Upaya Al-Sadr Jalin Kesepakatan dengan Al-Maliki, Manuver Siasat atau Terpaksa?

Upaya Al-Sadr Jalin Kesepakatan dengan Al-Maliki, Manuver Siasat atau Terpaksa?

Purna Warta – Para analis meyakini bahwa Muqtada al-Sadr, Ketua Gerakan Sadr, memiliki banyak alasan untuk menutup mata atas perselisihannya dengan Nouri al-Maliki, Ketua koalisi pemerintahan hukum.

Arabi21 Senin,(14/3), dalam salah satu tulisannya menelisik dasar serta situasi yang mendorong Muqtada al-Sadr untuk mengakhiri perseteruannya dengan Nouri al-Maliki.

Baca Juga : Serangan Iran ke Markass Mossad di Erbil, Apa Melanggar Kedaulatan Irak?

Dilaporkan bahwa kantor al-Sadr, Kamis (10/3) mengeluarkan satu pernyataan bahwa pemimpin Gerakan Sadr melakukan hubungan telpon dengan Masoud Barzani, Mohamed al-Halbousi, Ketua Parlemen, Nouri al-Maliki, Ketua koalisi pemerintahan hukum, dan Khamis al-Khanjar. Dalam dering telpon ini, mereka membahas beberapa masalah urgen di tengah perkembangan situasi terkini Irak.

Setelah putus hubungan antara Ketua Gerakan Sadr dan Ketua koalisi pemerintahan hukum, terjadi kebuntuan politik di Baghdad. Dan hubungan telpon ini disambungkan di sela relasi tak mendukung ini. Keduanya telah menggunakan hak vetonya untuk mengasingkan satu sama lainnya, bahkan keduanya berkelakar untuk tidak andil dalam pembentukan pemerintahan apapun ke depannya.

Di tengah perkembangan inilah, maka dering telpon ini terasa aneh hingga mengungkit banyak pertanyaan, karena benturan penentangan Muqtada al-Sadr atas kehadiran Nouri al-Maliki di pemerintahan depan sangatlah keras. Selain itu, ada sebagian berkas yang tak terjawab hingga detik ini seperti masalah yang terus diungkit Gerakan Sadr serta tuduhan mereka kepada al-Maliki yang didasarkan pada kejahatan dan penyerahan sepertiga kedaulatan Irak kepada ISIS.

Baca Juga : Menyerang Versus Blokade: Perhitungan Baru Perang Yaman

Sadar Ancaman

Ali al-Baidar, salah satu pakar politik berdarah Irak, dalam wawancaranya dengan Arabi24 menjelaskan, “Telpon al-Sadr sudah bisa diprediksikan sebelumnya. Khususnya pasca keputusan Pengadilan Federal mengenai konferensi Dewan Parlemen untuk pemilihan presiden, yang bisa dikatakan, telah menjadi tembok penghalang terbesar dalam upaya penyusunan pemerintahan baru.”

“Keputusan Pengadilan menarik semua pihak ke kesatuan suara. Keputusan itu tidak memberikan kesempatan kepada satu pihak untuk menekan pihak lain. Al-Maliki merupakan alasan utama perubahan arah politik Gerakan Sadr, karena mereka sadar bahwa mereka tidak bisa menghapus perannya dengan mudah lalu mengusirnya dari medan,” tambahnya.

Pengadilan Federal mensyaratkan kesepakatan dua pertiga anggota Parlemen untuk pemilihan presiden baru Irak. Maka keputusan ini hanya membuka pemilihan presiden ketika terpenuhi kesepakatan 2/3 anggota Parlemen.

Baca Juga : Pakar: Operasi Erbil Bukan untuk Membalas Teror Penasihat Iran di Suriah

Ali al-Baidar meyakini, “Salah satu faktor yang memaksa al-Sadr menelpon Nouri al-Maliki adalah kesibukan dunia dengan krisis Rusia versus Ukraina. Mereka sudah tidak begitu mementingkan urusan Irak di kancah regional. Alasan keduanya adalah ketidakpuasan dan kemarahan mayoritas warga akan sistem politik Irak, hal ini bakal menyebabkan demonstrasi rakyat dan pukulan ke tameng pertahanan politik negara.”

