Tugas Penting: Segera Bersihkan Pusat-Pusat Pemerintah Lebanon dari Hegemoni AS

lebanon

Purna Warta – Sayid Hashim Safi al-Din, Kepala Dewan Syura Eksekutif Hizbullah Lebanon, mengingatkan penyulingan pusat-pusat pemerintahan Beirut dari hegemoni AS. Klik perang ini harus dilakukan di saat yang tepat dari analisa dan perhitungan detail kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah.

Pada hari Minggu, 3/10, Sayid Hashim mengupas perang terakhir Hizbullah versus Israel dalam pembelian dan impor bahan bakar Iran ke Beirut.

“Hizbullah telah membahas perihal bahan bakar, perbatasan dan efek-efeknya dalam 6 bulan. Hizbullah bersabar hingga datang waktu yang tepat,” jelasnya.

“Sejak klik perang telah ditekan, dimulailah dampak-dampak dari perang yang diketahui semua. Amerika, Barat dan semua negara berlari dan diketahui bahwa semua mereka berperan di Lebanon,” tambahnya.

Perang impor bahan bakar ini telah disinyalir oleh Sayid Hasan Nasrullah jauh-jauh hari. Hal tersebut diputuskan sebagai bentuk bantuan Hizbullah kepada pemerintahan sah Lebanon dalam upaya mengatasi krisis bensin dan lainnya di Beirut.

Salah satu efek terberatnya adalah impor bahan tersebut termasuk bukti akan hancurnya blockade dan penghalang Barat yang telah lama mengurung Lebanon dari dunia luar. Pesan paling pentingnya adalah persatuan segitiga antara Tehran, Hizbullah dan Damaskus.

Atas nama rakyat Beirut, Duta Besar AS di Beirut mengerjakan apapun untuk mencegah emas hitam Iran menuju Lebanon. Dubes yang menurut analisa para pakar merupakan pemimpin di belakang layar Lebanon. Karena hal inilah, Sayid Hasan Nasrullah mengambil strategi meminta bantuan Suriah. Suriah yang ditinggal oleh para petinggi Lebanon karena takut akan ancaman AS.

Terkait hal ini, diutuslah delegasi dari Kongres AS ke Lebanon. Melalui lisan delegasinya, Washington menyatakan kepada pemerintah sah Lebanon bahwa Gedung Putih bersedia membantu kedaulatan Beirut mengatasi krisis sehingga tidak butuh pada pembelian dan impor bahan bakar dari Tehran.

Demi targetnya ini, yaitu mencegah bahan bakar Iran ke Lebanon, AS tutup mata akan sanksi Caesar atas Suriah. Satu siasat yang menurut analisis Abdel Bari Atwan, analis kondang Rai al-Youm, merupakan bentuk kekalahan Washington menghadapi politik sabar strategis.

Sekarang Ketua Dewan Syura Eksekutif Hizbullah menegaskan, “Langkah berikutnya akan segera diambil pada waktu yang pas, yaitu menghapus AS dari instansi-instansi pemerintah Lebanon. Ini adalah lonceng bahaya di mata politikus-politikus, petinggi bahkan pihak yang memiliki hubungan erat dan dekat dengan Amerika.”

Sayid Hashim Safi al-Din juga mengingatkan kemarahan AS yang tidak kurang dari kemarahan Israel dan menyatakan, “Kami katakan bahwa AS dari segi keamanan, politik, keuangan dan ekonomi telah menancapkan pengaruhnya di Lebanon. Mereka memiliki banyak orang di pemerintahan. Namun kami belum masuk perang dan belum memutuskan untuk menghapus Washington dari pusat-pusat pemerintahan. Jika waktunya sudah pas, kami akan memasuki perang ini. Bangsa Lebanon akan melihat hal lain. Kami belum masuk perang ini, karena kami mengetahui potensi Lebanon. AS adalah musuh yang kapasitas permusuhannya tidak kurang dari Israel. Dalam beberapa hal mungkin lebih besar. Akan tetapi kami telah mengukur apakah Lebanon kuat mengemban (perang) ini atau tidak.”

Akan tetapi hingga saat ini belum diketahui banyak kenapa pihak sekaliber Hashim Safi al-Din mengungkap niatan seperti ini. Yang jelas bahwa Lebanon sedang berupaya keluar dari krisis parah ekonomi karena blockade Amerika. Bank Dunia menyebut krisis ini dengan krisis paling besar di abad pertengahan 19. Krisis ini telah membuat militer dan semua badan keamanan Beirut cacat. Lebih dari 70% jatuh dalam jurang kemiskinan dan kehilangan 90% nilai mata uangnya.

Para pakar menjelaskan bahwa krisis Lebanon tak luput dari efek hegemoni dan intervensi politik Saudi, Prancis dan Amerika yang mereka jalankan untuk menundukkan Hizbullah, Iran dan Rusia sehingga menumbalkan kehidupan dan keselamatan bangsa. Hal ini disindir oleh Sayid Hasan Nasrullah dalam kesempatan terakhirnya dengan menyatakan bahwa AS gagal dalam upaya memisahkan rakyat dari gerakan perlawanan.

Pakar politik menyatakan bahwa jika tidak ada persatuan Muqawamah dan pengorbanan Hizbullah, ISIS bersama kelokmpok-kelompok teroris lainnya akan memimpin pemerintahan Lebanon dengan dukungan Amerika. Dukungan ini tentu dioperasikan untuk membuat sibuk Hizbullah menghadapi perang dalam negeri dan melupakan perlawanan versus Israel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *