Ukraine Gate: Ribut Poros Barat Versus Rusia

amerika

Purna Warta – America is back adalah slogan paling utama Joe Biden setelah merebut kekuasaan dari Donald Trump. Target dari slogan tersebut adalah mengakhiri periode panas di laut Atlantik, akan tetapi saat ini, kepemimpinan Joe Biden mengalami perubahan hingga sulit memaknakan ‘kembali’ -nya Amerika Joe Biden dengan arti kembali-nya Donald Trump.

Sebaran isi dialog Presiden AS, Joe Biden dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam hubungan telpon 27 Januari tentang indikasi serangan Rusia, selain memiliki persamaan lahir dengan kasus Ukraine Gate di periode Donald Trump, juga mengindikasikan parahnya keretakan antara Washington dengan para koleganya.

CNN mengutip pernyataan petinggi senior Ukraina dan melaporkan bahwa Presiden Joe Biden dalam hubungan telpon ini berupaya meyakinkan serangan Rusia ke Ukraina yang mungkin terjadi di bulan Februari. Akan tetapi Presiden Zelensky menolak indikasi tersebut dan menyatakan bahwa sekarang ini tidak ada faktor yang bisa memastikan serangan Moskow ke depannya.

Menyorot situasi ekonomi Ukraina, Presdein Zelensky meminta kepada Presiden AS dan blok Barat untuk lebih seimbang dalam mengeluarkan pernyataan kemungkinan ancaman agresi Rusia. Terlebih Presiden AS menegaskan dalam hubungan telpon tersebut bahwa mengirim lebih bantuan militer ke Ukraina tidak ada dalam agenda Washington.

Meskipun Gedung Putih berusaha menolak lansiran berita CNN tentang hubungan telpon ini, akan tetapi setelah beberapa jam, dalam orasinya Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, berusaha menenangkan rakyatnya tentang opini serangan Rusia. Sehingga hal ini bisa dijadikan pembenaran dialog telpon Presiden AS dan Ukraina.

AS bersama beberapa negara blok Barat lainnya mewanti-wanti serangan Rusia ke Ukraina. Namun berdasarkan pengamatan sisi lainnya, AS mengincar kepentingan lain di balik ancaman yang tidak bersumber dari kekhawatiran sebenarnya. Ini merupakan satu dagelan drama.

Stephen Collinson, Analis CNN, meyakini bahwa penciptaan situasi ini direncanakan untuk target lain.

“Sepertinya rancangan ini dibangun untuk meningkatkan supresi kepada Vladimir Putin, Presiden Rusia. Demi menambah keraguan dalam strateginya dan memaksa para sekutu Eropa untuk menanggapinya dengan keputusan yang lebih keras,” terangnya.

Presiden Joe Biden mengobarkan propaganda ini di tengah kebutuhan NATO akan ketenangan menyelesaikan krisis setelah penarikan mundur dari Afganistan dan gerak perubahan sistem dunia dari unilateral ke sistem baru ‘ancaman bersama’ untuk menyatukan para anggota demi melewati krisis serta aplikasi program ekspansi ke arah timur.

Titik pendekatan pemerintahan Joe Biden tidak menghalangi ide tentang dikte ancaman serangan Rusia ini.

Di setiap keputusan internasional, para petinggi negara tidak pernah melupakan efek dalam negerinya dan Presiden Amerika tidak terkecualikan dari hal ini. Propaganda ancaman perang di Ukraina untuk Biden juga mengandung kepentingan nasional.

Collinson dalam hal ini menjelaskan, “Manuver ini, untuk seorang Presiden yang lagi diguncang di dalam negeri, seperti satu tameng untuk pertahanan diri dari serangan para Republik esktrim yang berusaha menggambarkannya sebagai orang lemah sebelum penyelenggaraan Pemilu tengah periode.”

Akan tetapi, perkembangan situasi terakhir, yang salah satu objeknya pengungkapan isi percakapan Presiden AS-Ukraina oleh CNN, menunjukkan bahwa strategi Washington mengalami kegagalan, baik di kancah internasional maupun dalam negeri. Bisa dikatakan hasil minimal yang hanya didapat dari target.

Di kancah internasional, ancaman Rusia telah menajamkan faktor perselisihan di antara anggota NATO.

Der Spiegel melaporkan bahwa Emily Haber, Duta AS di Jerman, dalam salah satu surat rahasianya ke Kementerian Luar Negeri Jerman menegaskan bahwa Washington menganggap Berlin sebagai sekutu yang tidak dapat dipercaya karena tidak bekerjasama dengan baik dalam kasus Ukraina.

Beberapa hari lalu, salah satu petinggi AL Jerman menyebut klaim tentang serangan Rusia dengan klaim tidak berarti. Bahkan sedikit mendukung Rusia dengan mengatakan bahwa yang diinginkan Putin adalah saling menghormati dan dia menegaskan bahwa kehormatan yang dimaksud Putin bisa diberikan karena layak.

Strategi Joe Biden di nasional Amerika juga tidak membuahkan hasil, karena tekanan isi dialognya dengan Zelensky sekarang menjadi senjata negatif di tangan para oposisi, bahkan hal itu bisa menjerumuskannya ke situasi yang pernah dialami Donald Trump dalam hubungan telponnya dengan Zelensky yang disebut Ukraine Gate.

Ukraine Gate adalah satu senjata Joe Biden dalam menghabisi Donald Trump dalam kampanye Pemilu. Jadi sangat mungkin sekali Republik juga menggunakan kasus yang sama untuk menghancurkan Joe Biden.

Kesamaan Joe Biden yang hampir persis dengan pendahulunya ini membuktikan bahwa proyek America is Back tidaklah semudah yang digambarkan Joe Biden, karena krisis Gedung Putih tidak dimulai dari Donald Trump sehingga bisa hilang spontan dengan hanya menyingkirkannya. Donald Trump lebih mirip korban dari pada pelaku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *