartu pendudukan Israel dan sebagian lainnya ber-KTP Tepi Barat dudukan Israel. Oleh sebab inilah, servis intel Zionis dan sekutunya di Otoritas Palestina mengalami kekalahan telak,” tulis al-Akhbar.
“Namun satu-satunya tanda yang jelas dan sama di antara para eksekutor hingga saat ini adalah mereka adalah warga Palestina yang telah dikompori oleh eksistensi pendudukan serta politiknya untuk melakukan hal ini. Sukses pihak-pihak ini telah merasuki penduduk Palestina lainnya untuk meniru aksi ini. Mereka menggambarkan jalan seperti ini bahwa setiap titik akan menguatkan titik lainnya tanpa adanya faktor-faktor eksternal ataupun komando,” tambah al-Akhbar.
Baca Juga : Bobol Pesan Rahasia Ramallah ke Tel Aviv, Ini Pengkhianatan Baru Mahmoud Abbas
Menurut analisa al-Akhbar, yang pasti adalah ombak ini berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya. Aksi tembak-menembak di jalanan utama Israel dan bundaran-bundaran kota bukan hanya membuahkan korban jiwa, tapi juga mengurangi rasa aman serta melepas kontrol. Menurut laporan di dalam Israel, efektifitas operator baru-baru ini menunjukkan satu aksi profesional dan persiapan matang sebelumnya, di mana berakhir pada hasil yang hampir sama.
“Ini berbeda dengan aksi-aksi nekat menyerang dengan senjata dingin tanpa kesiapan sebelum-sebelumnya,” kutip al-Akhbar dari media-media dalam Tel Aviv.
“Dari sisi lainnya, fokus para pelaku operasi adalah kota-kota di wilayah aman atau green zone serta jauh dari wilayah pendudukan di al-Quds maupun Tepi Barat. Dengan kata lain, daerah jantung Israel yang lebih aman dibanding dengan wilayah lainnya,” tambah al-Akhbar.
“Yang membuat masalah ini lebih kompleks adalah instabilitas ini terjadi di sela krisis politik dalam tubuh Israel. Satu krisis yang mungkin akan berakhir pada pembubaran koalisi Kabinet Tel Aviv. Ini bermaknakan ketidakmampuan dua kali lipat, khususnya di tengah perkembangan situasi di mana satu pesaing politik dan lainnya saling cecar,” tulis al-Akhbar.
Baca Juga : Dihujani Sanksi, Bagaimana Rusia Mampu Selamatkan Rubel?
Apa maksud dari semua masalah ini? Tanya surat kabar Lebanon tersebut.
“Jelas bahwa operasi ini telah memukul mundur Tel Aviv ke dua dekade lalu. Dekade di mana kota-kota Israel menjadi titik sasaran aksi kemartiran hingga menewaskan ratusan penduduk Yahudi Zionis. Hal ini bermaknakan bahwa 20 tahun upaya dan manajemen politik, keamanan, militer bahkan normalisasi telah kalah total, khususnya proyek tembok pada tahun 2002. Tembok yang telah menghalangi penduduk Palestina pendudukan 1967 bertemu dengan wilayah pendudukan 1948. Insiden terbaru telah membuktikan kekuatan pencegah yang telah runtuh,” hemat al-Akhbar.
Di bagian lain analisanya ini, al-Akhbar mencatat, “Aksi pengorbanan mampu memandulkan normalisasi Israel dan beberapa negara Arab. Itupun ditambah satu penekanan bahwa nilai-nilai Palestina masih hidup meski diterpa ancaman dan di bawah situasi darurat.”
Al-Akhbar juga menambahkan bahwa operasi kemartiran ini telah menyiksa para pengambil keputusan Tel Aviv ke dalam satu perkara yang sangat sensitif, di mana hal tersebut bisa menyulitkan mereka dalam memutuskan kebijakan di beberapa bidang.
Baca Juga : Nol… Saudi Tidak Dapat Apa-apa dari Perang 8 Tahun Yaman
Di akhir, surat kabar kondang dunia Arab itu juga mengingatkan ancaman Iran, Muqawamah Lebanon dan dalam Palestina di Gaza bagi Israel.