Purna Warta – Perang Yaman sedang berjalan di atas seutas benang. Operasi militer Ma’rib sedikit lagi menang dan lepas dari tangan kolonial koalisi Saudi. Sekarang Istana Riyadh berusaha menjalankan segala strategi militer, politik dan propaganda untuk menghalangi kemenangan pemerintah Sanaa dan Ansarullah.
Senjata Agamis
Menurut analisa surat kabar Lebanon, al-Akhbar selain menyorot perkembangan medan dan gerak maju militer serta komite kerakyatan di Yaman, harus pula memperhatikan siasat lainnya yang berusaha diaplikasikan.
Salah satu senjata paling ampuh Saudi, menurut analisa al-Akhbar, adalah propaganda agamis dan provokasi perbedaan keyakinan antar umat daerah-daerah Yaman.
“Setiap kali mereka merasakan kekalahan, mereka selalu berlindung di balik siasat ini,” hemat al-Akhbar menganalisa.
Siasat ini juga di siang bolong ini sedang diaplikasikan di Ma’rib. Para budak Saudi meneriakkan yel-yel seperti ‘Lindungi Makkah’ dan lainnya. Selain yel, mereka juga mengumbar janji keuangan. Dengan demikian maka janganlah heran jika Daesh dan teroris lainnya menari di tribun perang Yaman melawan Ansarullah dan militer kerakyatan. Bukanlah satu kebetulan, pentolan al-Qaeda memutuskan untuk turun di medan Ma’rib dan menjadikan provinsi tersebut sebagai sarang lalu mengajak berbagai pihak untuk melawan Ansarullah.
Ini adalah bukti bahwa Saudi mengutus para budaknya dan memerintahkan mereka untuk memprovokasi kabilah-kabilah Ma’rib untuk memerangani komite kerakyatan Yaman. Mereka melakukan apapun untuk memprovokasi dan mengompori sipil.
Hal ini dibuka dengan pernyataan beberapa Komando dan militan Saudi yang memiliki hubungan sejarah dengan kabilah-kabilah Ma’rib. Para ketua kabilah tidak memiliki hak untuk tidak memihak salah satu. Jika menginginkan non-blok, mereka diancam serangan udara.
Berdasarkan siasat inilah media pemerintah Mansur Hadi mengabarkan kesalahan sasaran ke setiap serangan udara koalisi Saudi yang mengincar kelompok bersenjata tertentu.
Dalam analisa al-Akhbar, Ma’rib sudah lama menjadi incaran Saudi. Telah dilakukan berbagai langkah untuk menguasai Ma’rib dengan berbagai alasan. Bahkan semenjak dekade 70-an, pemerintah Saudi telah menancapkan pengaruhnya dengan mengundang puluhan warga daerah kaya minyak ini ke pusat pendidikannya dan mereka juga memberikan poin-poin penting ke kepala kabilah-kabilah, khususnya dua kabilah Ubaidah dan Murad, yang memiliki hubungan baik dengan keluarga Istana.
Melihat sejarah, ini bukan pertama kalinya Saudi menyalahgunakan isu keyakinan sebagai senjata. Setiap kali Riyadh terancam atau menginginkan sesuatu, Istana pasti mengaplikasikan siasat ini. Membangkitkan konflik rumit antar kabilah Sanaa. Tidak ada beda siapa yang memerintah Yaman, sebagaimana yang terjadi di tahun 2000 di mana Saudi memanipulasi kabilah-kabilah untuk menghancurkan keamanan energi dan merusak jalur listrik.
Medan Sanaa
Di mata Sanaa, operasi Ma’rib memiliki banyak sisi dan berbagai pihak ikut terjun. Dari sisi politik, Ansarullah hadir dalam anggota pemerintahan penyelamatan nasional dan dewan politik. Di bagian militer, komite perdamaian dan dewan kabilah aktif. Di bagian keamanan, organisasi keamanan dan intel dan instansi intelijen militer beserta semua departemen pemerintah juga aktif. Organ-organ utama pemerintah, termasuk dewan tinggi politik, pemerintah penyelamatan nasional dan parlemen juga mengamati operasi Marib. Melalui pidato serta orasi-orasinya, mereka menyatakan bahwa operasi Ma’rib adalah operasi pembebasan tanah air. Di saat yang sama, mereka juga menghindari segala pernyataan-pernyataan yang cuma berbau etnis.
Para petinggi Yaman telah membuka jaringan dengan petinggi-petinggi kabilah dan mengundang mereka ke Sanaa. Dari sinilah, terlihat banyak berita mengenai kesepakatan sekutu-sekutu baru dengan Ansarullah, bahkan Sanaa sukses membangun 3 kompi militer yang tersusun dari tiga kabilah yang baru memisahkan diri dari koalisi Saudi.
Mengenai hal ini, media pendukung Arab Saudi mengabarkan bahwa pejabat pemerintah Sanaa telah menghubungi petinggi pemerintah Abdrabbuh Mansur Hadi mengenai hal ini. Sanaa berhasil menarik sebagian anak buah Mansur Hadi hingga menyebabkan perselisihan di antara militan koalisi Saudi.
Beberapa sumber intel juga menjelaskan bahwa Jumat malam lalu, 20/2, satu kompi garda militer 117 telah bergabung dengan Sanaa membawa semua perlengkapan militernya. Sementara koalisi Saudi ribut karena perintah keras wajib militer.
Hussein al-Izza, Wakil Menlu pemerintah penyelamatan nasional Yaman dalam salah satu orasinya menyatakan, “Ada satu kejadian penting yang akan terjadi di markas pasukan bayaran. Para revolusioner akan muncul di sana. Inilah yang dinanti-nanti oleh mereka dan kaum teraniaya dan hal ini akan segera terjadi.”
Akhir-akhir ini ada 36 pasukan dan petinggi pemerintah Abdrabbuh Mansur Hadi yang tewas. Petinggi pemerintah Mansur Hadi mengindikasikan adanya mata-mata yang masuk dan mengungkapkan bahwa inilah hasil kerja mata-mata pemerintah Sanaa.
Kerajaan Media
Di akhir al-Akhbar mengabarkan bahwa selama perang, Yaman juga menghadapi kerajaan media yang berafiliasi dengan para negara agresor. Media-media tersebut menggunakan semua teknologi dan teknis canggih untuk mengadakan hubungan dengan kedua belah pihak. Hal ini menuntut kecerdasan pasukan pemerintah Sanaa dalam melawan perang psikologis dan provokasi agama.
“Mereka juga harus menggunakan Medsos dan teknologi lainnya untuk menghadapi perang psikologis ini,” hemat al-Akhbar menganalisa.
Bahaya paling utama bagi Ansarullah, menurut al-Akhbar, adalah dalam tubuh Mukawamah Yaman itu sendiri beserta partai Kongres Kerakyatan, yang terjaring dengan Ali Abdullah Saleh. Jika tidak diperhatikan, maka akan memunculkan konflik dalam dan larinya sejumlah besar anggota ke koalisi Saudi.
Ansarullah telah berhasil menarik anggota koalisi Saudi dalam kesuksesannya menghancurkan propaganda 2017. Abu Ali al-Hakim, Kepala intel pemerintah Sanaa, menjelaskan bahwa hingga saat ini sekitar 20 ribu pasukan koalisi Saudi telah bergabung dengan pemerintah Sanaa.
Baca juga: Al-Qaeda Serukan Perang Melawan Tentara Yaman dan Ansarullah