Purna Warta – Serangan pendukung Donald Trump ke Capitol menjadi gonjang-ganjing dalam negeri, mencoreng wajah demokrasi banggaan. Salah satu media AS mengakui rusaknya wajah eksepsionalisme Amerika di mata dunia.
Bloomberg, dalam salah satu catatan tangan Rosalind Mathieson, menyinggung serangan para pendukung Presiden Donald Trump ke Gedung Kongres, Capitol.
“Donald Trump baru mengakui kekalahan dari Joe Biden setelah provokasi para pendukungnya untuk perang demi bertahan di Gedung Putih.
Beberapa hari lagi, acara pelantikan Joe Biden akan segera diselenggarakan. Meskipun Donald Trump tenang dan diam di hari-hari ini, namun efek serta dampak periode pasca Pemilu tetap menenggelamkan Amerika. Diharapkan acara pelantikan tidak besar karena pandemi, namun masih tersirat ancaman demo pendukung Donald Trump,” tulis Bloomberg.
Di lanjutan tulisannya, jurnalis senior Rosalind Mathieson memperingatkan, negara ini, Amerika akan menghadapi kesulitan untuk merubah wajah Washington di mata dunia pasca Pemilu presiden, khususnya pasca serangan pendukung Donald Trump ke Kongres.
“(Efek yang ditimbulkan dari krisis pasca Pemilu dan pengingkaran Donald Trump akan hal tersebut) masih menjadi momok yang harus diselesaikan Amerika dalam upaya operasi wajah di mata dunia,” tegas Rosalind Mathieson.
“Salah satu magnet Amerika dalam superioritasnya di atas negara-negara global adalah kesuksesannya sebagai pelaku sistem demokrasi. Hal ini yang telah menyebabkan kemashuran “Eksepsionalisme Amerika”. Hal yang memperbolehkan Amerika untuk berteriak HAM di negara-negara dunia dan berbicara mengenai politik kedaulatan lain.
Eksepsionalisme Amerika, meskipun sudah bererosi perlahan di periode sebelum Donald Trump, tapi sebagaimana dikatakan Marc Champion bahwa kekerasan di Capitol dan serangan lisan Donald Trump atas Pemilu telah mempercepat ajal eksepsionalisme Amerika. AS akan kesulitan berbicara di tingkat atas di depan Cina, Rusia, Turki serta yang lainnya.
Meskipun Joe Biden sudah koar-koar untuk mengeratkan relasi dengan para sekutu di bidang keamanan, perubahan cuaca dan ekspor-impor dagang, tapi di sana tidak ada satu kemungkinan-pun yang bisa menarik kinerja-kinerja ke satu arah yang disebut normal.”
Rosalind Mathieson menambahkan, “Sebagai contoh, kalian lihat kesepakatan investasi Uni Eropa dengan Cina. Resolusi ini adalah satu pesan bahwa secara otomatis, Eropa tidak akan menyerahkan urusan internasional ke tangan AS. Dan ini juga mencakup masalah Cina, yang berpotensi menjadi pesaing terbesar AS.”
Baca juga: Puluhan Ahli Nuklir Tuntut Joe Biden Akhiri Politik Ekstrim Anti Iran Donald Trump