Purna Warta – Media-media Turki sekali lagi melaporkan hasrat Ankara untuk memperbaiki relasi hubungan dengan Damaskus yang mendapatkan jawaban cetus dari Suriah.
Untuk kesekian kalinya dalam beberapa bulan terakhir, dunia warta Kawasan melaporkan upaya petinggi Turki membangun kembali relasi baik dengan Suriah. Akan tetapi berita tersebut ditolak oleh sumber di Damaskus.
Baca Juga : Keuntungan 800 Juta Dolar Israel dari Normalisasi 2021
Seorang sumber di Suriah kepada surat kabar al-Baath, 15/4, menolak beberapa warta beberapa media dan Medsos yang melaporkan pertemuan Ali Mamlouk, Ketua Intel Suriah, dengan Hakan Fidan, sekutu Turkinya di Moskow, Rusia.
“Sebelumnya media-media Turki juga melaporkan hal yang sama seperti ini dan mendapatkan respon penolakan dari Suriah. Kabar-kabar seperti ini akan menggiring opini bersamaan dengan semakin mendekatnya waktu Pemilu kepresidenan (Turki),” jelas sumber tersebut kepada al-Baath dalam wawancaranya.
Sementara surat kabar al-Modon, 24/4, pekan lalu mengutip pernyataan beberapa sumber dari partai Keadilan dan Pembangunan Turki mengungkap pertemuan petinggi keamanan dan intel Suriah-Turki di Moskow, Rusia. Menurut klaim al-Modon, dalam pertemuan mereka hanya membahas masalah keamanan. Target konferensi ini adalah realisasi resolusi ankara Rusia-Turki terkait Suriah. Surat kabar asal Lebanon ini melaporkan bahwa alasan pertemuan ini adalah kekhawatiran Rusia akan dampak perang Ukraina.
Baca Juga : Terungkap, Kerja Sama Israel-Yordania Versus Masjid Al-Aqsa
Meskipun al-Modon mengklaim bahwa pertemuan dilakukan beberapa waktu lalu, namun pusat warta Sputnik, 16/12/2021, pada Desember 2021 kemarin mengutip penjelasan Haidarah Jawad, salah satu petinggi militer Damaskus, yang mengklaim bahwa dirinya yang hadir di tengah konferensi dan menuliskan bahwa dalam pertemuan ini kedua belah pihak menyepakati beberapa hal demi mempertahankan semua kedaulatan Suriah dan penegasan pemerintahan Damaskus atas seluruh tanah air negeri.
Tertanggal 4 April surat kabar Turki, Hurriyet, mengutip pernyataan beberapa sumber di pemerintahan dan menuliskan, “Sebagian pihak di negeri ini meyakini bahwa sekaranglah waktu yang tepat untuk menyelesaikan urusan dengan pemerintahan Suriah karena perang Ukraina dan fokus Rusia ke masalah agresi.”
“Dialog dalam negeri Turki untuk memulai perbincangan dengan Damaskus terus dilakukan. Banyak pesan positif dari Ankara yang dikirim ke Damaskus sebelum kunjungan Bashar al-Assad, Presiden Suriah, ke Emirat (UEA). Hal itu dilakukan di bawah upaya memperbaiki relasi dan meminta kepada Suriah untuk memanfaatkan luang dari fokus Rusia ke perang Ukraina demi membangun kesempatan untuk memperbaiki hubungan Turki-Suriah,” tambah Hurriyet.
Akan tetapi di saat yang sama, pernyataan Kemenlu Suriah menolak klaim berita Hurriyet. Surat kabar al-Watan, 6/4, Suriah, dengan mengutip dari beberapa sumber menuliskan bahwa tidak ada pesan dari pihak Turki.
Baca Juga : Ombak Penangkapan Hakim dan Pengadilan Khusus Pidana Saudi
“Semua penggiringan ini dilakukan dalam naungan upaya Erdogan memperbaiki wajah pemerintahannya menjelang Pemilu depan,” tulis al-Watan.
“Pemerintah Turki telah menginjak-injak semua aturan hidup rukun dengan tetangga dan upaya membangun relasi kuat dua kedaulatan, Suriah-Turki. Politik mereka tidak etik, tapi arogan versus pemerintah Suriah beserta bangsanya. Politik ini berada di lingkup kejahatan perang,” jelas Kemenlu Suriah.
Adapaun Rai al-Youm, tertanggal 6 April lalu dalam jurnalnya yang ditulis Abdel Bari Atwan melaporkan, “Tidak ada asap tanpa api. Sebagian petinggi mengiyakan kebenaran pertemuan ini dan rencana Turki untuk menyelesaikan urusannya dengan Suriah.”
Menurut laporan Rai al-Youm, dalam pesan yang disinggung tadi, Presiden Turki menekankan tiga hal yang bisa dijadikan pondasi perundingan bilateral: Pertama, penegasan kedaulatan semua tanah air Suriah dan kesiapan untuk penarikan mundur militer Erdogan. Kedua, jaminan keamanan imigran yang pulang ke Suriah dalam kesepakatan apapun. Ketiga, melawan segala aksi partai Buruh Kurdi di tanah Suriah.
Melihat beberapa titik permasalan ini, sebagian pihak meyakini bahwa Pemilu kepresidenan dan Parlemen Turki akan dilaksanakan tahun depan. Kesempatan menang Recep Tayyip Erdogan dan partai Keadilan dan Pembangunan semakin menurun. Dengan demikian, membangun relasi dengan Suriah sangatlah penting untuk mencuri poin kemenangan dari lawan politik terkait masalah imigran. Memulangkan mereka ke negaranya masing-masing dalam beberapa bulan ke depan menjadi hal yang sangat menentukan bagi Erdogan.
Baca Juga : Ukraina dan Pertahanan Rusia
Di satu tahun terakhir ini, Turki mulai mengepakkan manuver politik nir konfrontasi dengan tetangga seperti dulu. Ankara telah menurunkan tensi perselisihannya dengan Abu Dhabi dan kedua petinggi negeri telah bertemu dalam beberapa kesempatan. Ankara dan Kairo juga mengambil sikap hangat untuk menyelesaikan persaingan, bahkan hingga titik mengkhawatirkan Ikhwan al-Muslimin. Turki juga mengupayakan reformasi relasi dengan Israel, si rezim pembantai anak-anak al-Quds. Isaac Herzog, Presiden Israel, pada 9 Maret mengadakan kunjungan untuk pertama kalinya setelah 14 tahun dan disambut hangat oleh Recep Tayyip Erdogan.
Di bawah strategi ini, tidak menutup kemungkinan Turki mengupayakan hubungan baik dengan Suriah melihat perjanjian sebelumnya pada tahun 1998 di Adna yang bisa dijadikan pondasi jalan keluar. Sekarang Turki butuh visa, sementara Suriah mengingat Turki sebagai pengingkar janji dan siasat Ankara dalam 10 tahun terakhir telah menyebabkan Damaskus terjerumus ke situasi sekarang ini. Suriah tidak akan membiarkan dan memaafkan begitu saja dosa-dosa besar Erdogan dan kejahatan perang militer mereka di Damaskus.