Tiga Skenario Israel Pasca Serangan Rudal Iran

Tiga Skenario Israel Pasca Serangan Rudal Iran

Purna Warta Untuk pertama kalinya, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) melancarkan serangan besar ke Israel dengan menembakkan ratusan rudal balistik hipersonik pada Selasa, 1 Oktober 2024, malam.

Baca juga: Apa yang Harus Disiapkan Jika Perang Dunia 3 Terjadi: Panduan untuk Warga Sipil

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui situs Tasnim pada malam yang sama, IRGC menyatakan bahwa mereka menembakkan rudal balistik ke Israel sebagai respons atas serangan pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap syahid Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas; syahid Sayyid Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah Lebanon; para komandan militer Hizbullah; komandan perlawanan Islam Palestina; serta komandan IRGC, Mayjen Sayyid Abbas Nilfroushan.

IRGC menegaskan bahwa serangan tersebut secara khusus menargetkan pangkalan-pangkalan militer penting, termasuk pangkalan udara, radar, dan intelijen Israel di Tel Aviv, Haifa, dan kota-kota besar lainnya. Operasi ini juga disertai serangan siber besar-besaran serta penggunaan rudal balistik hipersonik Fatah buatan Iran untuk pertama kalinya, menurut laporan media pemerintah Iran.

Peluncuran ratusan rudal balistik hipersonik ini memicu sirene di seluruh Israel saat rudal mulai menghantam kota-kota besar di wilayah pendudukan Palestina. Wilayah udara Israel pun ditutup, dan semua penerbangan dialihkan, menurut pernyataan juru bicara otoritas bandara yang dikutip dari The New Arab dalam siaran langsung.

Rudal-rudal tersebut melaju dengan kecepatan tinggi dan suara gemuruh, menembus langit wilayah pendudukan dari arah timur, sementara ledakan besar terdengar hingga ke ibu kota Yordania, Amman.

Dalam pernyataan yang dikutip dari AFP, Israel dan Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa militer mereka bekerja sama untuk menembak jatuh sebagian dari lebih dari 200 proyektil yang diluncurkan oleh Iran.

Media Israel melaporkan bahwa hanya “sedikit” rudal yang berhasil mengenai target di bagian tengah dan selatan Israel. Sementara itu, IRGC mengatakan bahwa 90 persen proyektil yang ditembakkan tepat mengenai sasaran.

Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengakui adanya “beberapa serangan di wilayah tengah dan selatan negara tersebut,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional AS, pada Selasa, 1 Oktober 2024, menyatakan kepada wartawan bahwa pemerintahan AS menegaskan akan ada konsekuensi serius atas serangan ini. “AS akan bekerja sama dengan Israel untuk memastikan hal tersebut terjadi,” ujarnya.

Di sisi lain, Iran memperingatkan Israel agar tidak merespons serangannya, dengan ancaman bahwa mereka akan meluncurkan rudal yang lebih kuat dan mematikan jika Israel melakukan serangan balasan.

Tiga Skenario Israel

1. Serangan Terbatas: Dalam skenario ini, Israel akan merespons serangan rudal balistik Iran dengan serangan yang bersifat simbolis dan terbatas. Perhitungannya adalah bahwa tidak ada korban jiwa entitas Israel dalam serangan Iran, sehingga respons yang rendah risiko ini dianggap cukup untuk menjaga keamanan tanpa meningkatkan eskalasi besar. Meski skenario ini merupakan opsi paling mudah, dampaknya terhadap strategi Iran di kawasan akan minimal dan kemungkinan besar tidak akan mengubah status kekuatan. Bagi Israel, skenario ini mungkin dianggap tidak memadai.

2. Serangan Taktis: Pilihan ini melibatkan tindakan militer langsung terhadap aset strategis Iran, seperti fasilitas minyak atau instalasi militer. Tujuannya adalah untuk menimbulkan kerusakan signifikan pada infrastruktur Iran sehingga Iran mempertimbangkan kembali tindakannya.

Serangan terhadap instalasi minyak, misalnya, akan bisa mengganggu perekonomian Iran dan mengirimkan pesan kuat bahwa Israel tidak akan menoleransi serangan rudal yang berkelanjutan. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan tekanan ekonomi dan militer yang cukup untuk mencegah Iran melanjutkan dukungan terhadap Poros Perlawanan.

3. Serangan Strategis: Skenario ini jauh lebih ambisius dan berisiko tinggi, namun bisa mengubah dinamika kawasan Timur Tengah. Israel, dengan dukungan AS dan sekutu Barat lainnya, akan mendorong tindakan multilateral untuk tidak hanya menghentikan program rudal Iran, tetapi juga menghancurkan program nuklirnya dan memutus dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok Poros Perlawanan di kawasan.

Langkah-langkah dalam skenario ini dapat mencakup blokade pelabuhan Iran, penghancuran fasilitas minyak utama, hingga penggunaan bom penghancur bunker untuk melumpuhkan kemampuan nuklir Iran. Selain itu, Israel dan sekutunya mungkin mendukung kelompok oposisi di Iran, dengan tujuan mengganggu stabilitas pemerintahan Tehran. Skenario ini bertujuan tidak hanya untuk mengekang Iran, tetapi juga untuk mendorong perubahan pemerintahan atau setidaknya melemahkan struktur sistem pemerintahan Iran secara signifikan.

Jika Israel memilih jalur ketiga, dampaknya akan sangat mempengaruhi dinamika geopolitik yang lebih luas. Setiap tindakan agresif Israel terhadap Iran membawa risiko yang jauh melampaui Timur Tengah dan berpotensi memicu pembalasan besar-besaran dari Tehran.

Jika Iran merespons dengan keras, Amerika Serikat hampir pasti akan terseret ke dalam konflik untuk melindungi Israel. Ini dapat memicu reaksi berantai yang melibatkan Rusia dan China, dua negara yang memiliki hubungan strategis dengan Iran. China mungkin mengambil langkah strategis di Taiwan, sementara Presiden Rusia Vladimir Putin bisa memperluas invasinya di Ukraina atau memberikan tekanan pada negara-negara tetangga. Ketegangan global ini berpotensi menciptakan krisis internasional yang lebih luas, dengan konsekuensi yang dapat menjurus pada bencana global.

Baca juga: Selintas Peraturan Perang dalam Islam

Bagi Israel, hasil pemilu Amerika Serikat juga akan menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan. Siapa pun yang terpilih sebagai presiden AS akan memiliki ruang kebebasan untuk memutuskan sejauh mana mendukung tindakan Israel terhadap Iran. Masa setelah pemilu ini mungkin menjadi jendela kritis bagi Israel untuk bertindak terhadap Iran.

Para pejabat Israel telah menegaskan bahwa mereka akan merespons serangan Iran dengan keras. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut serangan rudal Iran sebagai “kesalahan besar” dan bersumpah bahwa Tehran akan membayar mahal atas tindakannya. “Iran membuat kesalahan besar malam ini dan akan membayarnya,” ujar Netanyahu beberapa jam setelah serangan, seraya menambahkan, “Siapa pun yang menyerang kami, kami akan serang mereka.”

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang memantau intersepsi rudal Iran, juga berjanji bahwa Iran akan dihukum atas serangan tersebut. “Iran belum belajar dari pelajaran sederhana — mereka yang menyerang Israel akan membayar harga yang mahal,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Di sisi lain, Masoud Pezeshkian, Presiden Iran, mengatakan bahwa serangan rudal terhadap Israel adalah tindakan membela kepentingan dan warga Iran. Dalam pernyataannya yang dilansir oleh CNN melalui platform X, Pezeshkian memperingatkan bahwa operasi pada hari Selasa itu “hanya sebagian dari kekuatan kami.” Ia menegaskan bahwa Iran tidak mencari perang, tetapi akan berdiri teguh melawan ancaman apa pun. “Jangan terlibat konflik dengan Iran,” tegasnya.

Apa pun skenario yang diambil oleh Israel, eskalasi kekerasan di kawasan dapat mengubah tatanan dunia secara keseluruhan. Bagaimana Israel akan bertindak, bergantung pada dukungan dari Amerika Serikat, sekutunya, dan dinamika di kawasan serta internasional. Keberpihakan Amerika Serikat terhadap Israel jelas akan menjerumuskan kawasan ke dalam kekacauan yang lebih besar, dengan konsekuensi global yang mungkin sulit dikendalikan. [MT]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *