Purna Warta – Yang terlihat di Ukraina adalah respon serta balasan pertahanan Rusia atas koordinasi Ukraina dan poros Barat. Target Kiev dalam beberapa tahun lalu bukanlah untuk menciptakan keseimbangan hubungan dengan Rusia. Politik Ukraina telah menyebabkan Beruang Merah khawatir.
Kepentingan politik dan keamanan nasional telah mementukan sebagian besar permainan kekuasaan di Ukraina, baik yang bermain dengan terang-terangan maupun yang bersembunyi di balik tirai. Faktor paling besar krisis adalah penundukan, ketakutan dan pertarungan keamanan Rusia-Ukraina. Dengan kata lain, yang terlihat di Ukraina adalah balasan Rusia akan koordinasi Kiev bersama poros Barat. Dalam beberapa tahun terakhir tujuan Ukraina bukanlah untuk menciptakan balance relasi dengan Moskow, akan tetapi politik mereka telah menakutkan Rusia.
Baca Juga : Ombak Penangkapan Hakim dan Pengadilan Khusus Pidana Saudi
Ukraina menanggung instabilitas politik-militer lebih dikarenakan tugas diktean Amerika Serikat. Ketidakmampuan AS dalam krisis sekarang ini muncul dari sebuah fakta bahwa tanpa Eropa, Amerika tidak bisa bermain di Ukraina maupun di negara-negara lainnya di bagian timur Benua Biru. Biaya intervensi AS di Ukraina lebih besar dari modal intervensi bersama Eropa versus Rusia langsung. Washington tidak bisa mendukung kelemahan-kelemahan alam Eropa. Setiap langkah untuk menutupi kebutuhan gas Eropa dari AS menuntut modal tinggi, besar nan memakan waktu banyak.
Ukraina bukanlah target utama AS. Menguasai satu negara di Eropa bagian timur ataupun negara perbatasan antara timur Eropa dengan Rusia untuk Amerika tidaklah penting sehingga rela bertarung nuklir dengan Moskow. Target utama AS adalah aplikasi bagian ketiga siasat penghancuran yaitu meruntuhkan pondasi Rusia, menggulingkan Vladimir Putin dalam jangka pendek dan menghabisi pemerintahan federal Rusia dalam jangka menengah.
Proyek perluasan NATO di Eropa timur dan di tetangga Rusia dilaksanakan berdasarkan proyek rahasia penghancuran Rusia. Pertarungan Eropa versus Rusia merupakan bagian paling sensitif dari krisis ini. Setiap langkah serius Eropa melawan Rusia bisa berakhir ke instabilitas politik ekonomi dan ancaman politik negara-negara di Jerman dan Italia karena dampak negatifnya di bidang ekonomi nasional setiap negara, kemampuan ekonomi warga Eropa serta efek buruk inflasi.
Baca Juga : Terungkap, Kerja Sama Israel-Yordania Versus Masjid Al-Aqsa
Blokade perdagangan atas Rusia tidaklah mustahil, tapi tidak bisa juga dilakukan dengan mudah. Eropa tidak mungkin berencana untuk menyalakan lilin rumah karena Ukraina. Jadi sanksi energi pasti mengguncang Eropa. Benua Biru takut perang dan keberanian Moskow terbentuk karena hal ini. Setiap kenaikan harga Migas akan menciptakan krisis bahan bakar di kediaman serta rumah produksi Benua Biru, khususnya Jerman dan Prancis. Ketakutan akan hal inilah yang memaksa Eropa, bahkan negara seperti AS dan Inggris sekalipun, untuk membeli minyak dan gas Rusia sampai akhir tahun 2022 sehingga tidak akan ada sanksi spontan. Bahkan resolusi Parlemen Eropa untuk sanksi langsung minyak, gas serta batu bara Rusia tidaklah mengikat negara-negara Benua Biru.
Pada tahun 2021, Rusia menjadi negara sekutu ekonomi Eropa dalam impor barang dan merupakan negara ketiga sekutu perdagangan Eropa dalam ekspor barang ke negara-negara anggota Uni Eropa. UE membayar 1 miliar Euro untuk energi Rusia. Lebih dari 46% kebutuhan bahan bakar beku seperti batu bara Eropa dijamin oleh Rusia. Sebenarnya batu bara termasuk 13% bahan bakar campuran energi impor Benua Biru.
Pada tahun 2020, Eropa mengadakan perdagangan senilai 89 miliar Euro ekspor ke Rusia dan 158 miliar Euro impor dari negeri Beruang Merah. Di tahun itu pula, 62% impor Eropa dari Rusia adalah minyak dan gas. Eropa membeli bahan bakar Rusia seharga 99 miliar Euro. Pembelian gas alami Rusia oleh Jerman setiap tahun mencapai 6/47 miliar meter persegi. Kapasitas pembelian gas untuk Italia, Belanda dan Hongaria juga tinggi, bahkan kuantitas pembelian Polandia lebih besar dari Berlin.
Baca Juga : Keuntungan 800 Juta Dolar Israel dari Normalisasi 2021
Rusia telah menjadi penyokong kebutuhan 40% gas dan 30% emas hitam Benua Biru. Jerman hingga 55% kebutuhan gasnya dipasok oleh Rusia. Sanksi batu bara Rusia akan merugikan Eropa hingga 5 miliar Euro setiap tahunnya.
Jelas bahwa Eropa tidak memiliki keamanan energi. Kebutuhan Eropa akan terjawab hanya dengan mengimpor gas dari AS dan Qatar. Tapi melihat jarak, maka gas AS dan Qatar akan sampai ke Benua Biru dengan harga mahal dan akan berefek buruk pada ekonomi Uni Eropa. Di mata Rusia, jika tidak menghadapi Ukraina sekarang, esok akan berhadapan langsung dengan NATO.
Sikap Rusia di Ukraina memaksa semua pihak untuk memperhatikan kepentingan serta keamanan nasional dan penghormatan di perbatasan negeri Beruang Merah. Rusia membuktikan bahwa mereka siap menggunakan nuklir lebih keras dari Paman Sam. Keberanian inilah dan pengetahuan mereka akan psikologis AS-Eropa yang telah membuat Beruang Merah mengaplikasikan skenario di Krimea.
Detik ini pula, terlihat keselarasan Moskow dan poros Asia bahkan lainnya seperti Bolivia, Venezuela dan Afrika. Tidak ada satupun negara yang mampu menyuntikkan hegemoninya ke Ukraina sebesar Rusia. Setiap campur tangan di negara tetangga akan mengkhawatirkan Rusia. Negara-negara perbatasan Rusia tersebut seperti kantong pertahanan versus NATO di mata Beruang Merah.
Baca Juga : Upaya Turki Perbaiki Relasi dengan Suriah, Apakah Benar atau Menggiring Opini?
Satu hal yang harus diingatkan bahwa Rusia tidak masuki Kiev untuk menjajah, tetapi lebih difaktorkan oleh tekanan yang muncul dari akupansi bertahap dan senyap.
Perang Ukraina dilaksanakan atas dasar politik luar negeri yang telah dikembangkan kembali. Rusia tidak akan melepas Ukraina timur. Negeri Beruang Merah terpaksa berupaya meraih hegemoni lamanya dengan cara politik. Hal utama bagi Moskow adalah Ukraina netral. Hanya dengan metode militer Rusia bisa mencegah ekspansi NATO. Militer Ukraina tidak memiliki kemampuan untuk melawan pasukan Rusia dan keberuntungan bagi Beruang Merah akan adanya kontradiksi kepentingan antara Eropa-Amerika. Kontra Jerman dan Belanda atas sanksi minyak Rusia serta penolakan Jerman-Polandia akan sanksi batu bara bisa dijadikan permisalan. Selain itu, 100% kebutuhan gas Austria dan Romania dipenuhi oleh negeri Beruang Merah.
Bahkan jika diteliti lebih dalam, ada kontradiksi terkait kepentingan Ukraina dan Eropa. Di mata Kiev, kepentingan Ukraina mengharuskan dirinya menjadi anggota NATO. Akan tetapi, Jerman menolak keanggotaan Ukraina karena gas Rusia. Sanksi gas Rusia akan membahayakan ekonomi, pabrik serta rumah warga dalam jangka panjang. Untuk menghilangkan stres karena krisis energi ini, Eropa akan dipaksa melirik energi Aljazair, selain energi AS dan Qatar. 6% gas Eropa diambil dari AS dan 5% dari Qatar. Adapun Norwegia dan Aljazair akan memenuhi kebutuhan 23 dan 12% gas UE.
Demi lepas dari energi Rusia, Eropa butuh waktu paling tidak 5 tahun. Impor gas dari AS dan Qatar akan sangat sulit karena tidak ada stasiun gas di Jerman. Membangun stasiun ini juga butuh waktu. Visi krisis terkadang menunjukkan banyak indikasi dan kontraversi; indikasi separasi resmi Donetsk dan Luhansk, persiapan pasukan NATO dalam jumlah besar di perbatasan Eropa-Rusia, tanda tangan formulir netral Ukraina dan menolak keanggotannya di NATO serta jaminan keamanan Ukraina oleh Rusia bisa saja terjadi. Ada pula upaya pembentukan negeri oposisi Rusia, melemahkan kekuatan politik Rusia-isme di Hongaria dan Belarusia serta kontinuitas krisis relasi timur Eropa dengan Rusia hingga mode pengusiran Diplomat Beruang Merah. Poros Barat sedang berusaha menghancurkan federasi Rusia, berupaya memisahkan dan menyempurnakan aplikasi siasat penghancuran Uni Soviet. Selama Rusia tidak terpisah-pisah, Barat tidak akan diam.
Baca Juga : Sumpah Setia Al-Qaeda Dukung Dewan Pimpinan Yaman Buatan Saudi