“Para politikus Baghdad menyadari bahaya kebuntuan politik yang dihadapi negara meskipun sedikit terlambat. Namun sekarang mereka ingin menambalnya. Telpon ini merupakan nyawa baru perundingan yang sempat terhenti di antara para pemain yang telah menyebabkan unilateral,” akhirnya kepada Arabi24.

Manuver Siasat

Kazem Yawar, analis sekaligus pakar politik, kepada Arabi24 juga mengatakan, “Telpon Muqtada al-Sadr dengan al-Maliki dilakukan karena tekanan jalanan ke Pemimpin Gerakan Sadr. Tekanan tersebut semakin bertambah karena dampak krisis Ukraina ke ekonomi Irak. Peningkatan harga bahan makanan di Irak menjadi penyebab wilayah-wilayah selatan bersiap untuk demonstrasi memenuhi jalanan, itu merupakan wilayah-wilayah pendukung utama Gerakan Sadr.”

Analis politik tersebut meyakini desakan para Penasihat Muqtada yang menyuruhnya untuk segera menyusun pemerintahan baru sebelum struktur politik saat ini keluar dari genggamannya. Karena Irak sudah memasuki bulan ketiga dan kini Gerakan Sadr terpaksa untuk memulai perhitungan politiknya sedari awal.

Baca Juga : Keruk Cuan dari Perang, Turki Desak Kerjasama dengan Israel Kirim Gas ke Eropa

“Sekarang semua poros politik Irak menyadari bahwa Nouri al-Maliki merupakan kartu paling mencolok dalam struktur koordinasi karena memiliki mayoritas. Oleh karena itu, kemanapun al-Maliki pergi, semuanya akan pergi ke arahnya,” hematnya.

Kazem Yawar mengakui, “Telpon Muqtada dengan al-Maliki seakan mengucapkan bahwa situasi politik Irak berada dalam krisis, jika semua pihak tidak menyadari hal ini, pemerintahan tidak akan terbentuk. (Jika pemerintahan tidak tersusun), maka mereka akan memasuki satu fase yang akan berakhir pada kekosongan hukum. Di situasi itulah mungkin Pengadilan Federal akan memutuskan untuk membubarkan Parlemen.”

Pakar politik yang lain juga meyakini bahwa Muqtada al-Sadr memegang mayoritas Parlemen dan mereka tidak mau kehilangan poin lebih ini. Jadi mereka berupaya menjaga poinnya dari segala urusan yang tidak penting. Maka Gerakan Sadr bermanuver politik dengan menyingkirkan perbedaan demi menyusun pemerintahan baru.

Siapa Orangnya Al-Sadr?

Kantor Gerakan Sadr tidak mengabarkan detail perbincangan Muqtada dengan Nouri al-Maliki. Namun beberapa site dan media kabar setempat melaporkan bahwa sambungan telpon ini memakan waktu selama 20 menit. Selain itu, Muqtada al-Sadr mengajukan nama anak pamannya, Jaafar al-Sadr (Duta Irak di Inggris), sebagai pemimpin pemerintahan depan.

Baca Juga : Melengos dari Emas Hitam Rusia, AS Dekati Venezuela

Ali al-Baidari menyatakan, “Gerakan Sadr tidak bisa mengambil resiko dengan mengajukan keluarga dalam pemilihan perdana menteri, karena indikasi kekalahannya sangatlah besar di dalam Irak. Setelah kalah, mereka tidak akan bisa menyembuhkan luka segera. Setiap kekalahan atau kesalahan akan berdampak pada semua langkah Gerakan Sadr. Satu gerakan yang telah sukses mengambil suara terbanyak dalam Parlemen.”

Di akhir Arabi24 menuliskan, jika perdana menteri dari keluarga al-Sadr, maka gerakan ini harus menanggung kekalahannya sendirian. Inilah satu dalil yang mendorong Muqtada al-Sadr untuk menawarkan nama lain dari luar Gerakan al-Sadr atau memungkinkannya untuk mempertahankan al-Kadhimi agar terus di kursinya sekarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *